Setelah Jokowi, Siapa Presiden Berikutnya?
Jum'at, 4 Mei 2018
Faktakini.com
*Setelah Jokowi, Siapa Presiden Berikutnya?*
**Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
#2019GantiPresiden. Terus, sopo sing arep ganti? Siapa yang mau ganti?
Elektabilitas Jokowi rendah. Di bawah 40%. Tak aman. Mesti sejumlah partai sudah deklarasi, tak berarti tak bisa berubah.
PDIP ingin Puan Maharani jadi cawapres Jokowi. Jika ditolak, PDIP bisa tarik dukungan. Jika diterima, Golkar dan partai lainnya bisa mundur. Dilematis.
Ada dua faktor yang bisa membuat partai koalisi tarik dukungan. Pertama, jika elektabilitas Jokowi terus turun. Logikanya, untuk apa dukung calon yang mau kalah? Kedua, jika nego "No Deal".
Jika salah satu, atau kedua faktor ini terjadi, Golkar dan PDIP bisa membuat poros sendiri. Sangat mungkin terjadi
Lalu, siapa calon penantangnya?
Dari sekian tokoh potensial, hanya Prabowo yang sudah deklarasi. Didukubg oleh Gerindra yang punya 73 kursi. Prabowo percaya diri. Hanya butuh tambahan 39 kursi lagi untuk genapi 112 kursi.Syarat minimal bisa nyapres.
Gerindra bisa cari partner koalisi. Bisa PKS (40 kursi). Bisa PAN (49 kursi). Bisa PKB (47 kursi).
Tapi, banyak yang ragu: apakah Prabowo bisa kalahkan Jokowi? Dengan catatan, Jokowi dapat tiket dan maju. Ini bukan soal kemampuan dan integritas. Bukan juga soal komitmen kebangsaan dan nasionalisme. Semua syarat itu sudah ada dalam diri Prabowo. Tapi, ini soal like and dislike. Soal kedisukaan yang berujung pada jatuhnya keputusan rakyat untuk memilih. Citra dan pola komunikasi sangat berperan.
Prabowo didukung Gerindra. So pasti. Apakah PKS dukung? Tentu, tapi dengan syarat: cawapres dari PKS. Ada dua nama yang leading di PKS: Ahmad Heryawan dan Anis Matta. Prabowo mau ambil?
Dengan berbagai alasan, Prabowo belum memberikan sinyal. Gerindra lebih sreg cawapres dari orang luar PKS. Faktor elektabilitas dan logistik jadi alasan. Alasan lain, PKS pasti tak dukung Jokowi. Untuk apa ambil cawapres dari PKS? Toh suara akan pasti masuk ke Prabowo. Kalkulasinya masuk akal.
Bagi PKS, itu tak masuk akal. Koalisi itu bukan mengorbankan kawan, tapi menyemaikan. Jika PKS punya cawapres, kader bersemangat dan elektabilitas partai terdorong naik. Logis juga.
Logika keduanya tak ketemu. PKS cari alternatif. Poros ketiga mulai dipikirkan. Komunikasi dengan Demokrat mulai dijajagi.
Jika PKS tinggalkan Prabowo, nyaris Prabowo akan kehilangan partner. PAN? Minta cawapres juga. Besar kemungkinan Gerindra tak mau. PKB? Bukan hanya minta cawapres, kabarnya juga logistik. Makin berat. Koalisi dengan Demokrat? SBY siap, asal calonnya bukan Prabowo. Nah...
Prabowo terancam tak punya kendaraan cukup. Posisinya bisa terjepit. Memaksakan koalisi tanpa pertimbangan survei, itu akan lebih konyol lagi.
Lalu, siapa yang berpeluang gantikan Jokowi? Gatot Nurmantyo. Logistik kuat dan punya potensi elektabilitas. Tentara lagi. Cuma..., Ini masalahnya. Gatot sedang berhadapan serius dengan umat Islam yang dipimpin Habib Rizieq. Gatot harus lebih dulu memenangkan pertarungan dengan PA 212. Caranya? Merangkul, atau sekalian perang isu.
Oleh Habib Rizieq dan PA 212, Gatot dianggap musuh dan penggembos 212. Kabar ini mesti Gatot klarifikasi, supaya tak menghambat elektabilitasnya. Selain itu, isu kedekatan Gatot dengan taipan, terutama TW, juga jadi masalah tersendiri.
Jika Gatot bisa menyelesaikan dua isu itu, besar kemungkinan Gatot akan dapatkan tiket dari poros ketiga. Tapi, jika Gatot gagal, sulit partai-partai itu akan usung Gatot. Terutama PKS yang basis utamanya adalah umat Islam.
Jika Gatot gagal, maka Anies Baswedan punya peluang. Nama Gubernur DKI ini sempat redup setelah Prabowo deklarasi. Publik tahu, Anies tak mungkin nyalon jika ada Prabowo. Anies tak akan maju tanpa rekomendasi Prabowo. Soal ini, Anies tegas ketika jawab pertanyaan wartawan: apakah Pak Anies siap nyalon presiden? Kan sudah ada Pak Prabowo, jawab Anies. Intinya, Anies tak akan mengkhianati Prabowo. Itu prinsip moral, kata Anies.
Empat tokoh yang berpeluang nyapres, masing-masing terkunci dan mengunci. Jokowi terkunci oleh PDIP. Dan kemungkinan akan dikunci juga oleh Golkar. Prabowo terkunci oleh PKS. Gatot terkunci oleh Habib Rizieq dan PA 212. Anies Baswedan terkunci oleh Prabowo
Siapa yang mampu keluar dari posisi itu? Bergantung situasi tiga bulan kedepan. Komunikasi antar partai masih sangat dinamis. Jadi, siapa yang akan mengganti Jokowi di 2019? Akan muncul di detik-detik terakhir menjelang pendaftaran. Siapa yang bisa ambil hati rakyat, termasuk hati umat Islam sebagai penduduk mayoritas, ia yang akan berpeluang lebih besar untuk dilirik oleh partai pengusung.
Jakarta, 4/5/2018
Foto: Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, nama keduanya banyak disebut-sebut sebagai Capres - Cawapres di Pilpres 2019