Merindukan Dzurriyah Rasulullah Memimpin Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi
Selasa, 31 Juli 2018
Faktakini.com
*Merindukan Dzurriyah Rasulullah Memimpin Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi*
Oleh : *Zico Alviandri*
Pecinta Nabi dan Pemerhati Politik
Selangkah lagi Indonesia akan dipimpin oleh manusia yang mewarisi nasab mulia yang tersambung sampai ke Rasulullah saw. Setelah nama Habib Salim Segaf Al-Jufri menjadi salah satu yang direkomendasikan oleh hasil ijtima' Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama kemarin untuk menjadi orang nomor 2 di Indonesia.
Memang, nasab tidak menjadi jaminan pewarisan kualitas. Seorang anak saja belum tentu bisa sama kualitasnya dengan bapaknya. Apalagi keturunan yang telah berjarak 14 abad. “Barangsiapa yang lambat amalnya, maka kemuliaan nasabnya tidak bisa mempercepatnya,” begitu sabda Rasulullah saw.
Tetapi umat Islam telah menyaksikan, para habaib lah kelompok yang paling kuat menjaga warisan Rasulullah saw berupa akhlak dan sunnah. Mereka tak semata berbangga dengan keturunan. Yang mereka pelihara dari nasab itu adalah kepribadian Rasulullah, agamanya, sunnahnya, perjuangannya, dan itu telah berlangsung selama berabad-abad.
Habib Salim sudah memperlihatkan bagaimana ia memimpin saat menjadi Menteri Sosial. Bila Rasulullah saw dulu orang yang pertama lapar di tengah umatnya, maka keturunannya yang kini diamanahi sebagai Ketua Majelis Syuro PKS itu menghayati teladan tersebut dengan tidak segan tidur di rumah warga saat berkunjung ke pelosok. Ia tidak menuntut fasilitas mewah.
Rasulullah saw adalah orang yang lemah lembut di hadapan sahabatnya. Dan kemarin Habib Salim memperlihatkan ketawadhu'annya tatkala menilai Ustadz Abdul Somad lebih utama darinya untuk menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo. Tutur bicara Habib Salim pun lembut, berpadu dengan nada suaranya yang nge-bass.
Sehingga apa yang disuratkan tentang karakter Rasulullah saw dalam Al Qur'an Surat At-Taubah ayat 128, ditemukan juga pantulannya pada diri Habib Salim Segaf Al Jufri.
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."
Nasab pernah menjadi alasan rakyat Indonesia memilih Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden Indonesia ke-5, karena ia adalah putri kandung Bung Karno. Dan Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono adalah keturunan Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit. Maka menjadi kebanggaan bila akhirnya keturunan Muhammad saw. - manusia mulia yang memancarkan mata air keteladanan hingga akhir zaman - juga pernah memimpin Indonesia.
Negara lain seperti Maroko, Yordania, Irak, dll pernah merasakan sentuhan kepemimpinan pewaris nasab Rasulullah saw. Kini Indonesia punya kesempatan itu.
Kini adalah masa yang pas. Sebagaimana Rasulullah saw mengangkat derajat bangsa Arab di mata dunia, Habib Salim pun diperlukan untuk mengangkat kembali semangat bangsa ini yang tertekan krisis. Ketika harga-harga bahan pokok melambung, mata uang mengecil nilainya, krisis moral dari narkoba hingga korupsi, maka perlu sosok yang mengaplikasikan wahyu Tuhan untuk membereskannya.
Negeri ini negeri kaya. Gemah ripah loh jinawi. Namun kini kehilangan toto tentrem karto raharjo. Harta negeri ini dinikmati asing. Sedang rakyatnya, untuk berjuang meloloskan diri dari garis penghasilan Rp 14.000 sehari saja, yang menjadi batas kemiskinan versi penguasa, masih banyak yang sulit. Negeri kaya salah kelola.
Ahlan ya habibi. Pantulkanlah karakter kepemimpinan Rasulullah saw. Dan kami umatnya bisa mengobati rindu pada keterwakilan sosoknya pada dirimu, ya Habibana.
Faktakini.com
*Merindukan Dzurriyah Rasulullah Memimpin Negeri Gemah Ripah Loh Jinawi*
Oleh : *Zico Alviandri*
Pecinta Nabi dan Pemerhati Politik
Selangkah lagi Indonesia akan dipimpin oleh manusia yang mewarisi nasab mulia yang tersambung sampai ke Rasulullah saw. Setelah nama Habib Salim Segaf Al-Jufri menjadi salah satu yang direkomendasikan oleh hasil ijtima' Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama kemarin untuk menjadi orang nomor 2 di Indonesia.
Memang, nasab tidak menjadi jaminan pewarisan kualitas. Seorang anak saja belum tentu bisa sama kualitasnya dengan bapaknya. Apalagi keturunan yang telah berjarak 14 abad. “Barangsiapa yang lambat amalnya, maka kemuliaan nasabnya tidak bisa mempercepatnya,” begitu sabda Rasulullah saw.
Tetapi umat Islam telah menyaksikan, para habaib lah kelompok yang paling kuat menjaga warisan Rasulullah saw berupa akhlak dan sunnah. Mereka tak semata berbangga dengan keturunan. Yang mereka pelihara dari nasab itu adalah kepribadian Rasulullah, agamanya, sunnahnya, perjuangannya, dan itu telah berlangsung selama berabad-abad.
Habib Salim sudah memperlihatkan bagaimana ia memimpin saat menjadi Menteri Sosial. Bila Rasulullah saw dulu orang yang pertama lapar di tengah umatnya, maka keturunannya yang kini diamanahi sebagai Ketua Majelis Syuro PKS itu menghayati teladan tersebut dengan tidak segan tidur di rumah warga saat berkunjung ke pelosok. Ia tidak menuntut fasilitas mewah.
Rasulullah saw adalah orang yang lemah lembut di hadapan sahabatnya. Dan kemarin Habib Salim memperlihatkan ketawadhu'annya tatkala menilai Ustadz Abdul Somad lebih utama darinya untuk menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo. Tutur bicara Habib Salim pun lembut, berpadu dengan nada suaranya yang nge-bass.
Sehingga apa yang disuratkan tentang karakter Rasulullah saw dalam Al Qur'an Surat At-Taubah ayat 128, ditemukan juga pantulannya pada diri Habib Salim Segaf Al Jufri.
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin."
Nasab pernah menjadi alasan rakyat Indonesia memilih Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden Indonesia ke-5, karena ia adalah putri kandung Bung Karno. Dan Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono adalah keturunan Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit. Maka menjadi kebanggaan bila akhirnya keturunan Muhammad saw. - manusia mulia yang memancarkan mata air keteladanan hingga akhir zaman - juga pernah memimpin Indonesia.
Negara lain seperti Maroko, Yordania, Irak, dll pernah merasakan sentuhan kepemimpinan pewaris nasab Rasulullah saw. Kini Indonesia punya kesempatan itu.
Kini adalah masa yang pas. Sebagaimana Rasulullah saw mengangkat derajat bangsa Arab di mata dunia, Habib Salim pun diperlukan untuk mengangkat kembali semangat bangsa ini yang tertekan krisis. Ketika harga-harga bahan pokok melambung, mata uang mengecil nilainya, krisis moral dari narkoba hingga korupsi, maka perlu sosok yang mengaplikasikan wahyu Tuhan untuk membereskannya.
Negeri ini negeri kaya. Gemah ripah loh jinawi. Namun kini kehilangan toto tentrem karto raharjo. Harta negeri ini dinikmati asing. Sedang rakyatnya, untuk berjuang meloloskan diri dari garis penghasilan Rp 14.000 sehari saja, yang menjadi batas kemiskinan versi penguasa, masih banyak yang sulit. Negeri kaya salah kelola.
Ahlan ya habibi. Pantulkanlah karakter kepemimpinan Rasulullah saw. Dan kami umatnya bisa mengobati rindu pada keterwakilan sosoknya pada dirimu, ya Habibana.