Seruan KH Ma'ruf Amin Di Pilgub DKI 2017: Wajib Pilih Pemimpin Muslim!

Sabtu, 7 April 2018

Faktakini.com, Jakarta - Pilkada DKI Jakarta 2017 memang telah berlalu. Dan hasilnya juga semua orang sudah tahu bahwa pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menang super telak 57,96 persen melawan 42,04 persen suara yang diperoleh pasangan Ahok-Djarot.

Kemenangan ini tak lepas dari perjuangan para Ulama dan Habaib yang istiqomah seperti Habib Rizieq Shihab, KH Muhammad Al Khaththath, KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi'i, KH Ma'ruf Amin, KH Muhammad Arifin Ilham dan lain-lain.

Lawan dari para Ulama ini dan umat Islam saat itu ada pula kelompok "Ulama Ahoker", yaitu segelintir orang yang mengaku-ngaku bahwa mereka adalah Ulama, namun justru membela Ahok sang penista agama Islam. Nama para "Ulama Ahoker" itu tentu tidak perlu kita sebutkan disini.

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ma’ruf Amin saat itu dengan tegas menyerukan kepada segenap warga Nahdliyin dan umat Islam untuk memilih pemimpin Muslim di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Seruan beliau sama persis dengan seruan Habib Rizieq Shihab dan para Ulama lainnya yang saat itu tengah berjuang untuk mengalahkan sang petahana di Jakarta.

Menurut Kyai Ma'ruf yang juga menjabat sebagai Ketua Umum MUI ini, tidak ada alasan lagi untuk tidak memilih pemimpin Muslim di kontestasi Pilkada tersebut.

“Sepanjang ada calon yang Muslim dan insya Allah adil wajib hukumnya memilih calon pemimpin Muslim tersebut,” katanya kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Alumnus Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur ini menegaskan hasil keputusan Bahtsul Masa’il al-Diniyah al-Waqi’iyah Muktamar XXX NU di PP Lirboyo, Kediri, Jawa Timur tertanggal 21-27 Nopember 1999, justru menguatkan seruan memilih pemimpin Muslim.

Dalam konteks DKI Jakarta, setidaknya ada dua calon pemimpin yang beragama Islam (Anies-Sandi dan Agus-Sylvi).

“Jadi tak ada pengecualian darurat lagi seperti dalam keputusan muktamar itu,” katanya.

Pada pengujung pembicaraan, Dia berpesan kepada warga Nahdliyin terutama agar memilih calon yang sejalan dengan visi dan misi NU.   

Sebelumnya, sempat muncul polemik terkait Muktamar NU di Kediri yang membolehkan memilih pemimpin non-Muslim dalam kondisi darurat.

Di antara kriteria darurat itu, kepemimpinan tersebut di bidang-bidang yang tidak bisa ditangani sendiri oleh orang Islam secara langsung atau tidak langsung karena faktor kemampuan.

Dalam bidang-bidang yang ada orang Islam berkemampuan untuk menangani, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa yang bersangkutan khianat.

Sepanjang penguasaan urusan kenegaraan kepada non-Islam itu nyata membawa manfaat. 

Foto: KH Ma'ruf Amin bersama Habib Rizieq Shihab

Sumber: Republika