Lembaga Survey “Kredibel” Telah Berubah Jadi Peserta Lomba Tebak-tebakan Pilkada

Jum'at, 29 Juni 2018

Faktakini.com

Lembaga Survey “Kredibel” Telah Berubah Jadi Peserta Lomba Tebak-tebakan Pilkada

Persis seperti nasibnya tim Jerman yang babak belur dan gugur di babak penyisihan secara tragis, demikian juga nasib lembaga survey, yang katanya menjadi semacam alat termometer politik di setiap Pilkada, Pileg dan Pilpres.

Sejumlah lembaga survey yang katanya “kredibel” tersebut gagal menebak hasil Pilkada, babak belur ditumbangkan oleh hasil Pilkada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan sejumlah daerah lainnya.

Di Jawa Barat, mayoritas lembaga survey “kredibel” menempatkan pasangan Sudrajad-Syaikhu di urutan ke tiga dengan menebak perolehan suara antara 7 hingga 9 persen. Kenyataannya, Pasangan Sudrajad-Syaikhu justru melambung tinggi perolehan suaranya, bersaing ketat dengan perolehan suara yang diraih Ridwan Kamil.

Demikian juga di Jawa Tengah, hampir mayoritas lembaga survey “kredibel” menebak perolehan suara pasangan Sudirman-Ida sangat rendah, yaitu antara 17 hingga 20 persen. Kenyataannya Sudirman-Ida berhasil meraih perolehan suara di atas 40 an persen mendekati pasangan Ganjar-Taj.

Jika diibaratkan lomba tebak tebakan, maka pemenang lomba tebak-tebakan kali ini justru dimenangkan oleh LKPI, sebuah lembaga survey pendatang baru dan berada di papan bawah. Tebakan LKPI mendekati akurat yang menempatkan Sudirman-Ida dan Sudrajad-Syaikhu unggul di Pilkada Jateng dan Jabar.

LKPI persis seperti tim sepak bola Korsel yang selalu jadi tim papan bawah, tapi berhasil mengusir Jerman sebagai sang juara bertahan dari medan kurusetra Piala Dunia 2018.

Mari lanjutan lomba tebak tebakan menuju Pilpres 2019 yang mengunggulkan Joko Widodo di urutan teratas tanpa pesaing. Konon katanya, sejumlah lembaga tebak tebakan telah membuat hasil tebakan pada Pilpres 2019, katanya tidak ada kandidat yang bisa kalahkan Joko Widodo. Hanya kotak kosong yang dapat bersaing mengalahkan figur janji kosong.[***]

LEMBAGA SURVEI DENGAN MARGIN ERROR 20-25%

Sebelum Hari H Surveyor-surveyor besar memproyeksi ASYIK hanya akan meraih suara di bawah 10%.

Juni 2018, LSI Denny JA memproyeksi 8,2%.
Juni 2018, SMRC Saiful Mujani memproyeksi 7,9%.
Maret hingga Mei 2018, INDIKATOR Burhanuddin Muhtadi memproyeksi 3,2%.

Pada hari H dengan quick count ASYIK ada pada 28 - 30%.

Ada 3 kemungkinan dari fenomena ini:

1. Para surveyor salah besar dalam menjalankan pekerjaan ilmiah mereka. Mengambil proyeksi "tertinggi" yang 8,2% versi LSI DJA sebagai patokan, berarti Margin of Error proyeksi tersebut adalah +/- 20%. Margin of Error segede gajah ini sama dengan mengatakan surveyor-nya lebih baik membubarkan diri sebagai perusahaan surveyor.

Perhitungan dengan Margin of Error segede +/- 20% seperti itu dapat diperoleh dengan mudah dalam diskusi-diskusi lepas campur kentut di warung kopi. INDIKATOR Burhanuddin "juara"nya, karena Margin of Error mencapai +/- 25%. Ini kelewat "gila", namanya.

2. Para surveyor berpartisipasi dalam program propaganda pesanan pihak tertentu. Mereka tidak bodoh secara ilmiah dan  sangat cerdas "mengakali" hukum statistika.

3. Mesin partai pengusung bekerja dengan efektif sehingga dengan waktu relatif singkat sangat berhasi mendongkrak elektabilitas ASYIK. Dalam pikiran rasional saya, menaikkan elektabilitas kontestan politik dalam waktu singkat paling mungkin hanyalah sebesar 5%. Itu sudah sangat luar biasa, ditambah syarat keharusan adanya isu besar yang sangat menguntungkan ASYIK dan di lain pihak merugikan kontestan lainnya.

Pesan untuk Tim Sukses ASYIK: tongkrongin itu penghitungan suara manual. Berkaca dari survey elektabilitas para surveyor yang meleset total di atas, wajarlah menaruh curiga pada Hitung-cepat mereka. Jangan lengah.

By Canny Watae