Di Jawa Timur Muslimat NU Dan FPI bersatu Tumbangkan Banteng
Senin, 25 Juni 2018
Faktakini.com, Jakarta - Khofifah Indar Parawansa dengan Muslimat NU nya berjuang untuk menumbangkan Banteng di Jawa Timur dalam Pilgub Jatim 2018, yang pencoblosannya akan berlangsung pada hari Rabu 27 Juni 2018.
Sementara FPI juga sejak lama punya tekad bulat untuk menumbangkan Banteng di semua Daerah, termasuk di Jatim, sehingga Muslimat NU dan FPI punya tujuan yang sama di Pilgub Jatim 2018 ini yaitu menumbangkan Banteng.
Elektabilitas pasangan calon Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak sendiri terbukti lebih unggul, dibandingkan dengan pasangan calon lainnya dalam Pilgub Jawa Timur.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, pihaknya melakukan survei jelang pemilihan agar akurasi dari hasil sigi tak berbanding jauh dengan hasil pemilihan.
Menurutnya, jika tidak ada dinamika politik yang keras, pasangan Khofifah-Emil akan memenangi Pilgub Jatim
“Elektabilitas pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak (51.8%), unggul dari pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno (43.5%), tidak tahu atau tidak jawab (4.7%),” ujarnya di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2018).
Hanta menerangkan, data survei tersebut cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Survei itu sendiri dihimpun dari tanggal 18-22 Juni 2018 dengan menggunakan metode Stratifed Multistage Random Sampling.
“Jumlah sampel survei Jawa Timur berjumlah 1.200 responden dengan margin of eror 2.8% pada tingkat kepercayaan 95%,” paparnya.
Klaster survei Jawa Timur menjangkau seluruh 38 kabupaten atau kota secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilh terakhir.
Primar Sampling Unit (PSU) survei adalah desa atau kelurahan yang dipilih secara acak dengan jumlah secara proporsional di setiap kabupaten atau kota. Sedangkan Multistage Sampling ke level individu responden menggunakan TPS dengan daftar pemilih tetap (DPT) berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Selain itu, kata Hanta, ada lima TPS yang dipilih secara acak di setiap desa atau kelurahan dengan masing-masing TPS dipilih dua pemilih secara acak.
Hanta sendiri memastikan jika pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner terhadap responden yang telah terpilih secara acak sistematis.
“Metode sampling ini meningkatkan representasi seluruh populasi pemilih secara lebih akurat,” ucapnya.
Sumber: Republika
Faktakini.com, Jakarta - Khofifah Indar Parawansa dengan Muslimat NU nya berjuang untuk menumbangkan Banteng di Jawa Timur dalam Pilgub Jatim 2018, yang pencoblosannya akan berlangsung pada hari Rabu 27 Juni 2018.
Sementara FPI juga sejak lama punya tekad bulat untuk menumbangkan Banteng di semua Daerah, termasuk di Jatim, sehingga Muslimat NU dan FPI punya tujuan yang sama di Pilgub Jatim 2018 ini yaitu menumbangkan Banteng.
Elektabilitas pasangan calon Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak sendiri terbukti lebih unggul, dibandingkan dengan pasangan calon lainnya dalam Pilgub Jawa Timur.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, pihaknya melakukan survei jelang pemilihan agar akurasi dari hasil sigi tak berbanding jauh dengan hasil pemilihan.
Menurutnya, jika tidak ada dinamika politik yang keras, pasangan Khofifah-Emil akan memenangi Pilgub Jatim
“Elektabilitas pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak (51.8%), unggul dari pasangan Saifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno (43.5%), tidak tahu atau tidak jawab (4.7%),” ujarnya di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2018).
Hanta menerangkan, data survei tersebut cukup akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Survei itu sendiri dihimpun dari tanggal 18-22 Juni 2018 dengan menggunakan metode Stratifed Multistage Random Sampling.
“Jumlah sampel survei Jawa Timur berjumlah 1.200 responden dengan margin of eror 2.8% pada tingkat kepercayaan 95%,” paparnya.
Klaster survei Jawa Timur menjangkau seluruh 38 kabupaten atau kota secara proporsional berdasarkan data jumlah populasi pemilh terakhir.
Primar Sampling Unit (PSU) survei adalah desa atau kelurahan yang dipilih secara acak dengan jumlah secara proporsional di setiap kabupaten atau kota. Sedangkan Multistage Sampling ke level individu responden menggunakan TPS dengan daftar pemilih tetap (DPT) berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Selain itu, kata Hanta, ada lima TPS yang dipilih secara acak di setiap desa atau kelurahan dengan masing-masing TPS dipilih dua pemilih secara acak.
Hanta sendiri memastikan jika pengumpulan data dilakukan oleh pewawancara terlatih melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner terhadap responden yang telah terpilih secara acak sistematis.
“Metode sampling ini meningkatkan representasi seluruh populasi pemilih secara lebih akurat,” ucapnya.
Sumber: Republika