PA 212: Secara Politik Kapitra Kini Adalah Lawan Politik Kami

Sabtu, 21 Juli 2018

Faktakini.com, Jakarta - Bergabungnya Kapitra Ampera menjadi Caleg PDIP sehingga kini berada dalam satu gerbong besar bersama Megawati Soekarnoputri, Jokowi, Adian Napitupulu, Ahok dan koalisi PDIP lainnya terus mendapat sorotan umat Islam.

Namun alhamdulillah umat Islam tidak ada yang merasa kehilangan apalagi sedih dengan hengkangnya Kapitra, tetapi justru merasa bersyukur dengan bergabungnya Kapitra menjadi Caleg PDIP dari Dapil Riau.

Karena kini sudah terang benderang dan tidak ada keraguan lagi tentang ada dimana posisi Kapitra, yaitu beliau bukan lagi merupakan bagian dari "Kapal Perjuangan" Imam Besar Umat Islam Habib Rizieq Shihab dan para Ulama, tetapi telah menjadi lawan politik Habib Rizieq.

Dan Kapitra pun memang sudah tidak malu-malu lagi untuk mengakui ada dimana posisinya saat ini sebagai utusan PDIP yang akan bertarung di Pemilu 2019 nanti atas nama resmi dan seragam berlambang banteng PDIP.

Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) KH Slamet Maarif menilai, alasan Kapitra bergabung dengan PDIP sebagai caleg tidak rasional. Sebab, menurutnya, Kapitra seharusnya bergabung dengan parpol yang selama ini tergabung dalam Koalisi Keumatan.

"Jadi bukannya bergabung dengan musuh, ini rasionalnya enggak ketemu ," kata Kyai Slamet, Jumat (20/7/2018).

Kyai Slamet juga menyinggung keinginan Kapitra mewarnai PDIP dengan nilai-nilai keagamaan yang baik. Slamet memberikan perumpamaan, jika ada kolam berwarna merah, secangkir gelas air susu tidak akan mampu memutihkan kolam tersebut.

"Sangat enggak rasional makanya. Yang ada pasti warna susunya akan terbawa warna merah. Kecuali Kapitra bisa ambil kolamnya, itu rasional. Artinya kalau mau berjuang betul, jangan jadi caleg, itu hanya secangkir dari kolam yang begitu besar. Kalau mau berjuang, ambil PDIP-nya, jadi ketumnya, sekjennya. Itu rasional," katanya.

Kyai Slamet menegaskan, PA 212 tidak bersedia dengan orang yang 'bermain dua kaki'. Sehingga, ia mempersilakan Kapitra berlabuh ke kapal sebelah, PDIP.

"Anda keluar dari kapal kami dan secara politik Anda menjadi lawan politik kami. Kita enggak dendam, cuma, ketika berjuang, kita harus punya garis yang jelas," kata Slamet, menegaskan.

Foto: KH Slamet Maarif

Sumber: Republika