Ziarah Nabi Hud Alayhi Salam

Rabu, 18 April 2018

Faktakini.com

Masyarakat Hadhramaut khususnya dan kaum muslimin umumnya mempunyai tradisi ziarah ke makam Nabi Hud alaihis salam secara bersama-sama setiap tahunnya, yaitu di bulan sya’ban tepatnya pada tanggal tujuh sampai tanggal sepuluh sya’ban, lokasi makam berada di daerah bernama Syi’ib Hud yang berjarak sekitar kurang lebih 80 km dari kota Tarim.

Musim ziarah ini biasanya dihadiri oleh ribuan peziarah yang tidak hanya datang dari daerah Hadhramaut saja tetapi juga para peziarah dari luar Hadhramaut dan dari luar Yaman.Sebagian besar dari peziarah biasanya akan bermalam selama empat hari empat malam di rumah-rumah yang mereka bangun di lokasi sekitar makam,yang mana rumah tersebut hanya mereka tempati pada waktu ziarah saja.

Ziarah biasanya dilakukan oleh perorangan atau dengan bersama-sama yang biasanya dipimpin oleh seorang yang di tuakan dari keluarga tertentu yang disebut dengan istilah Munsib.

Ziarah ‘ammah atau ziarah bersama-sama ini memiliki tata cara khusus yang di warisi dari apa yang dilakukan oleh para leluhur,dan hal ini sudah menjadi tradisi yang turun menurun,
pertama yang dilakukan sebelum melakukan ziarah para peziarah berkumpul di sungai dekat dengan lokasi makam,sebagian dari mereka ada yang mandi atau hanya sekedar wudhu saja, kemudian shalat dhuha di masjid Syeh Umar Al-Mihdhor(Haso Muhdor) yang lokasinya dekat dengan sungai jika waktu ziarah pagi hari,atau sholat fardhu berjama’ah jika bertepatan dengan waktu shalat fardhu.

Kemudian membaca surat Yasin,setelah itu rombongan bergerak menuju makam berjalan sambil berzikir subhanallah wa hamdulillah wa laa ilaha illallah allahu akbar,sebelum mencapai makam rombongan akan berhenti di tempat yang berbentuk sumur yang di sebut dengan bi’ruttaslim,di tempat ini para peziarah membaca salam kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam,Nabi Hud alaihi salam para Malaikat dan para Nabi yang dipimpin oleh Munsib,

setelah itu rombongan kembali berjalan menuju makam,ketika sampai di makam rombongan kembali membaca salam kemudian membaca surat yasin atau surat hud dan ditutup do’a yang dipimpin oleh Munsib,setelah selesai doa rombongan berpindah ke tempat di bawah batu besar,tempat tersebut dinamakan naqoh,

di tempat ini para peziarah akan membaca maulid Nabi atau mendengarkan sya’ir-sya’ir yang berisi tentang pujian kepada Rasulullah shalollahu alaihi wa sallam atau berisi petuah dan nasehat,kemudian seorang atau dua orang ulama’ akan berceramah,dan acara ini ditutup dengan do’a dan surah Al-Fatihah.

Al-Allamah Ad-Da’iyah Al-Mufti Al-Habib Ali Masyhur bin Hafidz bin Syekh Abibakar bin Salim(Musyrif Ziarah Nabi Hud as) menjelaskan bahwa di syi’ib Hud penuh dengan Nur(cahaya), yang mana cahaya tersebut bisa dipandang dan dirasakan bagi orang memiliki hati yang bersih, bahkan jika yang berziarah berniat untuk membersihkan hati niscaya hatinya akan sangat bersih dikarnakan penuhnya cahaya pada ziarah tersebut, para solihin menyebutkan “sungguh para waliyullah diangkat kewaliannya pada ziarah Nabi Hud as”

Musyrif ziarah juga mewasiatkan untuk selalu memaafkan sesama muslim khususnya selama berada di syi’ib Hud, dikarenakan yang hadir ziarah tersebut setidaknya dosa-dosa mereka diampunkan. Amiiin…

Sayyid Usamah bin Zaed BSA

https://syusamahbsa.wordpress.com/2016/04/29/ziarah-nabi-hud-as