Penemuan NASA: Ada Laut Bawah Tanah Di Enceladus, Bulan Planet Saturnus

PENEMUAN segumpal uap air yang keluar dari permukaan Ence­ladus pada tahun 2005 memberikan pe­tunjuk pertama bahwa satelit kecil Saturnus ini berkemungkinan besar mengan­dung air.

Saat ini, survei radar terhadap En­ce­ladus telah mengungkapkan bukti kuat keberadaan laut bawah tanah, se­tidaknya sebesar Lake Superior, pe­rai­ran tawar terbesar di bumi. Laut yang terkubur sekitar 32 kilometer di bawah permukaan es itu berpusat di kutub selatan satelit.

Tapi bisa jadi lautan itu meman­jang, bahkan melintasi seluruh satelit. Dibatasi lantai berbatu, laut itu mung­kin memiliki kedalaman sekitar 8 kilometer.

Survei radar yang mendeteksi laut di planet Saturnus dilakukan oleh para ilmuwan yang be­kerja dalam misi ruang angkasa Cassini, yang sudah berada di orbit Saturnus sejak tahun 2004. Cassini telah terbang dekat En­ce­ladus beberapa kali. Para ilmu­wan menggunakan tarikan gravitasi satelit untuk membantu memetakan struktur internal satelit Enceladus.

Penemuan laut ini menempatkan Enceladus ke dalam ke­lompok benda angkasa di luar bumi dalam tata surya yang kemungkinan memiliki air. Kelompok ini juga terdiri atas Mars dan satelit Jupiter: Callisto, Europa, dan Ganymede.

Sejak tahun 2005, para ilmuwan Cassini telah mengkonfirmasi bahwa gum­palan uap air dari Enceladus me­ngandung karbon dan nitrogen, dua unsur kimia penting bagi kehidupan seperti yang kita ketahui. Mungkinkah ada kehidupan di sana?

Ilmuwan planet Jonathan Lunine, ang­gota tim studi, me­ngatakan keha­diran laut ini membuat Enceladus men­jadi tempat yang sangat menarik un­tuk mencari kehidupan di luar angkasa.

Dalam beberapa tahun terakhir, En­celadus dan Europa telah menjadi tu­juan favorit para ilmuwan dalam misi luar angkasa untuk mencari tanda-tanda kehidupan di luar bumi. Namun, karena keterbatasan dana di NASA, ha­nya satu misi yang disetujui, yakni Europa. Bukti baru ini dapat memban­tu pa­­ra ilmuwan melakukan misi luar angkasa ke Enceladus di masa depan.

Mempesona

Saturnus, sebagai planet keenam dari matahari, ditemukan oleh Galileo pada awal tahun 1600. Sejak pene­muan­­nya, Sa­turnus terus mempesona para astronom di seluruh dunia. Planet terbesar kedua di tata surya ini sangat berbeda dengan bumi, hingga kadang-kadang disebut sebagai “Perhiasan Tata Surya.”

Saturnus adalah satu-satu­nya pla­net di tata surya kita yang memiliki cin­cin yang bisa dilihat dengan teles­kop sederhana. Pla­net lain, seperti Ura­nus dan Neptunus, juga memiliki cincin, tapi membutuhkan teleskop yang le­bih kuat untuk melihatnya.

Meskipun penampilannya seperti itu, cincin Saturnus tidak padat, tetapi sebenarnya tersusun atas batu, es, dan debu. Cincin itu juga sangat tipis, mes­kipun le­barnya beberapa kilometer de­ngan ketebalan tidak lebih dari satu kilometer.

Revolusi Saturnus sangat lambat. Satu tahun di Saturnus sama dengan 29 tahun di bumi. Namun meskipun lambat, Saturnus berputar sangat cepat, satu hari rata-rata di Saturnus berlangsung kurang dari 11 jam di bumi. Rotasi cepat Saturnus juga dapat menjelaskan bagaimana angin dapat mencapai kecepatan lebih dari 1.800 kilometer per jam di sana.

Meskipun Saturnus adalah planet terbesar kedua di tata surya (Jupiter menjadi yang terbesar), fakta yang cukup mengherankan adalah bahwa planet ini ternyata ringan. Hal ini dika­renakan pla­net ini hampir seluruhnya terbuat dari gas, terutama helium.

Tidak mungkin bagi sese­orang un­tuk berdiri di atas permukaan Satur­nus, karena hampir tidak ada permu­kaan untuk dipijak. Saturnus begitu ringan hingga menjadi satu-satunya planet di tata surya kita yang akan mam­pu mengapung di permukaan air.

Satelit-satelit Saturnus juga tak ka­lah menarik dengan planet itu sendiri. Titan, yang terbesar dari seluruh satelit Saturnus, ada­lah salah satu dari sedikit satelit yang memiliki atmosfer padat sendiri.

Satelit Iapetus menarik karena salah satu sisi permukaannya ditutupi dengan materi yang benar-benar ge­lap, sementara sisi lain ditutupi dengan ma­teri yang menyilaukan. Pan mung­kin ada­lah satelit yang paling unik dari semuanya, orbitnya berada dalam cin­cin Saturnus, dan pada ke­nyataan­nya ia menjadi penyebab adanya Encke Gap, celah seluas 325 kilometer di dalam cincin Saturnus

Foto: Enceladus

Sumber: Harian