Menjijikkan! Guardian Bongkar Buzzer Ahok Digaji Rp 4 Juta Per Bulan







Senin, 23 Juli 2018

Faktakini.com, Jakarta - Situs berita online terbesar di Inggris, yang memiliki cabang di Amerika Serikat dan Australia, The Guardian mempublikasi sebuah berita, terkait permainan buzzer media sosial Twitter di Indonesia.

Dalam hal ini, situs tersebut mewawancarai seorang buzzer yang dibayar untuk ‘mengamankan’ bahkan ‘menyerang’ balik pengguna Twitter yang tidak suka pada Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sebelum dan saat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

Dalam artikel yang ditulis oleh Kate Lamb dari Jakarta, dirinya mewawancarai pria yang namanya ia samarkan, Alex di sebuah kafe di Jakarta.

Berdasarkan pengakuan Alex pada Kate, ia diminta membuat masing-masing lima akun Facebook dan Twitter, serta satu akun Instagram palsu, yang tujuannya untuk ‘perang’ dan menyerang lawan-lawan politik Ahok.

Selain itu, Alex mengaku dibayar 280 USD per bulan. Menurut pengakuannya ia bekerja dari sebuah rumah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam berita berjudul “I felt disgusted: inside Indonesia’s fake Twitter account factories” itu, ditulis juga bila Alex diminta untuk merahasiakan pekerjaannya tersebut. Mereka, menurut Alex dalam artikel tersebut, juga meminta jika waktunya perang maka ia dan buzzer lainnya harus menjaga medan perang.

Tak sungkan-sungkan, Alex mengakui jika dia harus perang kata-kata di media sosial melawan buzzer milik Agus Harimurti Yudhoyono serta Anies Rasyid Baswedan.

Menurut pengakuan Alex, operasi pengamanan dan penyerangan telah dikoordinasikan melalui grup messenger WhatsApp. Dalam grup itu, Alex mengatakan ada sekitar 80 anggota yang tergabung.

Dalam grup itu, isu atau konten yang harus dimainkan telah disiapkan. Termasuk membuat hastag harian untuk dipromosikan.

Bukan hanya itu, akun-akun anonim buatan Alex dan buzzer lainnya, diminta untuk menggunakan gambar atau foto agar tidak terlihat anonim. Dia pun diminta menggunakan akun cewek-cewek cantik agar dapat menarik perhatian saat menyebarkan materi atau isu yang sedang dimainkan sesuai pesanan.

Kendati demikian, Alex mengkau jijik dengan dirinya lantaran menjalankan pekerjaan sebagai buzzer Twitter. “But sometimes I felt disgusted with myself,” tulis The Guardian mengutip ucapan Alex.

Alex menjadi bagian dari sekitar 20 orang buzzer atau pasukan rahasia dunia maya yang bertugas menyebar pesan melalui akun media sosial palsu untuk mendukung Gubernur DKI Jakarta Petahana, Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok, untuk dipilih kembali.

Alex mengaku dibayar sekitar US$280 (sekitar Rp4 juta) per bulan, dan diduga bekerja di sebuah rumah mewah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Mereka masing-masing diberitahu untuk mengirim 60 hingga 120 berita sehari di akun Twitter palsu mereka, dan beberapa kali setiap hari di Facebook.

...

Keberadaan pasukan buzzer di dunia maya selama kontestasi politik di Indonesia menjadi perhatian media Inggris, The Guardian. Media ini pun lantas menurunkan tulisan menyoroti keberdaan tim Buzzer yang menjadi bagian dari politik yang sedang berkembang di Indonesia, membantu memecah belah agama dan ras.

Dalam tulisannya, The Guardian mewawancarai seorang anggota tim buzzer dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Sumber yang mengaku bernama Alex itu mengatakan ia adalah salah satu dari 20 orang dalam pasukan maya rahasia yang menyebarkan pesan dari akun media palsu untuk mendukung Ahok.

"Mereka mengatakan kepada kami bahwa Anda harus memiliki lima akun Facebook, lima akun Twitter dan satu Instagram," katanya seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (24/7/2018).

"Dan mereka mengatakan kepada kami untuk merahasiakannya. Mereka mengatakan itu adalah 'waktunya berperang' dan kami harus menjaga medan perang dan tidak memberi tahu siapa pun tentang kami bekerja," imbuhnya.

"Ketika Anda sedang berperang, Anda menggunakan apa pun yang tersedian untuk menyerang lawan. Tetapi kadang-kadang saya merasa jijik dengan diri saya sendiri," ucapnya.

Alex mengatakan timnya dipekerjakan untuk melawan banjir sentimen anti Ahok, termasuk hashtag yang mengkritik kandidat oposisi, atau menertawakan koalisi kelompok Islam.

Tim Alex, yang terdiri dari pendukung Ahok dan mahasiswa, memperoleh bayaran Rp4 juta. Mereka diduga bekerja di sebuah rumah mewah kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Masing-masing dari mereka diberitahu untuk mengirim 60 hingga 120 kali cuitan sehari di akun Twitter palsu dan beberapa kali postingan setiap hari di Facebook.

Alex mengatakan timnya terdiri dari 20 orang, masing-masing dengan 11 akun media sosial, akan menghasilkan hingga 2.400 postingan di Twitter sehari.

Operasi ini dikoordinasikan melalui grup WhatsApp bernama Special Force, atau Pasukan Khusus, yang Alex perkirakan terdiri dari sekitar 80 anggota. Tim itu memberi makan konten dan hashtag harian untuk diposting.

"Mereka tidak ingin akun tersebut menjadi anonim sehingga mereka meminta kami untuk mengambil foto untuk profil tersebut, jadi kami mengambilnya dari Google, atau terkadang kami menggunakan gambar dari teman-teman kami, atau foto dari grup Facebook atau WhatsApp," jelas Alex.

"Mereka juga mendorong kami untuk menggunakan akun wanita cantik untuk menarik perhatian pada materi; banyak akun yang seperti itu," sambungnya.

Di Facebook, mereka bahkan membuat beberapa akun menggunakan foto profil aktris asing yang terkenal, yang entah bagaimana tampak seperti penggemar Ahok. Tim siber itu diduga mengatakan "aman" untuk memposting dari markas mereka di Menteng, di mana mereka beroperasi dari beberapa kamar.

Sumber:

https://www.theguardian.com/world/2018/jul/23/indonesias-fake-twitter-account-factories-jakarta-politic?CMP=Share_iOSApp_Other