Aneh! Sylver Matutina Ahoker Katholik Mau Urusi Dan Atur-Atur Masjid
Senin, 23 April 2018
Faktakini.com, Jakarta - Sungguh aneh, apakah dunia sudah terbalik? Ahoker Sylver Matutina yang Islam pun tidak, mempercayai dan menjadi umatnya Rasulullah Muhammad SAW juga tidak, Sholatpun tidak pernah karena dia memang bukan umat Islam melainkan umat Katholik, tapi lucunya ia nekad mau ngatur-ngatur Masjid.
Tentu saja ulah Sylver ini membangkitkan kemarahan umat Islam, hal ini juga mengingatkan lagi kepada perilaku Ahok sang penista agama Islam yang kini telah dipenjara karena dinyatakan oleh Majelis Hakim PN Jakarta Utara terbukti bersalah menistakan agama Islam.
Dimana kita semua tentu tidak akan pernah lupa Ahok kerap usil mengomentari urusan umat Islam, termasuk Kitab Suci umat Islam Al-Qur'an juga tak luput dia usik, padahal Ahok sudah punya Kitab Suci sendiri yang dia percayai yaitu Alkitab (Bibel).
Kembali kepada Sylver, ternyata dia juga orang yang mempolisikan Habib Rizieq Shihab soal dugaan lambang mirip palu arit di uang kertas pada awal tahun 2017 lalu.
Padahal Habib Rizieq jelas tidak bersalah karena hanya memberikan peringatan supaya pemerintah waspada, berikut penjelasan Sekum FPI Haji Munarman saat itu:
"Lah, Habib Rizieq justru mengingatkan ada simbol mirip palu arit yang merupakan lambang PKI terdapat di mata uang Rupiah dan mengajak penguasa untuk memperbaiki logo tersebut agar tidak diasosiasikan sebagai lambang PKI."
Kembali kepada perbuatan yang dilakukan oleh Sylver Matutina di ajang Car Free Day (CFD) kemarin, Ahad (22/4). Padahal kita tahu ajang CFD harusnya bersih dari segala kegiatan politik.
"Gerakan Nasional Jutaan Relawan Dukung Joko Widodo" atau Jokowi yang ia pimpin mengklaim telah membuat program untuk "antipolitisasi Masjid". Program itu dilakukan melalui ceramah dan pengajian yang digelar relawan.
"Kami melakukan ceramah soal itu tiap ada pengajian relawan," kata koordinator gerakan tersebut, Sylver Matutina di Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 22 April 2018.
Sylver bahkan mengklaim Relawan Jokowi menggagas program ini untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah.
Sylver menyatakan Para ustad dan takmir akan berbicara mengenai Islam yang benar. “Bukan Islam yang dipakai untuk tujuan tertentu yang tidak baik.", demikian menurut Sylver Matutina.
Mereka yang melakukan ceramah itu, kata Sylver, tidak melulu para pendukung Jokowi. "Yang pasti ustadznya nasionalis dan benar-benar paham agama."
Sylver mengaku pengajian relawan di masjid juga berupaya menepis berbagai tudingan miring terhadap Jokowi. Misalnya soal Jokowi yang dikaitkan dengan paham komunisme.
Jadi, dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa para relawan Jokowi akan dikerahkan di masjid-masjid dan akan menjelaskan bahwa Jokowi adalah sosok yang bagus, tidak terkait paham komunisme dan lain-lain.
Sylver Matutina mengatakan Jokowi lahir pada 1961, sedangkan Gerakan 30 September yang sering dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) terjadi pada 1965.
Karena itu, menurut Sylver tidak mungkin Jokowi yang saat itu baru berumur empat tahun masuk PKI. "Maka kami kasih pencerahan bahwa tuduhan itu tidak berdasar."
Sebetulnya cukup aneh kalau berita-berita hoax semacam tuduhan Jokowi PKI yang entah disebarkan oleh siapa dan jelas hanya orang bodoh saja yang percaya ini, juga harus sampai dijelaskan soal masalah ini di masjid-masjid, memangnya masjid mana yang bilang Jokowi itu PKI?.
Bukannya anti politisasi Masjid tetapi justru program ini malah berpotensi besar jadi ajang politisasi masjid untuk mempropagandakan Jokowi.
Relawan tersebut, kata Sylver, juga berupaya menepis isu Jokowi antiislam. Menurut Sylver Jokowi adalah sosok yang sangat Islami. Jokowi, kata dia, sering membantu acara-acara keagamaan dan tidak pernah lepas salat lima waktu. "Beliau juga jadi sering menjadi imam salat yang baik."
Kalau Sylver berpendapat demikian, terserah saja, itu urusan dia. Pertanyaanya, mengapa Sylver Matutina tidak mengurusi gereja-gereja saja? Yakinkah ia dari seluruh Gereja yang ada satupun tidak ada yang melakukan "politisasi gereja"?
Kita ingat Ahok dengan bebasnya dipropagandakan di gereja-gereja termasuk viral video pendeta "Ibu Yuli" beberapa tahun lalu? Tanpa ada satupun tuduhan "politisasi Gereja" apalagi sampai ada umat Islam yang mencoba usil mengurusinya.
Walaupun umat Islam tentu sangat kesal karena saat umat Islam bicara tuntunan syariat agamanya dalam memilih pemimpin selalu dituduh sebagai "politisasi agama, politisasi masjid, menjual ayat, menebar isu SARA, anti keberagaman" dan sebagainya, tetapi apabila pihak lawan diduga kuat melakukan hal yang sama di gereja-gereja aman-aman saja.
Sumber: Tempo dll
Faktakini.com, Jakarta - Sungguh aneh, apakah dunia sudah terbalik? Ahoker Sylver Matutina yang Islam pun tidak, mempercayai dan menjadi umatnya Rasulullah Muhammad SAW juga tidak, Sholatpun tidak pernah karena dia memang bukan umat Islam melainkan umat Katholik, tapi lucunya ia nekad mau ngatur-ngatur Masjid.
Tentu saja ulah Sylver ini membangkitkan kemarahan umat Islam, hal ini juga mengingatkan lagi kepada perilaku Ahok sang penista agama Islam yang kini telah dipenjara karena dinyatakan oleh Majelis Hakim PN Jakarta Utara terbukti bersalah menistakan agama Islam.
Dimana kita semua tentu tidak akan pernah lupa Ahok kerap usil mengomentari urusan umat Islam, termasuk Kitab Suci umat Islam Al-Qur'an juga tak luput dia usik, padahal Ahok sudah punya Kitab Suci sendiri yang dia percayai yaitu Alkitab (Bibel).
Kembali kepada Sylver, ternyata dia juga orang yang mempolisikan Habib Rizieq Shihab soal dugaan lambang mirip palu arit di uang kertas pada awal tahun 2017 lalu.
Padahal Habib Rizieq jelas tidak bersalah karena hanya memberikan peringatan supaya pemerintah waspada, berikut penjelasan Sekum FPI Haji Munarman saat itu:
"Lah, Habib Rizieq justru mengingatkan ada simbol mirip palu arit yang merupakan lambang PKI terdapat di mata uang Rupiah dan mengajak penguasa untuk memperbaiki logo tersebut agar tidak diasosiasikan sebagai lambang PKI."
Kembali kepada perbuatan yang dilakukan oleh Sylver Matutina di ajang Car Free Day (CFD) kemarin, Ahad (22/4). Padahal kita tahu ajang CFD harusnya bersih dari segala kegiatan politik.
"Gerakan Nasional Jutaan Relawan Dukung Joko Widodo" atau Jokowi yang ia pimpin mengklaim telah membuat program untuk "antipolitisasi Masjid". Program itu dilakukan melalui ceramah dan pengajian yang digelar relawan.
"Kami melakukan ceramah soal itu tiap ada pengajian relawan," kata koordinator gerakan tersebut, Sylver Matutina di Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 22 April 2018.
Sylver bahkan mengklaim Relawan Jokowi menggagas program ini untuk mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah.
Sylver menyatakan Para ustad dan takmir akan berbicara mengenai Islam yang benar. “Bukan Islam yang dipakai untuk tujuan tertentu yang tidak baik.", demikian menurut Sylver Matutina.
Mereka yang melakukan ceramah itu, kata Sylver, tidak melulu para pendukung Jokowi. "Yang pasti ustadznya nasionalis dan benar-benar paham agama."
Sylver mengaku pengajian relawan di masjid juga berupaya menepis berbagai tudingan miring terhadap Jokowi. Misalnya soal Jokowi yang dikaitkan dengan paham komunisme.
Jadi, dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa para relawan Jokowi akan dikerahkan di masjid-masjid dan akan menjelaskan bahwa Jokowi adalah sosok yang bagus, tidak terkait paham komunisme dan lain-lain.
Sylver Matutina mengatakan Jokowi lahir pada 1961, sedangkan Gerakan 30 September yang sering dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) terjadi pada 1965.
Karena itu, menurut Sylver tidak mungkin Jokowi yang saat itu baru berumur empat tahun masuk PKI. "Maka kami kasih pencerahan bahwa tuduhan itu tidak berdasar."
Sebetulnya cukup aneh kalau berita-berita hoax semacam tuduhan Jokowi PKI yang entah disebarkan oleh siapa dan jelas hanya orang bodoh saja yang percaya ini, juga harus sampai dijelaskan soal masalah ini di masjid-masjid, memangnya masjid mana yang bilang Jokowi itu PKI?.
Bukannya anti politisasi Masjid tetapi justru program ini malah berpotensi besar jadi ajang politisasi masjid untuk mempropagandakan Jokowi.
Relawan tersebut, kata Sylver, juga berupaya menepis isu Jokowi antiislam. Menurut Sylver Jokowi adalah sosok yang sangat Islami. Jokowi, kata dia, sering membantu acara-acara keagamaan dan tidak pernah lepas salat lima waktu. "Beliau juga jadi sering menjadi imam salat yang baik."
Kalau Sylver berpendapat demikian, terserah saja, itu urusan dia. Pertanyaanya, mengapa Sylver Matutina tidak mengurusi gereja-gereja saja? Yakinkah ia dari seluruh Gereja yang ada satupun tidak ada yang melakukan "politisasi gereja"?
Kita ingat Ahok dengan bebasnya dipropagandakan di gereja-gereja termasuk viral video pendeta "Ibu Yuli" beberapa tahun lalu? Tanpa ada satupun tuduhan "politisasi Gereja" apalagi sampai ada umat Islam yang mencoba usil mengurusinya.
Walaupun umat Islam tentu sangat kesal karena saat umat Islam bicara tuntunan syariat agamanya dalam memilih pemimpin selalu dituduh sebagai "politisasi agama, politisasi masjid, menjual ayat, menebar isu SARA, anti keberagaman" dan sebagainya, tetapi apabila pihak lawan diduga kuat melakukan hal yang sama di gereja-gereja aman-aman saja.
Sumber: Tempo dll