LSI Denny JA: Gerakan #2019GantiPresiden Terbukti Sangat Disukai Masyarakat
Kamis, 12 Juli 2018
Faktakini.com, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan isu tagar 2019 ganti presiden menjadi catatan bagi petahana Joko Widodo. Sebab, elektabilitas Jokowi bertengger di angka 49,3 persen. Sebagai petahana, jika belum sampai di atas 50 persen posisinya tidak aman.
Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengatakan, kampanye tagar 2019 ganti presiden semakin dikenal masyarakat. Pada survei Mei 2018 lalu, atau sebulan setelah digaungkan, 50,8 persen masyarakat mengenalnya. Kemudian saat ini, masyarakat yang mengetahui sampai angka 60,5 persen.
"Menggaungnya isu ini di dua Pilkada yaitu Jawa Barat dan Jawa Tengah, berkontribusi besar terhadap popularitas tagar tersebut," kata Adjie di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7).
READ MORE
Tidak Melepas Anak yang Dianggap Cacat, Kini Justru Masuk Harvard
10 Tahun Lumpuh, di Hari Bahagianya Gadis Ini Akhirnya Sembuh
Gerakan tagar ini tak hanya makin populer. Survei menunjukkan masyarakat makin banyak yang menyukai dan menerima. Dari yang mengetahui, 54,4 persen masyarakat menyatakan suka terhadap kampanye yang dicetuskan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera itu. Persentasenya cenderung meningkat dari bulan Mei 2018, yang ketika itu tingkat kesukaan berada di 49,8 persen.
"Kampanye #2019GantiPresiden makin disukai dan diterima. Cenderung mengalami peningkatan," kata Adjie.
Catatan lainnya bagi Jokowi adalah dari 49,3 persen pemilihnya masih ada 17,3 persen yang belum memantapkan pilihannya. Sedangkan pemilih yang tak bakal memilih Joko Widodo ada sebesar 30,5 persen. Pemilih ini menyatakan bakal memberikan dukungan kepada calon lain.
"Kampanye Pilpres belum dimulai. Lawan Jokowi pun belum melakukan kampanye secara masif. Artinya peluang para penantang untuk meraih dukungan lebih besar masih terbuka," kata Adjie.
Survei nasional dilaksanakan setelah pergelaran Pilkada Serentak 27 Juni 2018, dari 28 Juni sampai 5 Juli. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden 1.200 orang. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Survei ini juga dilengkapi dengan focus group discussion, analisis media dan wawancara mendalam.
Sumber: Merdeka
Faktakini.com, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan isu tagar 2019 ganti presiden menjadi catatan bagi petahana Joko Widodo. Sebab, elektabilitas Jokowi bertengger di angka 49,3 persen. Sebagai petahana, jika belum sampai di atas 50 persen posisinya tidak aman.
Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby mengatakan, kampanye tagar 2019 ganti presiden semakin dikenal masyarakat. Pada survei Mei 2018 lalu, atau sebulan setelah digaungkan, 50,8 persen masyarakat mengenalnya. Kemudian saat ini, masyarakat yang mengetahui sampai angka 60,5 persen.
"Menggaungnya isu ini di dua Pilkada yaitu Jawa Barat dan Jawa Tengah, berkontribusi besar terhadap popularitas tagar tersebut," kata Adjie di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (10/7).
READ MORE
Tidak Melepas Anak yang Dianggap Cacat, Kini Justru Masuk Harvard
10 Tahun Lumpuh, di Hari Bahagianya Gadis Ini Akhirnya Sembuh
Gerakan tagar ini tak hanya makin populer. Survei menunjukkan masyarakat makin banyak yang menyukai dan menerima. Dari yang mengetahui, 54,4 persen masyarakat menyatakan suka terhadap kampanye yang dicetuskan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera itu. Persentasenya cenderung meningkat dari bulan Mei 2018, yang ketika itu tingkat kesukaan berada di 49,8 persen.
"Kampanye #2019GantiPresiden makin disukai dan diterima. Cenderung mengalami peningkatan," kata Adjie.
Catatan lainnya bagi Jokowi adalah dari 49,3 persen pemilihnya masih ada 17,3 persen yang belum memantapkan pilihannya. Sedangkan pemilih yang tak bakal memilih Joko Widodo ada sebesar 30,5 persen. Pemilih ini menyatakan bakal memberikan dukungan kepada calon lain.
"Kampanye Pilpres belum dimulai. Lawan Jokowi pun belum melakukan kampanye secara masif. Artinya peluang para penantang untuk meraih dukungan lebih besar masih terbuka," kata Adjie.
Survei nasional dilaksanakan setelah pergelaran Pilkada Serentak 27 Juni 2018, dari 28 Juni sampai 5 Juli. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden 1.200 orang. Survei memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Survei ini juga dilengkapi dengan focus group discussion, analisis media dan wawancara mendalam.
Sumber: Merdeka