Sudirman - Ida Menang Secara Kualitas Di Pilgub Jateng 2018

Selasa, 3 Juli 2018

Faktakini.com

FAKTOR UANG SUDIRMAN-IDA
by Zeng Wei Jian

Suatu sore di RUMAH MATARAM, kediaman musisi genius Ahmad Dhani, "Di Jawa Tengah, kita ngga kalah Ken. We did a good job there," kata Fadli Zon.

Maksudnya, Sudirman-Ida menang secara kualitas. Kalah di atas kertas tapi menang di esensi. I totally agree with it.

Jawa Tengah kandang banteng. Basis utama PDIP. Petanya merah. Ngga ada warna lain. Wajar bila Ganjar-Yasin menargetkan menang 80%. Menang mutlak. Cukur abizz. Sapu bersih.

Bambang Pacul punya target menang 65-72%. Lebih moderat. Mereka optimis. Semua ruang dikuasai. NU telah dipecah. Sudirman-Ida dinyatakan "paslon-underdog".

Saiful Mujani berkata, "Berani-beraninya Pa Dirman berlaga di Jateng". Yes, it is a dry hard battle ground.

Modal elektabilitasnya 0,7% tahun lalu. Kerja mesin politik Gerindra, PKB, PKS, PAN, relawan mandiri dan cyber squad menaikan prosentase itu menjadi 42%. Naik sekitar 6000% atau 60 kali lipat. Door to door. Siang-malam.

Tempo merilis laporan Ganjar-Yasin mengantongi 10,2 juta suara. Sedangkan Sudirman-Ida menyabet 7,1 juta. Terpaut 3 juta suara. Tipis. Fantastik.

Sudirman-Ida menang di Kabupaten Tegal, Kebumen dan Brebes. Amazing. Bahkan mereka berhasil menang tipis di Purbalingga, basis PDIP tempat kelahiran Wagub Heru Sujatmoko dan istri Ganjar Pranowo.

Bambang Pacul mengaku Tim Sudirman-Ida menggerus suara Ganjar-Yasin di 36 jam terakhir sebelum pencoblosan. Ganjar menyatakan bila bukan di "Kandang Banteng", mereka pasti kalah.

Momentum 36 jam terakhir tercipta setelah video dangdut "halal-bi-halal" kampanye Ganjar-Yasin merebak di media sosial.

Cyber squad dan tim darat memaksimalkan kemelut blunder ini. Di hari terakhir, berita soal Kantor PDIP diserbu Banser, FPI dan Kokam mengharuskan Cyber Pro Ganjar menumpas banyak akun Pro Dirman.

Satu-satunya faktor terlemah Sudirman-Ida adalah uang. Money is their Achilles' heel.

Bambang Pacul mengindikasikan faktor defisit keuangan ini dengan menyatakan, "Mungkin aktor dan tools mereka kurang". Sehingga Sudirman-Ida hanya sanggup main di tiga kabupaten.

Pabrik polling memperparah situasi ini dengan merilis survei-survei. Moral donatur runtuh. Ada lembaga survei beri angka 10,5% di bulan Desember 2017. Angka yang sama di rilis bulan April. Seolah Sudirman-Ida, partai pengusung dan relawan tidak bergerak.

Saya curiga ini bukan angka survei. Tapi target dan harapan si pabrik polling sewaan.

Sampai bulan Mei 2018, menurut Charta Politika, popularitas Sudirman Said hanya 41,2%. Ida Fauziyah lebih parah. Hanya 27,9%.

Sekali lagi, faktor uang menyulitkan Sudirman-Ida menjangkau banyak daerah. Plus, KPUD gagal lelang APK. Berkali-kali. Sampe ada yang curiga ini sengaja. Supaya popularitas Sudirman-Ida mandek. Sampai pilkada selesai, spanduk-spanduk minim di Jawa Tengah.

Ketiadaan budget pula yang membuat Sudirman-Ida ngga sanggup bentuk tim antisipasi kecurangan. Padahal, awal Juni, tersebar berita soal adanya 3,7 juta DPT bermasalah di Jateng.

THE END