Dipimpin Midji - Norsan, Ini Profil Kalbar dan Jumlah Penduduknya

Sabtu, 30 Juni 2018

Faktakini.com

Kalimantan Barat
Provinsi di Indonesia

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak.

Kalimantan Barat

Lambang
Semboyan: "Akçaya"
(Bahasa Indonesia: "Tak Kunjung Binasa")

Hari jadi
1 Januari 1957 (hari jadi)

Dasar hukum
undang-undang dasar

Ibu kota
Pontianak

Area
 - Total luas
146.807 km² km2
Populasi
 - Total
5.348.954 Jiwa (2015)
 - Kepadatan
36.43 jiwa/km²/km2

Pemerintahan
 - Gubernur
Sutarmidji
 - Wagub
Ria Norsan
 - Ketua DPRD
M. Kebing L.
 - Sekda
M. Zeet Hamdy Assovie

 - Kabupaten
12
 - Kota
2
 - Kecamatan
176
 - Kelurahan
1970

APBD
 - DAU
Rp. 1.144.712.840.000.-

Demografi

 - Etnis
Dayak 25.56%
Melayu 43,1%
Jawa 8.66%
Tionghoa 8.17%
Madura 6.27%
Bugis 3.13%
Sunda 1.13%
Batak 0.60%
Daya 0.52%
Banjar 0.33%
Lain-lain 1.33% [1]

 - Agama

Islam 55.68%
Katolik 23.50%
Kristen Protestan 13.62%
Buddha 6.73%
Khonghucu 0,26%
Hindu 0.21%[2]

 - Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Dayak, Bahasa Jawa Bahasa Tionghoa, Bahasa Mandarin

Lagu daerah
Cik Cik Periook (Resmi)

Situs web
www.kalbarprov.go.id
Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.[3]

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.[4] Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2016 berjumlah 5.365.256 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).

Sejarah

Provinsi Borneo saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.
Bakulapura atau Tanjungpura merupakan taklukan Kerajaan Singhasari. Wilayah kekuasaan Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah negara kerajaan induk: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin (Bumi Kencana).

Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin).[5][6]

Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana.[7] Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin)[8]

Daerah-daerah di Kalbar yang terkenal pada zaman dahulu diantaranya Tanjungpura dan Batang Lawai. Loue (Lawai) oleh Tomé Pires digambarkan daerah yang banyak intan, jarak dari Tanjompure empat hari pelayaran. Tanjungpura maupun Lawai masing-masing dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak.[9][10] Kesultanan Demak juga telah berjasa membantu raja Banjar Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa Kerajaan Negara Daha terakhir untuk memperebutkan hegemoni atas wilayah Kalimantan Selatan.

Menurut naskah Hikayat Banjar dan Kotawaringin, negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar atau pernah mengirim upeti sejak zaman Hindu. Kerajaan Banjar menamakan kerajaan-kerajaan di Kalbar ini dengan sebutan negeri-negeri di bawah angin. Kerajaan Banjar memiliki prajurit Dayak Biaju-Ot Danum dan Dayak Dusun-Maanyan-Lawangan yang sering memenggal kapala musuh-musuhnya (ngayau).

Pada masa pemerintahan Raja Maruhum Panambahan seorang Adipati Sambas/Panembahan Ratu Sambas telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama Si Giwang dan Si Misim.[11][12] Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.[13] Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan Panembahan Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda.

Hubungan raja-raja Kalimantan Barat dengan VOC Belanda menimbulkan kemarahan Sultan Agung, raja Mataram Islam, sehingga diperintahkannya Tumenggung Bahureksa menyerang Sukadana pada tahun 1622. Situasi ini menimbulkan ketegangan di seluruh Kalimantan, untuk melunakan Mataram, Kesultanan Banjar mengirim perutusan kepada Kesultanan Mataram. Pada bulan Oktober 1641 perutusan Kesultanan Banjar tiba di Jepara, pelabuhan Kesultanan Mataram dengan membawa persembahan intan Si Misim (intan upeti Panembahan Ratu Sambas dahulu). Utusan dalam jumlah besar diijinkan tinggal di kota istana.[14] Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi), sedangkan daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas.

Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Syarif Abdurrahman Alkadrie yang dahulu telah dilantik di Banjarmasin sebagai Pangeran yaitu Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui oleh VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut.[15]

Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah dan kemudian menaklukan Sanggau. Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.[16]

Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan [17] Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8.[18] Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.

Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu di antaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.[19]

Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. [20]

Kondisi Alam Sunting
Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.

Sosial Kemasyarakatan

Suku Bangsa

Berdasarkan sensus tahun 2010, etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (49.91%), kemudian ada suku Melayu (16.50%). Etnis Dayak merupakan etnis di daerah pedalaman, sedangkan etnis Melayu mayoritas di kawasan pesisir. Etnis terbesar ketiga yaitu etnis Jawa (8.66%) yang memiliki basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi. Di urutan keempat yaitu Etnis Tionghoa (8,17%) yang banyak terdapat di perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Berikutnya di urutan kelima yaitu etnis Madura (6,27%) yang memiliki basis pemukiman di Pontianak dan Kubu Raya.

Etnis terbesar keenam hingga sepuluh yaitu Bugis (3,13%), Sunda (1,13%), Batak (0,60%), Daya (0,52%) dan Banjar (0,33%) dan suku-suku lainnya (1,33%).

Nomor Suku Bangsa Jumlah Konsentrasi
1 Dayak 2.194.009 49,91%
2 Melayu 814.550 16,50%
3 Jawa 427.333 8,66%
4 Tionghoa 358.451 8,17%
5 Madura 274.869 6,27%
6 Bugis 137.282 3,13%
7 Sunda 49.530 1,13%
8 Batak 26.486 0,60%
9 Daya 22.690 0,52%
10 Banjar 14.430 0,33%
10 Suku-suku lainnya 58.306 1,33%
Total 4.385.356 100,00%

Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).

Khusus untuk rumpun Uut Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosa kata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).

Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang sama dengan bahasa Melayu Sarawak, Melayu Malaysia dan Melayu Riau.

Agama

Mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam (55.68%). Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.

Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan Pontianak juga terdapat penganut Buddha dalam jumlah cukup besar.

Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat, yaitu :[21]

Nomor Agama Jumlah Konsentrasi Keterangan

1 Islam 2.987.695 55.68% dipeluk oleh Suku Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Sunda, Banjar, Minangkabau, sebagian Suku Batak serta sebagian kecil Suku Dayak dan Tionghoa

2 Katolik 1.260.476 23.50% dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa

3 Kristen Protestan 730.921 13.62% dipeluk oleh suku Dayak, Tionghoa, NTT, suku Batak serta sebagian suku Jawa

4 Buddha 361.298 6.73% dipeluk oleh keturunan Tionghoa

5 Konghucu 13.733 0.26% dipeluk oleh keturunan Tionghoa

6 Hindu 11.136 0.21% dipeluk oleh orang Bali

Pendidikan
Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:

Universitas Tanjungpura
IAIN Pontianak
Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak (STP St. Agustinus KAP)
Politeknik Negeri Pontianak
STIPER Panca Bhakti Pontianak
STMIK Pontianak
Politeknik Kesehatan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak
Universitas Muhammadiyah
ASMI Pontianak
ABA Pontianak
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma
Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma
Akademi Bahasa Asing Widya Dharma
Akademi Bumi Sebalo Bengkayang
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma
Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)
STIE Pontianak
Universitas Panca Bakti
STIH Singkawang
Universitas Kapuas, Sintang
Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
STKIP PGRI Pontianak
STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
AMIK Bina Sarana Informatika Pontianak
STKIP Singkawang
Sekolah Tinggi Theologia (STT) Berea, Ansang, Kabupaten Landak
Sekolah Tinggi Theologia Pontianak (STTP), Pontianak
Sekolah Tinggi Theologia Kalimantan (STK), Pontianak
Sekolah Tinggi Theologia Eklesia (STT Eklesia), Pontianak
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah (STIK Muhammadiyah) Pontianak
Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang
Politeknik Ketapang
Politeknik Sambas
Sekolah Tinggi Teologi Borneo (STT Borneo), Sanggau
STKIP Melawi Nanga Pinoh; Perbatasan Entikong
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-Haudl), Ketapang

Batas wilayah
Provinsi Kalimantan Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Sarawak, Malaysia Timur
Selatan Laut Jawa
Barat Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia
Timur Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah
Pemerintahan Sunting
Ibu kota Kalimantan Barat adalah kota Pontianak.

Kabupaten dan Kota
No. Kabupaten/Kota Pusat pemerintahan Bupati/Wali Kota Kecamatan Kelurahan/desa Logo
Coat of arms of West Kalimantan.svg
1 Kabupaten Bengkayang Bengkayang Suryadman Gidot Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Bengkayang.png
2 Kabupaten Kapuas Hulu Putussibau Abang M. Nasir Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Kapuas Hulu.png
3 Kabupaten Kayong Utara Sukadana Hildi Hamid Daftar kecamatan Daftar desa
50px
4 Kabupaten Ketapang Ketapang Martin Rantan Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Ketapang.jpeg
5 Kabupaten Kubu Raya Kubu Rusman Ali Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang kabupaten Kubu Raya.jpg
6 Kabupaten Landak Ngabang Karolin Margret Natasa Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Landak.png
7 Kabupaten Melawi Nanga Pinoh Panji Daftar kecamatan Daftar desa
Logo Kabupaten Melawi.png
8 Kabupaten Mempawah Sungai Pinyuh Ria Norsan Daftar kecamatan Daftar desa
Kabupaten mempawah.png
9 Kabupaten Sambas Pemangkat Atbah Romin Suhaili Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Sambas.jpg
10 Kabupaten Sanggau Sanggau Paolus Hadi Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Sanggau.tif
11 Kabupaten Sekadau Sekadau Rupinus Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Sekadau.jpg
12 Kabupaten Sintang Sintang Jarot Winarno Daftar kecamatan Daftar desa
Lambang Kabupaten Sintang.png
13 Kota Pontianak - Sutarmidji Daftar kecamatan Daftar kelurahan
Seal of Pontianak.svg
14 Kota Singkawang - Tjhai Chui Mie Daftar kecamatan Daftar kelurahan
Lambang KotaSingkawang.png


Daftar gubernur Sunting
No Kepala Kerasidenan Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Keterangan
Farel Pasaribu
1953
1957
[ket. 1]
No Gubernur[22] Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Ket. Wakil Gubernur
1
West Kalimantan Governor A.P. Afloes.jpg Adji Pangeran Afloes
1957
1958
1
[23]

2
Governor of West Kalimantan Djenal Asikin Judadibrata.jpg Djenal Asikin Judadibrata
1958
1960
2
[23]
3
Governor of West Kalimantan J.C Oevaang Oeray.jpg Johanes Chrisostomus
Oevaang Oeray
1960
1966
3
[23][24]
Iwan Soepardi
(1960–64)
Soemadi[25]
(1965–67)
4
Governor of West Kalimantan Soemadi.jpg Soemadi
Bc.H.K.
1967
1972
4
[23]

5
Governor of West Kalimantan Kol. Kadarusno.jpg Kol.
Kadarusno
1972
1977
5
[23]
6
Gub. Kalbar Soedjiman.jpg H.
Soedjiman
1977
1982
6
[23]
1982
1987
7
Abassuni Abubakar
(1983–87)
7
Brigjend. TNI (Purn.) H.
Parjoko Suryokusumo
1987
1993
8
Jimmi Mohammad Ibrahim
(1987–92)
Muchalli Thaufiek
(1992–97)
8
8. Mayjen A. Aswin Tahun 1993-2003.jpg Mayjend. TNI (Purn.) H.
Aspar Aswin
1993
1998
9

Syarifuddin Lubis
(1997–98)
1998
13 Januari 2003
10
Djawari
9
H.
Usman Ja'far
13 Januari 2003
14 Januari 2008
11
Laurentius Herman Kadir
10
Cornelis 2013.jpg Drs.
Cornelis
M.H.
14 Januari 2008
14 Januari 2013
12
Christiandy Sanjaya
14 Januari 2013
14 Januari 2018
13
(2013)

Pj. Gubernur Kalbar Dody Riyadmadji.png Doddy Riyadmadji
(Penjabat)
15 Januari 2018
Petahana

Sutarmidji - Ria Norsan (2018 - 2023)

Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat