Inilah Ketegasan Jendral Edy Rahmayadi Yang Membuatnya Digandrungi Masyarakat Sumatera Utara

Senin, 19 Februari 2018

Saking tegas dan lantangnya dalam menjalankan tugas, suatu hari Letnan Jenderal Edy Rahmayadi pernah ditegur Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Sebabnya saat gladi bersih peringatan HUT ke-70 TNI di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, Banten pada September tahun lalu, Edy berteriak lantang sebagai komandan upacara.

Gatot Nurmantyo seusai gladi bersih pun meminta Edy Rahmayadi tak terlalu keras saat memberi laporan kepada inspektur upacara yang nantinya akan dipegang oleh Presiden Joko Widodo. "Nanti komandan upacara jangan bentak-bentak presiden. Saya aja yang melihat takut," kata Gatot sambil tersenyum.

Edy Rahmayadi dikenal sebagai sosok yang tegas. Saat memutuskan maju menjadi calon gubernur Sumatera Utara, Edy yang menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis TNI AD, sebenarnya masih punya kesempatan menduduki jabatan yang lebih tinggi di Angkatan Darat. Namanya digadang-gadang menggantikan Kepala Staf Angkaran Darat Jenderal Mulyono.

Namun, Edy teguh memilih menjadi calon gubernur. Banyak yang menyebut, Edi sangat ambisius untuk menjadi Gubernur Sumut. "Jadi saya tidak mau jadi KSAD, tapi mau jadi gubernur kalau warga Sumatera Utara menginginkan," kata Edy di Markas Divisi Infantri 1 Kostrad Cilodong, Depok, Rabu, 20 Desember 2017.

Edy rupanya memilih mengabdi pada tanah leluhurnya di Sumatera Utara. Edy Rahmayadi memang berdarah Medan. Ayahnya almarhum Kapten TNI Rachman Ishaq merupakan warga asli Kota Medan keturunan Melayu Deli.

Edy Rahmayadi meneruskan darah tentara sang ayah dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau sekarang disebut Akademi Militer pada 1985. Lulus Akabri, Edy menjadi Komandan Peleton di Kopasus pada 1985.

Setelah itu kariernya lama di Kostrad, mulai dari Danton Yonif 321 hingga Dankipan A Yonif 323 Kostrad. Saat menjadi perwira menengah, Edy Rahmayadi berkarier di Komando Daerah Militer Bukit Barisan.

Pada 1998, Edy menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 100/Prajurit Setia Kodam I/ Bukit Barisan. Batalyon ini dikenal sebagai pasukan elite karena kemampuan tempurnya untuk menyerang musuh dari udara.

Kariernya di Kodam Bukit Barisan mencapai puncaknya saat menduduki jabatan sebagai Panglima Kodam I Bukit Barisan pada 2015 dengan pangkat Mayor Jenderal. Saat menjadi Pangdam ini nama Edy Rahmayadi sempat mencuat saat ia menemui pengunjuk rasa di depan DPRD Sumatera Utara.

Saat itu warga Ramunia mengklaim tanah yang ditempati TNI di sana merupakan hak milik mereka. Edy Rahmayadi saat itu memarahi pengunjuk rasa. Ia bahkan sempat menarik baju seorang demonstran.

Dalam video yang viral, saat itu Edy meminta para pengunjuk rasa menyerahkan bukti kepemilikan tanah mereka. "TNI tidak pernah mengambil tanah rakyat, betul, Tunjukkan dokumen bapak-bapak sekalian. Yang punya, saya tandatangani, saya serahkan," kata Edy ke pengunjuk rasa.

Saat menjadi Pangdam I Bukit Barisan, tangan dingin Edy Rahmayadi di dunia olahraga juga terlihat. Edy ikut turun tangan membenahi PSMS Medan yang saat itu terbelit konflik. Namun di dunia sepak bola ini pengamat sepak bola sempat memberi catatan soal posisinya di PSMS Medan dan PS TNI.

Setelah menjadi Pangdam, karier Edy Rahmayadi kembali ke Kostrad. Ia diangkat menjadi Pangkostrad menggantikan Mulyono yang menjadi KSAD. Saat menjadi Pangkostrad inilah ia juga mengikuti pemilihan Ketua Umum PSSI. Edy Rahmayadi kemudian terpilih.

Muncul kritik soal rangkap jabatan Edy sebagai Pangkostrad yang juga Ketua Umum PSSI. Namun Edy hirau dengan kritikan tersebut. Baru-baru ini pernyataan Edy yang melarang dua punggawa Timnas, Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn ke Selangor, Malaysia juga menjadi kontroversi.

Edy menganggap keduanya tak patriotik karena memilih bermain di luar negeri dengan gaji yang lebih tinggi. Namun larangan itu akhirnya dicabut, dan dua pesepakbola yang mencuat namanya sejak bermain di Timnas U-19 itu akhirnya bisa merumput di luar negeri.

Keputusan Edy maju menjadi calon gubernur Sumatera Utara juga mendapat sorotan. Apalagi saat itu ia masih menjabat Ketua Umum PSSI. Banyak pihak memintanya mundur dari organisasi sepak bola tersebut. Namun Edy bergeming. Ia tetap mempertahankan jabatannya, dan selama kampanye memilih cuti. Edy enggan disebut menggunakan jabatannya sebagai Ketum PSSI untuk kepentingan kampanye.

Edy Rahmayadi melangkah yakin dalam pencalonannya sebagai kandidat Gubernur Sumut. Apalagi setelah dalam pengundian nomor urut, ia mendapat nomor satu. Edy yang berpasangan dengan Musa Rajekshah mengatakan nomor itu membuatnya makin yakin memenangkan pemilihan Gubernur Sumut. "Nomor satu kan juara. Artinya Eramas juara," kata Edy Rahmayadi yang mendapat dukungan dari PKS, Gerindra, Golkar, PAN, NasDem, dan Hanura.

 IIL AZKAR MONSA

Sumber: Tempo