Masuki Era Globalisasi, Desakan Agar Debat Pilpres Gunakan Bahasa Inggris Terus Menguat
Kamis, 16 Agustus 2018
Faktakini.com, Jakarta - Kita saat ini sudah memasuki Era Globalisasi, era dimana dunia dan pergaulan internasional bagai tak ada sekat lagi, dan bahasa Inggrislah sebagai bahasa pengantar Internasional yang utama.
Sejak tahun 2014 lalu, berbagai lapisan masyarakat sudah kerap mendesak agar
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat capres dengan menggunakan bahasa Inggris.
Seperti saat sekitar 30 orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat untuk Pilpres Berkualitas mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat capres dengan menggunakan bahasa Inggris. Mereka mengatakan, presiden Indonesia harus cerdas dan dapat berbahasa Inggris.
"Baik Prabowo dan Jokowi harus menggunakan bahasa Inggris dalam sesi tanya jawab debat nanti agar masyarakat bisa mendengar langsung kemampuan para capres," ucap koordinator aksi, Danil, dalam aksi unjuk rasanya di depan Gedung KPU, Jakarta Pusat, Jumat (20/6/2014).
Menurut Daniel, Pemilu Presiden 2014 adalah momentum demokrasi untuk menghasilkan pemimpin yang cerdas dan berkualitas. Ia menilai salah satu kecerdasan presiden dapat dilihat dari kemampuannya berkomunikasi dengan bahasa internasional.
"Ada saat tertentu presiden harus berhubungan langsung dengan pemimpin negara lain, tanpa penerjemah," ujarnya.
KPU kemudian menyelengggarakan debat capres ketiga pada Minggu (22/6/2014). Debat ketiga akan mengangkat tema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional". Dan sayangnya sesi debat tetap tak menggunakan bahasa Inggris.
Bayangkan! Desakan masyarakat agar ada sesi Debat Pilpres yang menggunakan bahasa Inggris itu sudah kencang sejak Pilpres 2014 lalu!, sedangkan saat ini sudah menjelang Pilpres 2019.
Pertanyaannya, siapakah pihak yang akan keberatan? Paslon Prabowo - Sandi tentu tidak akan keberatan karena kemampuan bahasa Inggris mereka sangat fasih.
Faktakini.com, Jakarta - Kita saat ini sudah memasuki Era Globalisasi, era dimana dunia dan pergaulan internasional bagai tak ada sekat lagi, dan bahasa Inggrislah sebagai bahasa pengantar Internasional yang utama.
Sejak tahun 2014 lalu, berbagai lapisan masyarakat sudah kerap mendesak agar
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat capres dengan menggunakan bahasa Inggris.
Seperti saat sekitar 30 orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat untuk Pilpres Berkualitas mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan debat capres dengan menggunakan bahasa Inggris. Mereka mengatakan, presiden Indonesia harus cerdas dan dapat berbahasa Inggris.
"Baik Prabowo dan Jokowi harus menggunakan bahasa Inggris dalam sesi tanya jawab debat nanti agar masyarakat bisa mendengar langsung kemampuan para capres," ucap koordinator aksi, Danil, dalam aksi unjuk rasanya di depan Gedung KPU, Jakarta Pusat, Jumat (20/6/2014).
Menurut Daniel, Pemilu Presiden 2014 adalah momentum demokrasi untuk menghasilkan pemimpin yang cerdas dan berkualitas. Ia menilai salah satu kecerdasan presiden dapat dilihat dari kemampuannya berkomunikasi dengan bahasa internasional.
"Ada saat tertentu presiden harus berhubungan langsung dengan pemimpin negara lain, tanpa penerjemah," ujarnya.
KPU kemudian menyelengggarakan debat capres ketiga pada Minggu (22/6/2014). Debat ketiga akan mengangkat tema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional". Dan sayangnya sesi debat tetap tak menggunakan bahasa Inggris.
Bayangkan! Desakan masyarakat agar ada sesi Debat Pilpres yang menggunakan bahasa Inggris itu sudah kencang sejak Pilpres 2014 lalu!, sedangkan saat ini sudah menjelang Pilpres 2019.
Pertanyaannya, siapakah pihak yang akan keberatan? Paslon Prabowo - Sandi tentu tidak akan keberatan karena kemampuan bahasa Inggris mereka sangat fasih.