Ustadz Hilmi Firdausi: Jangan Lupa Bahagia

Jangan Lupa Bahagia
Oleh : Hilmi Firdausi

Hal mustahil yang ada di dunia ini adalah selamat dari omongan manusia, begitu nasihat Imam Syafi’i. Beliau melanjutkan, Allah yang Esa saja dikatai tiga, Rasul mulia dihina sang penyihir dan gila, lalu apalah kita orang biasa yang berlumur dosa.

Seringkali, hidup kita habis memikirkan para pembenci hingga akhirnya kita lupa berkarya dan celakanya kitapun jadi lupa bahagia.

Padahal omongan dan hinaan manusia itu hakikatnya adalah tidak seberapa, mereka tidak tau saja bahwa aib kita jauh lebih buruk dibanding apa yang mereka hinakan, namun Allah masih baik menutupi aib dan dosa kita yang menggunung tinggi.

Jika saja, segala aib dan dosa tak Allah tutupi, lalu Allah berikan sebuah titik hitam setiap kali kita berbuat maksiat, niscaya tubuh kita akan hitam legam, penuh dengan titik hitam dosa dan pasti manusia akan lari dan menjauh dari kita.

Imam Hasan Bashri menasihati, omongan dan hinaan orang sesungguhnya adalah cara Allah memberikan kita kebaikan, memberikan kita pahala tanpa harus lelah beramal sholih, lalu melebur dosa-dosa kita tanpa harus lelah berusaha.

Perlu diketahui, pembenci akan terus berbicara di belakang kita, semua hal tentang kita. Perbuatan baik kita akan mereka nilai salah, apalagi khilaf kita. Jadi santai saja menghadapinya. Dan selalu ingat, orang yang hanya berani di belakang kita, sejatinya memang mereka akan terus tertinggal di belakang, tatkala kita sudah melesat kedepan.

Satu hal lagi, pembenci itu hanya kumpulan orang-orang yang iri dan sakit hati, karena hidupnya miskin prestasi dan pasti tidak lebih baik dari kita.

Jadi, anggaplah omongan dan hinaan para pembenci itu bagaikan bongkahan-bongkahan batu besar. Engkau akan lelah bila bongkahan-bongkahan itu kau letakkan di atas pundakmu. Sebab lama kelamaan pundakmu akan ambruk. Sebaliknya engkau akan beruntung, saat kau tumpuk bongkahan-bongkahan itu di bawah telapak kakimu. Karena engkau akan semakin tinggi berpijak di atasnya.

Seperti pernah saya sampaikan sebelumnya, omongan dan hinaan para pembenci itu bagaikan Amplas. Kita memang terbaret luka tapi pada akhirnya kita yang mengkilap dan mereka akan jadi sampah yang tidak berguna lagi.

Saya pribadi, banyak sekali mendapat omongan, hinaan, cibiran bahkan fitnah dari para pembenci yang kadang menyesakkan dada. Tapi lama kelamaan, karena sudah terbiasa...akhirnya terciptalah sebuah rumus yang saya praktikan hingga detik ini :

“Mengelola dan merubah caci maki manusia menjadi energi positif berupa motivasi agar kita dapat berkarya dan berprestasi lebih baik dan lebih baik lagi.”

Terakhir...kita akan sangat merugi jika gegara ulah para pembenci, kita lupa hidup bahagia. Biarlah mereka saja yang hidupnya penuh kebencian, sedangkan kita hidup dengan penuh cinta dan karya nyata.

Jangan lupa bahagia ya...

FB : Hilmi Firdausi
FP : Kajian Hilmiyah
IG-Twitter : @hilmi28

*Foto bahagia saya bersama keluarga tercinta. Merekalah orang-orang yang paling mengenal siapa kita sesungguhnya.