Keruntuhan Afrin Simbol Keberanian Erdogan

Rabu, 21 Maret 2018

SIMBOL KERUNTUHAN

Afrin sebuah kota di barat laut Suriah, dihuni mayoritas suku kurdi. Kota ini juga sebagai simbol kekuatan Komunis Kurdi sebagai basis militan partai YPG dan PKK.

Dari kota Afrin inilah rudal-rudal komunis sering menghantui penduduk di beberapa kota dan pedesaan Turki yang berbatasan langsung dengan Afrin.

Komunis Kurdi merasa jumawa saat YPG dan PKK mereka didukung dengan sokongan dari Amerika. YPG dan PKK merasa Turki tidak memiliki keberanian untuk melawan mereka secara langsung, apalagi dengan menyeberangi perbatasan negara untuk berperang secara terbuka dengan mereka karena YPG dan PKK sudah menjadi Proxy War Amerika.

"Olive Branch" kode sandi sebuah operasi perang dan menjadi sebuah jawaban dari Turki untuk kesombongan Aliansi Komunis dan Barat, YPG dan PKK beserta Amerika panik Turki memiliki mental untuk perang terbuka dengan menyeberangi perbatasan negara.

Amerika beserta para pemimpin YPG dan PKK mundur meninggalkan prajurit mereka,  Rusia dan Assad pun mencari aman dari keterlibatan secara langsung dalam perang terbuka ini,  mereka sangat paham dengan keberanian negara yg mengalir darah khilafah Ustmani di setiap prajuritnya.

Tepat pada pertengahan Maret 2018 kota Afrin pun jatuh ke tangan Turki dan FSA, kejatuhan ini sekaligus memukul moral Amerika dengan terkikisnya hegemoni mereka di Suriah Barat.

Sebuah pelajaran untuk bangsa Indonesia, tidak akan timbul sebuah keberanian dan kedaulatan bangsa apabila sebuah bangsa dipimpin oleh pemimpin yang tidak setia terhadap janjinya kepada rakyat.

Seorang pemimpin tidak akan dihadiahkan sebuah dukungan besar dari rakyat apabila pemimpin tersebut adalah seorang pemimpin yang tidak adil kepada rakyatnya

Sebuah pertanyaan apakah Indonesia  akan memiliki seorang umaroh selevel Erdogan ?

Tahun 2019 menjadi harapan dan jawaban bangsa ini untuk mencari seorang pemimpin yang bukan menjadi simbol keruntuhan bangsanya.

Posting Komentar untuk "Keruntuhan Afrin Simbol Keberanian Erdogan"