Seperti Pilgub DKI, Hasil Survei Charta Politika Kembali Meleset Jauh Di Pilkada 2018


Rabu, 27 Juni 2018

Faktakini.com, Jakarta - Masih ingat Charta Politika? Lembaga Survei yang dipimpin oleh Yunarto Wijaya ini tentu tak akan pernah dilupakan kengawuran prediksinya di Pilgub DKI 2017 lalu terutama oleh warga Jakarta.

Saat itu Charta Politika "sangat ngotot" memaksakan "hasil survei" yang mereka keluarkan di hari-hari terakhir menjelang Pilgub DKI 2017 Putaran Kedua, bahwa Ahok - Djarot menang, padahal faktanya justru Anies -Sandi yang menang bahkan secara super telak, 57,96 persen melawan 42,04 persen.

Hasil survei yang "Meleset sejadi-jadinya" dari fakta sebenarnya, yang dipamerkan oleh Charta Politika ini saat itu membuat masyarakat mencurigai bahwa ini lembaga survei "pesanan" untuk menggiring opini masyarakat untuk memilih calon tertentu, apalagi Yunarto seorang Ahoker dan kerap memuji-muji sang penista Kitab Suci Al-Qur'an itu.

Namun mungkin karena mereka pikir masyarakat sudah lupa "tragedi" hasil survei super ngawur yang mereka buat, Charta Politica kembali memaparkan "hasil-hasil survei" yang isinya kemudian sangat jauh berbeda dengan hasil penghitungan sesungguhnya pada Pilkada serentak 2018.

Hasil Survei sebelum Pilkada dan hasil QuickCount, Contoh dari @ChartaPolitika @yunartowijaya, hasilnya sangat jomplang. Jateng selisihnya 24%, Jabar Asyik selisih 20%, Jatim selisihnya 16%.

Charta Politica menyatakan elektabilitas Ganjar - Taj Yasin 70,5 persen dan Sudirman - Ida hanya 13,6 persen. Padahal pada hasil Quick Count yang hampir rampung suara Ganjar - Taj hanya berkisar 57 persen dan Sudirman - Ida mampu meraih sekitar 42 persen suara!

"Margin of Error" nya parah amaaat?

Charta Politica juga merilis "hasil survei" yang isinya elektabilitas Ridwan - UU 37,6 persen dan Sudrajat - Syaikhu hanya 7,6 persen! Jomplang sekali. Padahal realitanya keduanya saat ini sedang bersaing ketat dengan kisaran masing-masing sekitar 30 persen suara di Pilgub Jabar 2018.

Mereka juga menyatakan di Pilgub Jatim Gus Ipul akan menang dari Khofifah dengan selisih suara 6 persen. Padahal faktanya justru Khofifah yang unggul cukup jauh dari Gus Ipul.

Dengan berbagai hasil survei yang sering terlalu "jomplang" dengan hasil penghitungan yang sebenarnya begini, apakah masih pantas kelonpok ini mengaku sebagai "lembaga survei?"