KH Ma'ruf Amin: Santri Bukan Hanya Yang Di Ponpes, Santri Adalah Siapapun Yang Ikut Kyai



Selasa, 14 Agustus 2018

Faktakini.com, Jakarta - Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menjelaskan, santri tidak hanya orang yang berada di pondok pesantren dan bisa mengaji kitab atau ahli agama. Namun, santri adalah orang-orang yang ikut kiai dan setuju dengan pemikiran serta turut dalam perjuangan kaum santri.

“Santri adalah orang-orang yang ikut kiai, apakah dia belajar di pesantren atau tidak, tapi ikut kegiatan kiai, manut pada kiai, itu dianggap sebagai santri walaupun dia tidak bisa baca kitab, tapi dia mengikuti perjuangan para santri,” jelasnya di gedung PBNU, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dari sisi keberadaan, menurut Kiai Ma’ruf, santri ada yang tinggal di pondok di pesantren, ada pula yang sesekali ke pesantren atau disebut santri kalong, ada juga santri yang sekali-kali saja datang bertemu kiai dan santri.

“Pokoknya, santri itu ikut kiailah. Karena itu dia mencakup hampir semua lapisan masyarakat,” lanjut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat itu.

Penjelasan Kyai Ma'ruf ini apabila dikaitkan tentu klop dan membenarkan dengan penyebutan Santri untuk Cawapres Haji Sandiaga Shalahuddin Uno.

Karena Sandi mengikuti dan dekat dengan para Kyai bahkan Habaib. Beliau pun berhasil memenangkan Pilgub DKI 2017 dan menjadi Gubernur DKI Jakarta juga atas dukungan penuh para Ulama dan Habaib.

Presiden PKS Sohibul Iman menyatakan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai perwujudan nasionalis-Islam. Sosok Sandi dinilainya juga sebagai santri, meskipun orang lain tak berkata demikian.

"Mungkin beliau (Sandiaga) dalam kaca mata kita selama ini tidak terkategori sebagai santri," kata Sohibul di deklarasi Prabowo-Sandi

Sandiaga sebelumnya dikenal sebagai pengusaha. Dia kemudian menjadi politikus, menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Meski secara langsung tak ada latar belakang santri, namun Sandiaga dinilai Sohibul sudah ter-Islamisasi.

"Saya kira beliau seseorang yang memang hidup di alam moderen, tetapi beliau mengalami proses spiritiualisasi dan Islamisasi, sehingga saya bisa mengatakan saudara Sandi adalah merupakan sosok santri di era pos-Islamisme. Dia benar-benar menjadi contoh pemimpin muslim yang kompatibel.

Karena itu sungguh sangat aneh ketika ada segelintir orang yang menolak Sandi disebut sebagai Santri.

Namun keanehan itu pun segera sirna setelah mengetahui bahwa segelintir orang tersebut adalah pihak yang menobatkan Ahok penista Agama Islam sebagai "Sunan Kalijodo". Padahal Ahok umat Kristen Protestan dan Sandi adalah Muslim taat.

Sementara Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj berpendapat, santri adalah umat yang menerima ajaran-ajaran Islam dari para kiai. Para kiai itu belajar Islam dari guru-gurunya yang terhubung sampai Rasulullah SAW.

Pernyataan SAS ini tentu tepat karena Guru dari para Kyai NU termasuk pendiri NU KH Hasyim Asy'ari adalah para Habaib yang nasab dan sanad keilmuannya tersambung sampai ke Datuknya para Habaib yaitu Rasulullah SAW.

Para santri, lanjut Kiai Said, menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya yang berakhlakul karimah, bergaul dengan sesama dengan baik. Santri juga menghormati budaya, bahkan menjadikannya sebagai infrastruktur agama, kecuali budaya yang bertentangan ajaran Islam seperti seks bebas atau minum-minuman keras.

“Santri itu jelas, adalah orang-orang yang menindaklanjuti dakwah dengan budaya seperti yang dilakukan Wali Songo. Dakwah seperti itu yang jelas ampuh, efektif,” tegas kiai yang pernah nyantri di Kempek, Lirboyo, dan Krapyak itu.

Dakwah dengan cara seperti itu terbukti di dalam sejarah berhasil mengislamkan Nusantara tanpa kekerasan dan pertumpahan darah. Bahkan raja-raja Nusantara itu menjadi Islam.

“Kita saksikan sekarang, dakwah yang manfaat, dakwah yang lestari, masuk sampai dalam hati, adalah dakwah yang dilakukan secara budaya, bukan dengan teror dan menakut-nakuti. Islam diajarkan dengan menakut-nakuti tidak akan masuk ke dalam hati. Imannya hanya pengakuan bibir belaka sehingga menjadikan potensi munafik, tapi kalau berdakwah dengan budaya, iman masuk ke dalam hati, sehingga akan menjadi mukmin kholis (ikhlas),” pungkasnya.

Foto: Haji Sandiaga Salahuddin Uno  bersama KH Ma'ruf Amin

*Dari berbagai sumber