Sarung Dari Yaman, Peci Hitam Dari Turki, Keduanya Bukan Budaya Asli Nusantara
Faktakini.com, Jakarta - Ada kelompok yang bilang sarung dan peci hitam itu budaya asli Indonesia dan menjadi ciri khas nya aliran "Islam Nusantara" 😃😃, padahal tidak sama sekali.
Orang yang mengatakan sarung dan peci hitam adalah "budaya asli Indonesia" adalah orang yan gak pernah baca buku dan kurang wawasan.
Sarung itu budaya asli Yaman (ARAB) yang di bawa oleh orang-orang Yaman ke Indonesia dan akhirnya menjadi Favorit nya orang Indonesia sampai sekarang.
Di Yaman sarung biasa disebut futah. Sarung juga dikenal dengan nama izaar, wazaar atau ma'awis.Masyarakat di negara Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Orang Arab Saudi mengenalnya dengan nama izaar.
Penggunaan sarung telah meluas, tak hanya di Semenanjung Arab, namun kemudian juga mencapai Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika dan Eropa. Sarung pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 14, dibawa oleh para saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perkembangan berikutnya, sarung di Indonesia identik dengan kebudayaan Islam.
Dalam Ensiklopedia Britanica, disebutkan, sarung telah menjadi pakaian tradisonal masyarakat Yaman. Sarung diyakini telah diproduksi dan digunakan masyarakat tradisional Yaman sejak zaman dulu. Hingga kini, tradisi itu masih tetap melekat kuat. Bahkan, hingga saat ini, futah atau sarung Yaman menjadi salah satu oleh-oleh khas tradisional dari Yaman.
Orang-orang yang berkunjung ke Yaman biasanya tidak lupa membeli sarung sebagai buah tangan bagi para kerabatnya. Sarung awalnya digunakan suku badui yang tinggal di Yaman.
Sarung dari Yaman itu berasal dari kain putih yang dicelupkan ke dalam neel yaitu bahan pewarna yang berwarna hitam. Sarung Yaman terdiri dari beberapa variasi, diantaranya model assafi, al-kada, dan annaqshah.
Sedangkan peci hitam itu budaya asli Turki utsmani yang juga di adopsi oleh orang indonesia. Sumber lain menyatakan peci hitam berasal dari Arab. Jadi yang pasti berasal dari Timur Tengah.
Masyarakat Indonesia mengenal peci pada saat kerajaan nusantara beraliansi dengan orang Turki utsmani dan sebagai tanda bahwa orang itu adalah warga negara Turki utsmani.
Menurut Rozan Yunos dalam "The Origin of the Songkok or Kopiah" dalam The Brunei Times, 23 September 2007, songkok atau peci hitam itu diperkenalkan para pedagang Arab, yang juga menyebarkan agama Islam.
Pada saat yang sama, dikenal pula serban atau turban. Namun, serban dipakai oleh para cendekiawan Islam atau ulama, bukan orang biasa.
"Menurut para ahli, songkok menjadi pemandangan umum di Kepulauan Malaya sekitar abad ke-13, saat Islam mulai mengakar," tulis Rozan.
Namun kemudian orang-orang arab sebagai penyebar peci atau songkok di tanah melayu ini kemudian meninggalkan tradisi itu.
Di Turki, peci tersebut disebut Fez dan di Mesir disebut tarboosh. Fez berasal dari Yunani Kuno dan diadopsi oleh Turki Ottoman. Di Istanbul sendiri, topi fez ini juga dikenal dengan nama fezzi. Paling mendekati adalah fezzi, yang pelafalannya "pechi" mirip dengan peci di Indonesia.
Di Asia Selatan (India, Pakistan, dan Bangladesh) fez dikenal sebagai Roman Cap (Topi Romawi) atau Rumi Cap (Topi Rumi). Ini menjadi simbol identitas Islam dan menunjukkan dukungan Muslim India atas kekhalifahan yang dipimpin Kekaisaran Ottoman.
Pada zaman sebelum penjajahan dahulu, orang-orang Arab dan Timur Tengah lainya datang ke Indonesia dan mengenalkan topi Fez kepada penduduk lokal.
Lalu oleh sebagian penduduk sekitar untuk membedakan dengan warga Turki, mereka memendekkan topi tersebut agar terlihat ada perbedaannya.
Sarung = Yaman
Peci hitam = Arab dan Turki
Peci hitam = Arab dan Turki
Jadi kelompok yang mengaku "Islam Nusantara" yang anti-Arab, menolak agama "Islam Arab", ternyata masih jiplak juga dari Arab dan Turki.
Jadi lebih baik ganti nama lagi untuk nama alirannya tersebut dan ganti jangan pake sarung dan peci hitam karena itu dari "Ngarab" dan Turki.
Foto: Warga di Yaman mengenakan sarung (Futah / Izhaar), dan peci hitam Turki