Kyai Tengku: Sejak Jaman Bung Karno Gubernur Duduk Dekat Presiden Pada Event Besar, Kenapa Di Asian Games 2018 Beda?
Senin, 20 Agustus 2018
Faktakini.com
Ketika Gubernur Tuan Rumah Diluputkan dari Kamera
Perhelatan Asian Games di Jakarta dimulai. Tidak tanggung tanggung biaya yang dikeluarkan untuk Opening Ceremony saja mencapai 685 Milyar Rupiah. Satu nilai yang fantastis, apalagi terjadi di tengah tengah ekonomi Indonesia sedang "sakit". Apalagi jika ditilik biaya keseluruhan Asian Games mencapai 30 Trilyun.
Harga komoditi sawit yang jatuh di bawah Rp 1000 dan karet yang hanya sekitar Rp 4000 ke bawah. Bayangkan perlu menjual 10 kilogram sawit baru rakyat bisa meminum sebotol kecil Cocacola, dan menjual 15 kilogtam sawit untuk bisa membeli sekilo beras.
Miris....
Apalagi di tengah tengah derita Lombok yang dilanda gempa bumi, Opening Ceremony Asian Games menelan biaya yang fantastis 685 Milyar Rupiah....!
Kita tidak anti negara, bahkan sangat cinta pada negara ini. Karena cinta itulah, maka kita semua ingin negara ini bergerak dengan semangat Ketuhanan yang Maha Esa yang Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Jika diamati dengan seksama, ada satu keanehan di malam itu. Gubernur yang menjadi tuan Rumah perhelatan penting itu, mendadak "lenyap dari kamera".
Padahal di zaman Bung Karno, juga pernah digelar perhelatan Asian Games. Di era pak Harto ada beberapa kali digelar perhelatan SEA Games. Dan, pada setiap ada perhelatan itu Sang Gubernur tuan rumah senantiasa duduk dekat Presiden, Wakil Presiden, dan Menpora.
Timbul pertanyaan kita. Ada apa...? Apa boleh sebuah perhelatan besar yang memakai uang negara dipakai untuk menyingkirkan orang yang dianggap sebagai lawan politik? Bahkan untuk muncul sejenak disorotan TV...?
Lebih miris lagi isteri sang Gubernur malah didudukkan terpisah dari suaminya, dan di tempatkan di barisan penonton biasa yang masuk dengan membeli karcis?
La hawala wala quwwata illa billah...
Saya sudah hidup sejak zaman Bung Karno, dan sampai saat ini, sudah berusia setua ini belum pernah saya mengalami dan melihat peristiwa yang SENAIF dan SERENDAH perlskuan di atas.
Gordon Hodson, seorang Ahli Jiwa dari Brock University, Ontario, Canada, mengatakan, bahwa Orang Ber-IQ rendah biasanya selalu Bersikap RASIS dan Cenderung bersangka jelek pada orang lain.
Dan, memang biasanya orang miskin prestasi tapi berambisi besar, pasti akan selalu ketakutan dengan prestasi orang lain, lalu bersikap panik dan ingin memusnahkan prestasi orang itu.
Pribahasa Melayu mengatakan:"Orang kerdil tidak mungkin dapat berjiwa besar....!"
Mari kita maju selangkah. Tinggalkan lah cara cara PKI yang licik dan curang. Cintai sesama anak bangsa dan berlomba lomba lah berkarya dengan jantan dan lapang dada dalam membangun NKRI.
Jayalah NKRI Bermartabat....!
(Tengku Zulkarnain)
Faktakini.com
Ketika Gubernur Tuan Rumah Diluputkan dari Kamera
Perhelatan Asian Games di Jakarta dimulai. Tidak tanggung tanggung biaya yang dikeluarkan untuk Opening Ceremony saja mencapai 685 Milyar Rupiah. Satu nilai yang fantastis, apalagi terjadi di tengah tengah ekonomi Indonesia sedang "sakit". Apalagi jika ditilik biaya keseluruhan Asian Games mencapai 30 Trilyun.
Harga komoditi sawit yang jatuh di bawah Rp 1000 dan karet yang hanya sekitar Rp 4000 ke bawah. Bayangkan perlu menjual 10 kilogram sawit baru rakyat bisa meminum sebotol kecil Cocacola, dan menjual 15 kilogtam sawit untuk bisa membeli sekilo beras.
Miris....
Apalagi di tengah tengah derita Lombok yang dilanda gempa bumi, Opening Ceremony Asian Games menelan biaya yang fantastis 685 Milyar Rupiah....!
Kita tidak anti negara, bahkan sangat cinta pada negara ini. Karena cinta itulah, maka kita semua ingin negara ini bergerak dengan semangat Ketuhanan yang Maha Esa yang Berkemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Jika diamati dengan seksama, ada satu keanehan di malam itu. Gubernur yang menjadi tuan Rumah perhelatan penting itu, mendadak "lenyap dari kamera".
Padahal di zaman Bung Karno, juga pernah digelar perhelatan Asian Games. Di era pak Harto ada beberapa kali digelar perhelatan SEA Games. Dan, pada setiap ada perhelatan itu Sang Gubernur tuan rumah senantiasa duduk dekat Presiden, Wakil Presiden, dan Menpora.
Timbul pertanyaan kita. Ada apa...? Apa boleh sebuah perhelatan besar yang memakai uang negara dipakai untuk menyingkirkan orang yang dianggap sebagai lawan politik? Bahkan untuk muncul sejenak disorotan TV...?
Lebih miris lagi isteri sang Gubernur malah didudukkan terpisah dari suaminya, dan di tempatkan di barisan penonton biasa yang masuk dengan membeli karcis?
La hawala wala quwwata illa billah...
Saya sudah hidup sejak zaman Bung Karno, dan sampai saat ini, sudah berusia setua ini belum pernah saya mengalami dan melihat peristiwa yang SENAIF dan SERENDAH perlskuan di atas.
Gordon Hodson, seorang Ahli Jiwa dari Brock University, Ontario, Canada, mengatakan, bahwa Orang Ber-IQ rendah biasanya selalu Bersikap RASIS dan Cenderung bersangka jelek pada orang lain.
Dan, memang biasanya orang miskin prestasi tapi berambisi besar, pasti akan selalu ketakutan dengan prestasi orang lain, lalu bersikap panik dan ingin memusnahkan prestasi orang itu.
Pribahasa Melayu mengatakan:"Orang kerdil tidak mungkin dapat berjiwa besar....!"
Mari kita maju selangkah. Tinggalkan lah cara cara PKI yang licik dan curang. Cintai sesama anak bangsa dan berlomba lomba lah berkarya dengan jantan dan lapang dada dalam membangun NKRI.
Jayalah NKRI Bermartabat....!
(Tengku Zulkarnain)