Islam Nusantara: Failure Concept


Rabu, 4 Juli 2018

Faktakini.com

Islam Nusantara Failure konsep

Setiap suku atau pun bangsa pasti memiliki keunggulan dan kelemahan, dan hanya orang-orang yang mau berfikir akan mengetahui keutamaan bukan untuk menjadi kesombongan dan kelemahannya menjadi pelajaran. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat: 13).

Allah SWT menegaskan dalam ayat ini untuk saling mengenal, bukan saling merendahkan dan bahkan bukan untuk saling merasa lebih memiliki keutamaan.

Keramahtamahan bangsa Indonesia memang tidak dapat dipungkiri secara dhohir. Kita bisa lihat dengan murah senyum dan sopan santun.
Tapi bukan berarti di bangsa lain tidak memiliki hal semacamnya dgn ekspresi yang berbeda.

Contoh, bila kita berkunjung ke pedesaan di negara Yaman, maka kita bisa menemui adanya sambutan yang luar biasa bagi tamu yang datang dengan menembakkan senjata AK 47 ke udara dan disambut oleh berbagai warga sekitar nya.

Dan walaupun jumlah tamu hanya satu atau dua orang, ternyata mereka segera menyembelih seekor kambing hanya untuk menyambut tamu tersebut.  Ini merupakan sebuah contoh ramah tamah ala bangsa Arab Yaman.

Menjustifikasi Arab yg tidak ramah adalah merupakan kealpaan dalam memahami sosiologi budaya dari bangsa lain.

Tak jarang kita menemui stigma Arab yang keras Karena banyaknya peperangan disana. Tetapi apakah betul seperti itu?

Padahal faktanya negara Arab ada 22 negara dan hanya 3 atau 4 negara saja yang berperang, 18 atau 19 negara lainnya (Oman, UEA, Kuwait, Aran Saudi,, Maroko dan lain-lain) baik-baik saja.

Dan itupun Palestina tentu wajib hukumnya untuk berperang karena negaranya dijajah oleh Israel, sama seperti dulu rakyat Indonesia bangkit berperang melawan para penjajah.

Bila kita melihat fakta sejarsh Indonesia selama 350 tahun lebih juga melakukan peperangan melawan penjajah, lalu apakah itu jadi justifikasi bangsa Indonesia adalah bangsa yang keras dan suka peperangan?

Apa yang terjadi di Arab adalah strategi global dalam menguasai hasil bumi mereka. Sudah biasa dalam peperangan maka akan ada kelompok yang akan digunakan sebagai propaganda untuk melemahkan.

Sebagaimana saat pemberontakan GAM di Aceh, ada GAM yang murni dari pergerakan rakyat Aceh namun ada pula GAM bentukan yang melakukan propaganda negatif dengan melakukan perampokan, pembunuhan dan perkosaan.

Jadi hal seperti ini wajib kita membuka mata lebar-lebar adanya pejuang murni di Arab yang membela haknya namun ada juga kelompok ISIS yang digunakan untuk memberikan stigma negatif pada perjuangan tersebut.

Kembali pada masalah utama yang kita bahas, munculnya Islam Nusantara yang digunakan sebagai pencegahan Islam Arab adalah failure konsep. Karena tidak memahami sosiologi budaya dan global strategi asing dalam menguasai SDA.