Bundo Kanduang: Kami Yang Ada Duluan Saja Tak Pernah Menyebut Diri "Islam Minangkabau"!
Kamis, 2 Agustus 2018
Faktakini.com, Jakarta - Penolakan umat Islam terhadap konsep "Islam Nusantara" terjadi dimana-mana termasuk di Sumatera Barat.
Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat, Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib Yang Dipertuan Gadih Pagaruyung angkat bicara menyikapi polemik Islam Nusantara (Isnus, red) yang menjadi pembicaraan hangat antara MUI Pusat dengan MUI Sumbar.
Bundo Reno menjelaskan Konsep perpaduan Adat Basandi Syarak syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) lebih dahulu hadir sebelum zaman kemerdekaan yakni pada abad ke-14 masehi.
Konsep ABS-SBK yang dirumuskan tokoh Minangkabau dahulunya tidak membenturkan Islam dengan adat Minangkabau, Islam adalah Agama pedoman dan tuntunan umat Islam secara menyeluruh, di mana Adat tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan agama menjadi koreksi terhadap adat.
“Islam tidak boleh ada label, jika ada kebudayaan dan kearifan lokal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, maka kearifan lokal itu sendiri harus tunduk pada nilai-nilai agama,” tegasnya, Senin (30/7/2018)
Tambahnya, Jika ingin mengembangkan Islam Nusantara silahkan kembangkan di luar minangkabau, jangan paksakan hadir di ranah minang, karena Sumbar sejak abad ke-14 Masehi sudah merumuskan tentang Islam berdasarkan Konsep ABS-SBK. Selama ini kita juga tidak melabeli Islam dengan Islam Minangkabau.
Sebelumnya Ketua MUI Sumbar bersama MUI kab/kota secara tegas menolak Islam Nusantara dalam rapat koordinasi bidang ukhuwah dan kerukunanan umat beragama belum lama ini.
https://kaffah.net/dalam-konteks-minangkabau-islam-nusantara-ditolak-di-ranah-minang/
*“Bukan kami tidak Mendengar, hanya saja bunyi gendang dan rentak tari tak bersesuaian”*
*_Oleh : Buya Guhrizal Gazahar_*
Para Pembela “Islam Nusantara” terus berselindung di balik “tabayyun”.
Entah mereka tahu maksud “tabayyun” atau tidak, yang jelas itu kalimat bertuah yang mereka pakai untuk menolak keputusan Rakorda MUI Sumbar dan Kab/Kota Se-Sumbar.
Perlu diketahui, konsep tabayyun dalam firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. al-Hujurat 49:6)
Dilakukan bila terjadi keraguan pada dua hal yaitu:
1. Syak (ragu) pada pembawa khabar
2. Syak atau ragu pada esensi khabar.
Namun kalau tabayyun hanya untuk menyuruh kami membenarkan rumusan yang tertulis tanpa melihat kenyataan yang terjadi, maka maaf saja kalau kami tak akan bergeser dari “Sumatera Barat (Ranah Minang) tidak membutuhkan Islam Nusantara”.
*Cobalah renungkan himbauan kami !*
Ketika Konsep yang dirumuskan dalam kertas dipatahkan dengan ungkapan, sikap dan prilaku bahkan oleh pembuat konsep tersurat itu, janganlah lagi memaksa kami untuk mengambil konsep tersebut sambil menutup mata dengan apa yang kami lihat dan yang kami dengar !
Bila paksaan itu kami turuti, maka itu namanya pembodohan dan kepada kami telah patut dikatakan:
*“Tajua Tagak dan Takicueh di Nan Tarang”*
https://suaranasional.com/2018/07/28/dewan-pakar-icmi-mui-pusat-tak-boleh-melarang-pihak-yang-tak-setuju-islam-nusantara/
*Dewan Pakar ICMI: MUI Pusat tak Boleh Melarang Pihak yang tak Setuju Islam Nusantara*
*_https://dutaislam.com/2018/07/ditegur-mui-pusat-tak-mempan-mui-sumbar-ngotot-tolak-islam-nusantara.html_*
*Ditegur MUI Pusat Tak Mempan, MUI Sumbar Ngotot Tolak Islam Nusantara*
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tidak boleh melarang berbagai pihak yang tidak setuju Islam Nusantara. Demikian dikatakan Dewan Pakar ICMI Irjen Pol (Purn) Anton Tabah Digdoyo kepada suaranasional, Sabtu (28/7).
Menurut Anton, MUI Pusat mesti melihat masalah Islam Nusantara secara mikro dan makro internal serta eksternal. “MUI itu milik umat Islam yang luas bukan milik salah satu golongan Islam nusantara.
Konsep Islam Nusantara masalah mikro yang masih bermasalah di lingkungan NU itu sendiri,” jelasnya. Kata Anton, KH Ma’ruf Amin selaku Rais Am Syuriah PBNU menyatukan konsep Islam Nusantara di lingkungan NU terlebih dulu karena di kalangan nahdliyin konsep tersebut banyak yang menentangnya.
“Ditambah lagi penjelasan Katib Am Syuriah PBNU KH Yahya Staquf tentang Islam nusantara di video yang viral bahwa Islam Nusantara lebih hebat dari Islam Arab,” tegas Anton. Menurut Anton, penjelasan Kiai Yahya Staquf tentang Islam Nusantara makin membuat umat Islam bingung bahkan marah. “Islam ya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tidak ada Islam Timur Tengah, Timur Jauh Nusantara dan sebagainya.
Apalagi muncul isu akan ada Al Quran Nusantara, Fikih Nusantara bahkan sholat berbahasa indonesia dan lain-lain. Tentu penolakan terhadap Islam Nusantara akan makin meluas,” jelasnya.
Anton meminta NU mencontoh Muhamadiyah saat mau umumkn hasil Tarjih yang menharamkan rokok dengan menyamakan dulu di internal. “Soal publik ada yang tidak setuju tak masalah tapi internal sudah kompak lebih dulu,” pungkasnya.
*_http://dirgantaraonline.co.id/2018/07/meski-ditegur-mui-pusat-mui-sumbar.html_*
*Meski Ditegur MUI Pusat, MUI Sumbar Tegaskan Tolak Islam Nusantara*
*_https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/07/26/pchar5384-mui-sumbar-kukuh-tolak-istilah-islam-nusantara_*
Faktakini.com, Jakarta - Penolakan umat Islam terhadap konsep "Islam Nusantara" terjadi dimana-mana termasuk di Sumatera Barat.
Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat, Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib Yang Dipertuan Gadih Pagaruyung angkat bicara menyikapi polemik Islam Nusantara (Isnus, red) yang menjadi pembicaraan hangat antara MUI Pusat dengan MUI Sumbar.
Bundo Reno menjelaskan Konsep perpaduan Adat Basandi Syarak syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) lebih dahulu hadir sebelum zaman kemerdekaan yakni pada abad ke-14 masehi.
Konsep ABS-SBK yang dirumuskan tokoh Minangkabau dahulunya tidak membenturkan Islam dengan adat Minangkabau, Islam adalah Agama pedoman dan tuntunan umat Islam secara menyeluruh, di mana Adat tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan agama menjadi koreksi terhadap adat.
“Islam tidak boleh ada label, jika ada kebudayaan dan kearifan lokal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, maka kearifan lokal itu sendiri harus tunduk pada nilai-nilai agama,” tegasnya, Senin (30/7/2018)
Tambahnya, Jika ingin mengembangkan Islam Nusantara silahkan kembangkan di luar minangkabau, jangan paksakan hadir di ranah minang, karena Sumbar sejak abad ke-14 Masehi sudah merumuskan tentang Islam berdasarkan Konsep ABS-SBK. Selama ini kita juga tidak melabeli Islam dengan Islam Minangkabau.
Sebelumnya Ketua MUI Sumbar bersama MUI kab/kota secara tegas menolak Islam Nusantara dalam rapat koordinasi bidang ukhuwah dan kerukunanan umat beragama belum lama ini.
https://kaffah.net/dalam-konteks-minangkabau-islam-nusantara-ditolak-di-ranah-minang/
*“Bukan kami tidak Mendengar, hanya saja bunyi gendang dan rentak tari tak bersesuaian”*
*_Oleh : Buya Guhrizal Gazahar_*
Para Pembela “Islam Nusantara” terus berselindung di balik “tabayyun”.
Entah mereka tahu maksud “tabayyun” atau tidak, yang jelas itu kalimat bertuah yang mereka pakai untuk menolak keputusan Rakorda MUI Sumbar dan Kab/Kota Se-Sumbar.
Perlu diketahui, konsep tabayyun dalam firman Allah swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. al-Hujurat 49:6)
Dilakukan bila terjadi keraguan pada dua hal yaitu:
1. Syak (ragu) pada pembawa khabar
2. Syak atau ragu pada esensi khabar.
Namun kalau tabayyun hanya untuk menyuruh kami membenarkan rumusan yang tertulis tanpa melihat kenyataan yang terjadi, maka maaf saja kalau kami tak akan bergeser dari “Sumatera Barat (Ranah Minang) tidak membutuhkan Islam Nusantara”.
*Cobalah renungkan himbauan kami !*
Ketika Konsep yang dirumuskan dalam kertas dipatahkan dengan ungkapan, sikap dan prilaku bahkan oleh pembuat konsep tersurat itu, janganlah lagi memaksa kami untuk mengambil konsep tersebut sambil menutup mata dengan apa yang kami lihat dan yang kami dengar !
Bila paksaan itu kami turuti, maka itu namanya pembodohan dan kepada kami telah patut dikatakan:
*“Tajua Tagak dan Takicueh di Nan Tarang”*
https://suaranasional.com/2018/07/28/dewan-pakar-icmi-mui-pusat-tak-boleh-melarang-pihak-yang-tak-setuju-islam-nusantara/
*Dewan Pakar ICMI: MUI Pusat tak Boleh Melarang Pihak yang tak Setuju Islam Nusantara*
*_https://dutaislam.com/2018/07/ditegur-mui-pusat-tak-mempan-mui-sumbar-ngotot-tolak-islam-nusantara.html_*
*Ditegur MUI Pusat Tak Mempan, MUI Sumbar Ngotot Tolak Islam Nusantara*
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tidak boleh melarang berbagai pihak yang tidak setuju Islam Nusantara. Demikian dikatakan Dewan Pakar ICMI Irjen Pol (Purn) Anton Tabah Digdoyo kepada suaranasional, Sabtu (28/7).
Menurut Anton, MUI Pusat mesti melihat masalah Islam Nusantara secara mikro dan makro internal serta eksternal. “MUI itu milik umat Islam yang luas bukan milik salah satu golongan Islam nusantara.
Konsep Islam Nusantara masalah mikro yang masih bermasalah di lingkungan NU itu sendiri,” jelasnya. Kata Anton, KH Ma’ruf Amin selaku Rais Am Syuriah PBNU menyatukan konsep Islam Nusantara di lingkungan NU terlebih dulu karena di kalangan nahdliyin konsep tersebut banyak yang menentangnya.
“Ditambah lagi penjelasan Katib Am Syuriah PBNU KH Yahya Staquf tentang Islam nusantara di video yang viral bahwa Islam Nusantara lebih hebat dari Islam Arab,” tegas Anton. Menurut Anton, penjelasan Kiai Yahya Staquf tentang Islam Nusantara makin membuat umat Islam bingung bahkan marah. “Islam ya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tidak ada Islam Timur Tengah, Timur Jauh Nusantara dan sebagainya.
Apalagi muncul isu akan ada Al Quran Nusantara, Fikih Nusantara bahkan sholat berbahasa indonesia dan lain-lain. Tentu penolakan terhadap Islam Nusantara akan makin meluas,” jelasnya.
Anton meminta NU mencontoh Muhamadiyah saat mau umumkn hasil Tarjih yang menharamkan rokok dengan menyamakan dulu di internal. “Soal publik ada yang tidak setuju tak masalah tapi internal sudah kompak lebih dulu,” pungkasnya.
*_http://dirgantaraonline.co.id/2018/07/meski-ditegur-mui-pusat-mui-sumbar.html_*
*Meski Ditegur MUI Pusat, MUI Sumbar Tegaskan Tolak Islam Nusantara*
*_https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/07/26/pchar5384-mui-sumbar-kukuh-tolak-istilah-islam-nusantara_*