Membedah Doktrin Trinitas, Tuhan Adalah Tiga Dalam Satu Atau Satu Dalam Tiga

Rabu, 16 Mei 2018

Faktakini.com

MEMBEDAH DOKTRIN TRINITAS, TUHAN ADALAH TIGA DALAM SATU ATAU SATU DALAM TIGA

Oleh : Hajjah Irena Handono

Agama Kristen dewasa ini (mengapa saya menggunakan kata ‘dewasa ini’, uraian di bawah akan menjelaskan) beranggapan bahwa Tuhan adalah tiga dalam satu atau satu dalam tiga. Ketiganya adalah Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus. Agama Kristen memegang kuat pendapat bahwa masing-masing dari ketiganya sebagai Tuhan dan ketiganya bersama-sama menjadi Tuhan. Doktrin ini yang disebut sebagai TRINITAS yang juga diyakini oleh sebagian mereka umat Kristen sebagai doktrin misterius bahkan tak berlebihan jika disebut misteri dari segala misteri.

Namun pihak Kristen akan membantah keraguan tentang TRINITAS dan membela mati-matian doktrin ini. Sebuah pertanyaan besar yang harus dijawab oleh para pendukung Trinitas: Apakah doktrin Trinitas diajarkan dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru?

Dalam Perjanjian Lama

The Encyclopedia of Religion menuliskan : “para teolog dewasa ini setuju bahwa AlKitab Ibrani (Perjanjian Lama) tidak memuat doktrin tentang Tritunggal”.

New Catholic Encyclopedia mengakui: “Doktrin Tritunggal tidak diajarkan dalam Perjanjian Lama”.

Imam Jesuit Edmund Fortman dalam bukunya The Triune God juga mengakui: “Perjanjian Lama….tidak secara tegas ataupun samar-samar memberi tahu kepada kita mengenai Allah Tiga Serangkai yang adalah Allah, Anak dan Roh Kudus…. Bahkan mencari di dalam “Perjanjian Lama” kesan-kesan atau gambaran di muka atau ‘tanda-tanda terselubung’ mengenai trinitas dari pribadi-pribadi, berarti melampaui kata-kata dan tujuan dari para penulis tulisan-tulisan suci”

Dalam Perjanjian Baru

The Encyclopedia of Religion mengatakan: “Para teolog setuju bahwa Perjanjian Baru juga tidak memuat doktrin yang jelas mengenai Tritunggal”.

Imam Jesuit Fortman menegaskan: “Para penulis Perjanjian Baru…tidak memberi kita doktrin Tritunggal yang resmi atau dirumuskan, juga tidak ajaran yang jelas bahwa dalam satu Allah terdapat tiga pribadi ilahi yang setara. ….. Di manapun kita tidak menemukan doktrin tritunggal dari tiga subyek kehidupan dan kegiatan ilahi yang berbeda dalam keilahian yang sama”.

The New Encyclopedia Britannica mengatakan: “Kata Tritunggal atau doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru”.

Bernhard Lohse dalam A Short History of Christian Doctrine menegaskan: Sejauh ini menyangkut Perjanjian Baru, seseorang tidak menemukan di dalamnya doktrin Tritunggal yang aktual”.

The New International Dictionary of New Testament Theology dan teolog Karl Barth mengatakan: “Perjanjian Baru tidak memuat doktrin Tritunggal yang diperkembangkan”. ‘AlKitab tidak memuat deklarasi yang terus terang bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah dari zat yang sama’.

Perjanjian Lama tegas Monoteistik. Allah adalah pribadi tunggal (bukan Tritunggal). Tentang hal ini tidak ada pemisahan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ajaran Monoteistik terus berlanjut, dan Yesus lahir sebagai orang Yahudi. Ajarannya memiliki inti Yahudi (Allah tunggal); Benar dia mengajarkan sebuah Injil baru tetapi bukan sebuah teologi baru. (L.L Paine, A Critical History of the Evolution of Trinitarianism, Boston 1902)

Jadi, dari ke-39 kitab Ibrani (Perjanjian Lama), maupun ke-27 kitab Yunani Kristen (Perjanjian Baru), seluruh pasal dan ayat-ayat AlKitab sama sekali tidak ada yang memuat ajaran Trinitas!

Para sejarawan dan teolog pun menolak keberadaan doktrin tersebut. “Kepercayaan tentang Allah yang terdiri dari beberapa pribadi (Tritunggal) keluar dari konsep Allah Yang Esa …”. Chief Rabbi J.H Herzt, Pentateuch and Haftorahs, London, 1960

Demikian bantahan terhadap Doktrin TRINITAS yang berasal dari mereka sendiri. Dari pendapat-pendapat para sejarawan dan teolog tersebut secara umum kita dapat simpulkan, bahwa Doktrin Trinitas tidak berdasar pada Bibel sebagai kitab suci umat Kristen. Namun lebih berupa doktrin yang dibuat oleh Gereja yang diputuskan sebelum akhir abad ke-4, tepatnya yakni pada saat Konsili Nicea tahun 325M.

Oleh sebab itu, doktrin Trinitas tidak ada dalam Perjanjian Lama, tidak ada dalam Perjanjian Baru dan orang-orang Kristen awal pun belum mengenal konsep ini. Namun umat Kristen terutama pihak gereja tetap bersikukuh dengan pembelaan-pembelaannya yang akan kita patahkan dalam pembahasan kali ini.

Pembelaan pertama, Trinitas

– Kalau Allah itu bukan tiga pribadi dalam satu hakikat (trinitas), mengapa ada tertulis di AlKitab: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”

Ayat tersebut di atas adalah berasal dari 1 Yohanes 5:7. Tentang ayat ini para teolog Kristen mengatakan demikian,

Charles C.Ryrie dalam buku Teologi Dasar I hal.70 menuliskan bahwa 1 Yohanes 5:7 jelas bukan bagian dari teks asli Kitab Suci. Teolog Dr Herbert W.Amstrong memaparkan bahwa ayat ini ditambahkan ke Alkitab edisi Vulgata Latin ketika terjadi kontroversi panas antara Roma, Arius (pelopor Arianisme), dan umat Allah.

Dua teolog ternama lain, Edward Gibbon dan Richard Porson, dari penelitian mereka sama-sama sepakat bahwa ayat 1 Yohanes 5:7 baru pertama kali dimasukkan oleh Gereja ke dalam Alkitab tahun 400 Masehi (Secrets of Mount Sinai, James Bentley, hlm.30-33). Karena kuatnya bukti-bukti ‘pemalsuan’ ayat ini, maka dalam edisi-edisi Alkitab baru bahasa Inggris seperti The Revised Standart Version, The New Revised Standart Version, The New American Standart Bible, The New English Bible, The Philips Modern English Bible, dan lain-lain, para sarjana Alkitab meniadakan ayat itu dalam terjemahan mereka. Hanya King James Version yang masih mencantumkan ayat ‘palsu’ tersebut.

Pembelaan kedua, Menghidupakan orang mati

– Kalau Yesus itu bukan Allah sejati, mengapa AlKitab mencatat bahwa dia berkuasa menghidupkan orang mati, mengampuni dosa manusia, dan membuat berbagai mujizat yang dahsyat?

Allah SWT menurunkan nabi-nabi dan Rasul-Rasul dengan mukjizat yang dimilikinya masing-masing. Sedangkan Nabi Isa as, Allah memberikannya mukjizat sebagai tanda kenabian salah satunya adalah menghidupkan orang mati. Maka kemampuan ‘menghidupkan orang mati’ ini tidak bisa dianggap sebagai bukti bahwa nabi Isa as (Yesus) adalah Tuhan.

Petrus juga bisa menghidupkan orang mati. Hal ini terekam dalam Kisah Para Rasul 9:40,

Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.

Demikian juga Elisa, mayat-mayat yang kena tulang-tulangnya bisa hidup kembali, 2Raja 13:20-21,

Sesudah itu matilah Elisa, lalu ia dikuburkan. Adapun gerombolan Moab sering memasuki negeri itu pada pergantian tahun. Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.

Jika Yesus ‘sakti’ saat masih hidup, sedangkan Elisa ‘sakti’ ketika ia sudah menjadi tulang-belulang alias mati. Nah? Siapa yang lebih hebat? Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib, maka tampaknya Elisa lebih ajaib ketimbang Yesus. Yesus bisa menyembuhkan orang buta, Elisa juga bisa, 2Raja 6:17, 20.

Pembelaan Ketiga, Yesus disembah

– Mengapa AlKitab mencatat berulang-ulang kali bahwa Yesus disembah? Bukankah hanya Allah saja yang patut disembah?

Banyak ayat-ayat dalam Bibel yang menyatakan bahwa Yesus disembah. Ayat-ayat itu antara lain : Matius 2: 2,8,11 ; Matius 8:2 ; Matius 9:18 ; Matius 14:33 ; Matius 15:25 ; Matius 28:9 ; Lukas 24:52 ; Ibrani 1:6.

Tapi yang perlu diperjelas di sini adalah, ‘disembah’ dalam makna apa? Ini adalah permasalahan bahasa. Apakah Yesus disembah seperti orang menyembah Allah yang sejati? Dalam bahasa Yunani, kata ‘menyembah’ yang sering dipakai itu adalah ‘proskuneo’. Proskuneo mempunyai arti ‘menyembah’ dalam makna ‘menghormat’. Kata ini juga biasa digunakan untuk orang-orang yang berkedudukan tinggi.

Sedangkan penyembahan kepada Allah sejati, kata Yunani yang digunakan adalah ‘latruo’, yang lebih bermakna menyembah dalam arti beribadah. Yesus sebagai orang yang berkedudukan tinggi, nabi Allah maka layak untuk mendapat ‘proskuneo’ dari banyak orang. Sehingga penggunaan kata ‘menyembah’ (proskuneo) yang seharusnya lebih tepat diterjemahkan sebagai ‘menghormat’ terhadap Yesus, tidak bisa dijadikan bukti bahwa Yesus adalah Allah sejati. Ini adalah masalah kesalahpahaman dalam penafsiran. Dan sebagai catatan, bahwa LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) dalam menterjemahkan kata ‘proskuneo’ dan ‘latruo’ sama-sama diterjemahkan dengan kata ’menyembah’.

Pembelaan ke-4, Yesus satu hakikat dengan Bapa

– Dalam Yohanes 10:30, di ayat ini Yesus berkata “Aku dan Bapa adalah satu”. Satu artinya satu hakikat, berarti Yesus itu ya Allah sejati karena satu hakikat dengan Bapa.

Untuk memahami ayat Yohanes 10:30 perlu melihat kembali ayat-ayat sebelumnya terutama Yohanes 10:25 yang berbicara bahwa Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam nama Bapa/Allah. Sebenarnya hal ini mudah dipahami dan bukan sesuatu yang ‘wah’, yang hebat. Mengapa demikian? Karena setiap kali melakukan pekerjaan apapun kita sebagai Muslim, memulainya dengan mengucap ‘Bismillah’ (dengan nama Allah). Dan seorang Muslim tidak lantas menjadi Allah itu sendiri ketika menyebutkan Basmalah. Maka ‘satu’ di sini menyatakan ‘bersatu’ dalam arti kias karena apa yang dilakukan oleh Yesus sebagai Nabi Allah tentu tak lepas dari wahyu Allah dan bukan kehendak pribadi.

Dan ayat-ayat setelah Yohanes 10:30 justru Yesus dengan tegas menyatakan diri bahwa kata-katanya bukanlah sebuah pengakuan bahwa dirinya adalah Allah.

Yohanes 10:36 mengapa kalian mengatakan Aku menghujat Allah karena berkata Aku Anak Allah? Padahal Aku dipilih oleh Bapa dan diutus ke dunia.

Mengenai ayat Yohanes 10:30, John Calvin seorang tokoh Kristen penganut Trinitas, dalam buku Commentary on the Gospel According to John berkata: “orang-orang zaman dulu menyalahgunakanayat ini untuk membuktikan bahwa Kristus adalah dari zat yang sama dengan sang Bapa”.

Pembelaan ke-5, Tomas menyebut Yesus Tuhan

– Kalau Yesus bukanlah Allah, mengapa Tomas sebagai murid Yesus berkata: “Ya Tuhan dan Allahku”?

Jika mengikuti alur cerita dalam Bibel yang disebutkan dalam Injil Yohanes, maka urutannya adalah: Yesus disalib dan mati – pada hari ketiga Yesus bangkit – kabar kebangkitan diceritakan pada Tomas. Tomas meragukan kebangkitan Yesus yang telah diceritakan oleh teman-temannya hingga ia sampai berkata:

“Kalau saya belum melihat bekas paku pada tangan-Nya, belum menaruh jari saya pada bekas-bekas luka paku itu dan belum menaruh tangan saya pada lambung-Nya, sekali-kali saya tidak mau percaya.” (Yohanes 20:25)

Dari kisah Bibel ini bisa dipahami bahwa Tomas dan murid-murid yang lain yakin betul Yesus telah benar-benar mati ketika disalib. Murid-murid yang lain percaya Yesus bangkit, tetapi Tomas tidak percaya. Nah, sebagai orang yang kenal betul tentang siapa Yesus, dan seandainya Tomas dan murid-murid telah mengenal Yesus sebagai Allah sejati, tentunya mereka tidak perlu cemas atau tidak percaya tentang kebangkitan Yesus.

Jika Tomas mengenal Yesus sebagai Allah sejati, maka dia tidak akan ragu apakah Yesus bangkit atau tidak, karena mereka dan orang-orang Yahudi paham betul bahwa ALLAH SEJATI TIDAK BISA MATI! Karena tidak bisa mati ya jelas tidak perlu bangkit dari kematian. Keraguan Tomas ‘apakah Yesus bangkit atau tidak’ justru hal itu jelas sekali membuktikan bahwa Tomas telah mengenal Yesus sebagai BUKAN ALLAH SEJATI, alias hanya seorang Nabi, manusia biasa.

Poin kedua, mari kita perhatikan konteks ayat Yohanes 20:28 itu. Dalam keadaan tidak percaya pada kabar berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Tomas melihat di depan mata kepalanya sendiri bahwa Yesus benar-benar bangkit sehingga seketika Tomas menjadi terkejut dan berseru Ya Tuhan dan Allahku!”. Saat orang terkejut melihat tsunami yang sangat dahsyat, orang itu berkata “Ya Tuhan dan Allahku!” bukan berarti gelombang tsunami itu adalah Tuhan atau Allahnya, bukan? Ucapan “Ya Tuhan dan Allahku” itu adalah sebuah ekspresi keterkejutan.

Pembelaan ke-6, Yesus menciptakan alam semesta

– Dalam Ibrani 1:2, Kolose 1:16 dan Yohanes 1:3 disebutkan peran-peran Yesus sebagai pencipta, bukankah itu berarti Yesus adalah Allah sejati?

Ayat-ayat diatas perlu sekali diperbandingkan dengan Wahyu 3:14 di mana disitu Yesus dikatakan sebagai ‘ciptaan’ Allah. Dalam Kolose 1:15, Yesus disebut sebagai ciptaan sulung. Membingungkan memang, bahwa menurut Bibel Yesus ternyata adalah pencipta manusia dan alam semesta dan ini hanya terdapat di Perjanjian Baru. Sedangkan dalam ayat lain terutama di Perjanjian Lama, Sang Pencipta adalah Yahweh.

Apa yang diperbuat Yesus tidaklah berasal dari kuasanya sendiri, tapi Yesus TELAH DIBERI KUASA oleh Allah-nya. Hal ini tertulis sangat jelas dalam Matius 28:18.

Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku [kepada Yesus] telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.

Maka makin jelaslah bahwa ayat-ayat dalam Bibel tidak pernah menyebut bahwa Yesus adalah Allah. Justru ayat-ayat tersebut membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, mahluk, ciptaan bukan sang pencipta.

(Ustadzah HJ. Irena Handono, Kristolog Pendiri dan Pembina Irena Center. Nama asli: Han Hoe Lie)