Mengapa Kasus Korupsi Mega Dahsyat 35 Trilyun Ahoker Honggo Wendratno Sepi Di Media Sekuler?

COPAS
*Bro, Kenalkan Namaku Honggo*

Saya tidak mengerti kenapa kasus Kondensat senilai 35 Triliun rupiah ini terkesan adem-ayem dan biasa-biasa saja dimedia.

Para pegiat Media Sosial yang biasanya galak dan dengan tulisan yang bisa membunuh karakter orang dalam sekejab, juga terkesan diam dan tenang.

Bandingkan dengan kasus Setya Novanto yang "hanya" 2.5 Triliun, tapi baik media konvesional apalagi media sosial begitu hiruk-pikuk. Percayalah, begitu buka fesbuk yang penuh dengan hujatan dan cacian, Setya Novanto-pun kebingungan sampai Tiang Listrik jadi Korban.

Kasus Honggo ini bagi saya menjadi sedikit menarik karena orangnya kabur ke Singapura. Negara seupil yang selama ini menjadi surga pelarian pengusaha-pengusaha keturunan. Sudah menjadi rahasia umum juga kalau Singapura adalah tempat mereka menyimpan dan untuk menghamburkan uang.

Mungkin saja bagi mereka, Nusantara tetap ayah tiri dan Negara Tembok Raksasa adalah ayah kandung sementara Singapura adalah saudara tercinta.
Modusnya juga selalu sama, pura-pura sakit dan ijin berobat kesana.

Sampai disana, orangnya menghilang. Tentu saja agak susah mencarinya, karena wajah mereka ganteng dan mirip-mirip warga negara disana.

Bahkan sudah biasa walaupun mereka berpaspor Indonesia tapi punya saudara sepupu lintas negara, dan orang-orang ini yang sekarang selalu paling kencang teriak, Saya Indonesia Saya Pancasila....
Meldeka...Meldeka....
Coba kita bandingkan dengan Warga Keturunan lainnya yang sekarang "kabur" ke Saudi Arabia.

Karena namanya bukan Honggo, sangat mudah menjumpainya disana. Orangnya juga berulang-kali live ceramah dari Tanah Suci, seakan-akan memastikan kalau beliau tidak akan pernah menghilang.

Kalaupun beliau belum mau datang, saya yakin karena beliau mempunyai pertimbangan yang matang.
Lagipula apa pentingnya Chat Fake W/A dibandingkan kasus megakorupsi 35 triliun rupiah?

Tentu saja kasus megakorupsi dengan kerugian negara triliunan rupiah bukan cuma kali ini saja, masih banyak PR kita misalnya BLBI, Century, Pelindo dan penyuapan Maskapai Garuda sampai sekarang masih remang-remang.
Tapi seperti biasa, Double-Kotakers lebih tertarik menghujat lawan politik pujaannya.

Double-Kotakers lupa, kalau kasus asusila begitu penting bagi mereka, kenapa diam dan tidak terdengar suara dari kolam dan selokan yang menghujat ibu teladan yang sudah selingkuh 7 tahun dua bulan?
Krook...Blup...Krook...Blup...
Krook...Blup...Krook...Blup...

# KomunitasKomunikasi
CintaIndonesia
# TangkapSiHonggo