Djarot Jualan Kartu Padahal Di Jakarta Pun Tak Laku, ERAMAS Makin Diyakini Rajai Pilgub Sumut
Kamis, 21 Juni 2018
Faktakini.com
*Lae Djarot Jualan Kartu Lagi di Sumut?, Caapeee Deeeh..*
By : *Azwar Siregar*
Saya menonton Debat Ketiga Pilgub Sumut antara Pasangan Eramas dengan Djoss.
Baru dipembukaan, saya sudah tertawa terbahak-bahak.
Karena baru dipembukaan Lae Djarot sudah jualan kartu yang mengingatkan saya dengan Pak Nganu tukang jualan Kartu tapi ujung-ujungnya malah jualan jalan Tol.
Dari Jakarta ke Sumut kok idenya cuma jualan kartu aja Lek?, kalau ada kartu simpati yang 120 GB boleh lah kirim satu dus ke sini.
Mungkin saja Lae Djarot karena hanya seorang pendatang yang singgah ke Sumut hanya untuk memperebutkan jabatan jadi kurang paham, tinggal belok kiri simpang kawat titian bambu kuning, semua warung-warung disana ada kartu remi-nya. Mau main Joker kita lae?, ayok.
Saya semakin terbahak ketika ada pertanyaan bagaimana cara men-sejahterahkan kehidupan para Nelayan di Sumut, Lae Djarot langsung menawarkan kartu saktinya..
Ajibb...ajib..., jabang bayi.
Emang ikan-ikan di pesisir Belawan dan Sungai Berombang sana sudah bisa dipancing pakai umpan kartu ya lae?
Hajablah, bisa-bisa harga kartu domino naik diam-diam seperti harga BBM ditengah malam. Jadi tinggal caturlah yang jadi permaianan awak di kedei kopi kalau mudik tahun depan.
Saya juga mencatat dua kali Lae Djarot mencoba "menyerang" Pak Edy di kasus penyerobotan tanah Kodam oleh Warga Ramunia .
Dengan gaya melankolis dan saya cukup yakin kumis Lae Djarot sampai bergetar karena mungkin pura-pura menahan tangis, menceritakan bagaimana petani tersebut sampai sekarang jadi trauma karena dulu merasa di intimidasi Pak Edy yang masa itu menjabat Panglima Kodam Bukit Barisan.
Saya salut dengan jawaban Pak Edy yang dengan sabar menjelaskan bahwa tanah tersebut milik Kodam, tidak bisa rakyat datang dan kemudian asal klaim dan berusaha menguasainya.
Pak Edy memang sosok tegas, wajar saja karena beliau seorang militer bukan Tukang Meubel. Saya berpikir sosok ini seharusnya jadi idola Ahoker se Indonesia yang konon memuja Ahok karena Ahok dianggap tegas. Sayangnya Pak Edy tidak bisa kasar sedangkan tegas bagi Ahoker itu adalah doyan memaki-maki rakyat dan bermulut kotor.
Silahkan dicari Videonya dan tonton secara utuh, Pak Edy bersikap tegas dan dengan jelas mempersilahkan petani membawa surat bukti kalau merasa berhak atas tanah Kodam tersebut.
Sekali lagi saya setuju dengan Pak Edy kalau Lae Djarot sama sekali tidak memahami karakter masyarakat Sumut.
Kalau dibiarkan, bukan cuma tanah Kodam, tapi Lapangan Merdeka Kota Medan dalam satu jam bisa habis dikavling-kavling.
Bukan rahasia umum lagi, banyak tanah PTPN di wilayah Sumut misalnya di wilayah Marelan yang ditempati masyarakat secara illegal. Bahkan tanah PT Kereta Api mulai Brigjen Katamso sampai Kota Belawan sudah tidak kelihatan lagi jalur relnya dan sudah banyak dibangun rumah permanen.
Jadi kalau Lae Djarot yang entah bagaimana juga tiba-tiba pikun, karena semua orang tahu bagaimana dia dengan Ahok sewaktu berkuasa di Ibu Kota berulang kali menggusur pemukimanan warga di Jakarta dengan melibatkan aparat keamanan. Bahkan pemukiman legal seperti Bukit Duri (buktinya di menangkan warga di Pengadilan), tidak luput dari ulah biadab mereka.
Sekarang Lae Djarot cerita penyerobotan tanah negara dan seakan-akan jadi Pahlawan kesiangan?, kasihan ...bisa-bisa kalau mereka menang, bukan hanya Lapangan Merdeka, tapi Stadion Teladan pun besok lusa langsung ditanami sawit oleh masyarakat.
Tapi saya cukup salut, bagaimana Lae Djarot berani habis-habisan menyerang Pak Edy termasuk Bang Ijeck yang sempat dipanggil KPK. Saya jadi ingat Cagub Jawa Tengah Pak Ganjar Pranowo yang juga kader Partai-nya Lae Djarot berulang kali dipanggil KPK tapi selalu mangkir.
( https://m.viva.co.id/…/1042827-dipanggil-kpk-ganjar-pranowo… ).
Saya akhirnya cukup puas ketika dengan keras Pak Edy menyatakan bahwa Bang Ijeck tidak pernah dinyatakan jadi tersangka oleh KPK. Bahkan Pak Edy menyentil bagaimana salah satu Cagub Sumut akhirnya harus menyerah karena dicari-cari kesalahannya.
Setiap lawan partai penguasa memang cenderung dicari-cari kesalahannya.
Andai batuk sebuah kejahatan, sudah lama Pak Edy dan Bang Ijeck ditangkap KPK.
Pak Edy juga secara tersirat menyatakan kalau dia "tahu" tentang Wakil Pak Djarot tapi tidak mau membukanya, kata tahu sengaja saya pakai tanda kutip. Tentu saja sikap ksatria seorang Tentara membuat beliau tidak mau kehilangan kehormatan dengan menyerang lawan secara membabi-buta.
Cuma saya jadi sedikit kepo Jenderal...
Saya senang beliau dengan tegas menyatakan haqqul yakin Bang Ijeck bersih dan siap ikut bertanggung jawab kalau Bang Ijeck memang terbukti ada masalah dikemudian hari.
Khas orang Sumut yang setia kawan dan siap haccur demi kawan, rela do au kawan.
Saya semakin hormat dengan anda Jenderal !!!
Tidak salah semboyan pasangan ini Sumut Bermartabat.
Mendengar ketegasan Pak Edy, saya mencoba menyimak muka Pak Sihar yang cuma bisa terdiam dan Lae Djarot yang tetap cengar-cengir, mungkin saja dia sedang merogoh-rogoh sisa kartu dikantong celananya.
Sayangnya yang terogoh cuma botol penumbuh kumis....
#SumutBermartabat
#EraMasSumut
#PutraSumutUntukSumut
#SumutTidakButuhKumis
#KomunitasKomunikasiCintaIndonesia
#TirikYaluk
Foto: Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah (ERAMAS)
Faktakini.com
*Lae Djarot Jualan Kartu Lagi di Sumut?, Caapeee Deeeh..*
By : *Azwar Siregar*
Saya menonton Debat Ketiga Pilgub Sumut antara Pasangan Eramas dengan Djoss.
Baru dipembukaan, saya sudah tertawa terbahak-bahak.
Karena baru dipembukaan Lae Djarot sudah jualan kartu yang mengingatkan saya dengan Pak Nganu tukang jualan Kartu tapi ujung-ujungnya malah jualan jalan Tol.
Dari Jakarta ke Sumut kok idenya cuma jualan kartu aja Lek?, kalau ada kartu simpati yang 120 GB boleh lah kirim satu dus ke sini.
Mungkin saja Lae Djarot karena hanya seorang pendatang yang singgah ke Sumut hanya untuk memperebutkan jabatan jadi kurang paham, tinggal belok kiri simpang kawat titian bambu kuning, semua warung-warung disana ada kartu remi-nya. Mau main Joker kita lae?, ayok.
Saya semakin terbahak ketika ada pertanyaan bagaimana cara men-sejahterahkan kehidupan para Nelayan di Sumut, Lae Djarot langsung menawarkan kartu saktinya..
Ajibb...ajib..., jabang bayi.
Emang ikan-ikan di pesisir Belawan dan Sungai Berombang sana sudah bisa dipancing pakai umpan kartu ya lae?
Hajablah, bisa-bisa harga kartu domino naik diam-diam seperti harga BBM ditengah malam. Jadi tinggal caturlah yang jadi permaianan awak di kedei kopi kalau mudik tahun depan.
Saya juga mencatat dua kali Lae Djarot mencoba "menyerang" Pak Edy di kasus penyerobotan tanah Kodam oleh Warga Ramunia .
Dengan gaya melankolis dan saya cukup yakin kumis Lae Djarot sampai bergetar karena mungkin pura-pura menahan tangis, menceritakan bagaimana petani tersebut sampai sekarang jadi trauma karena dulu merasa di intimidasi Pak Edy yang masa itu menjabat Panglima Kodam Bukit Barisan.
Saya salut dengan jawaban Pak Edy yang dengan sabar menjelaskan bahwa tanah tersebut milik Kodam, tidak bisa rakyat datang dan kemudian asal klaim dan berusaha menguasainya.
Pak Edy memang sosok tegas, wajar saja karena beliau seorang militer bukan Tukang Meubel. Saya berpikir sosok ini seharusnya jadi idola Ahoker se Indonesia yang konon memuja Ahok karena Ahok dianggap tegas. Sayangnya Pak Edy tidak bisa kasar sedangkan tegas bagi Ahoker itu adalah doyan memaki-maki rakyat dan bermulut kotor.
Silahkan dicari Videonya dan tonton secara utuh, Pak Edy bersikap tegas dan dengan jelas mempersilahkan petani membawa surat bukti kalau merasa berhak atas tanah Kodam tersebut.
Sekali lagi saya setuju dengan Pak Edy kalau Lae Djarot sama sekali tidak memahami karakter masyarakat Sumut.
Kalau dibiarkan, bukan cuma tanah Kodam, tapi Lapangan Merdeka Kota Medan dalam satu jam bisa habis dikavling-kavling.
Bukan rahasia umum lagi, banyak tanah PTPN di wilayah Sumut misalnya di wilayah Marelan yang ditempati masyarakat secara illegal. Bahkan tanah PT Kereta Api mulai Brigjen Katamso sampai Kota Belawan sudah tidak kelihatan lagi jalur relnya dan sudah banyak dibangun rumah permanen.
Jadi kalau Lae Djarot yang entah bagaimana juga tiba-tiba pikun, karena semua orang tahu bagaimana dia dengan Ahok sewaktu berkuasa di Ibu Kota berulang kali menggusur pemukimanan warga di Jakarta dengan melibatkan aparat keamanan. Bahkan pemukiman legal seperti Bukit Duri (buktinya di menangkan warga di Pengadilan), tidak luput dari ulah biadab mereka.
Sekarang Lae Djarot cerita penyerobotan tanah negara dan seakan-akan jadi Pahlawan kesiangan?, kasihan ...bisa-bisa kalau mereka menang, bukan hanya Lapangan Merdeka, tapi Stadion Teladan pun besok lusa langsung ditanami sawit oleh masyarakat.
Tapi saya cukup salut, bagaimana Lae Djarot berani habis-habisan menyerang Pak Edy termasuk Bang Ijeck yang sempat dipanggil KPK. Saya jadi ingat Cagub Jawa Tengah Pak Ganjar Pranowo yang juga kader Partai-nya Lae Djarot berulang kali dipanggil KPK tapi selalu mangkir.
( https://m.viva.co.id/…/1042827-dipanggil-kpk-ganjar-pranowo… ).
Saya akhirnya cukup puas ketika dengan keras Pak Edy menyatakan bahwa Bang Ijeck tidak pernah dinyatakan jadi tersangka oleh KPK. Bahkan Pak Edy menyentil bagaimana salah satu Cagub Sumut akhirnya harus menyerah karena dicari-cari kesalahannya.
Setiap lawan partai penguasa memang cenderung dicari-cari kesalahannya.
Andai batuk sebuah kejahatan, sudah lama Pak Edy dan Bang Ijeck ditangkap KPK.
Pak Edy juga secara tersirat menyatakan kalau dia "tahu" tentang Wakil Pak Djarot tapi tidak mau membukanya, kata tahu sengaja saya pakai tanda kutip. Tentu saja sikap ksatria seorang Tentara membuat beliau tidak mau kehilangan kehormatan dengan menyerang lawan secara membabi-buta.
Cuma saya jadi sedikit kepo Jenderal...
Saya senang beliau dengan tegas menyatakan haqqul yakin Bang Ijeck bersih dan siap ikut bertanggung jawab kalau Bang Ijeck memang terbukti ada masalah dikemudian hari.
Khas orang Sumut yang setia kawan dan siap haccur demi kawan, rela do au kawan.
Saya semakin hormat dengan anda Jenderal !!!
Tidak salah semboyan pasangan ini Sumut Bermartabat.
Mendengar ketegasan Pak Edy, saya mencoba menyimak muka Pak Sihar yang cuma bisa terdiam dan Lae Djarot yang tetap cengar-cengir, mungkin saja dia sedang merogoh-rogoh sisa kartu dikantong celananya.
Sayangnya yang terogoh cuma botol penumbuh kumis....
#SumutBermartabat
#EraMasSumut
#PutraSumutUntukSumut
#SumutTidakButuhKumis
#KomunitasKomunikasiCintaIndonesia
#TirikYaluk
Foto: Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah (ERAMAS)