Inilah Propaganda Dan Hipnosis Terselubung Metro TV Jelang Pilpres 2019

Jum'at, 28 September 2018

Faktakini.com

Dari akun FB
Indah Fitriani

M*tro TV dan Hipnosis Terselubung

Meskipun tidak sering saya tonton, tapi saya tidak menghilangkan channel M*tro TV di TV saya.

Semalam saya coba menonton Top News yang tayang di jam primetime (9 PM WIB)

Saat menonton saya mencoba pakai kacamata objektif, bukan sebagai pendukung siapa2 biar tidak baper dan tidak sentimen.

Saya bahkan berusaha memainkan peran sebagai penonton yang lugu, yang tidak tahu main internet, dan punya TV yang channelnya cuma M*tro TV.

Tujuannya, karena saya ingin tahu bagaimana rasanya menjadi penonton dengan tipikal seperti itu.

Pemberitaan di Program Top News ini terbagi beberapa topik. Topik pertama yang dia angkat adalah berkaitan dengan Pilpres. Di samping topik2 lain yang sedang viral.

Dan topik Pilpres lah yang menjadi topik utama program tersebut.

Pada sekitar 5 hingga 7 berita pertama semuanya memberitakan tentang kegiatan kampanye Paslon No. 1 (Jokowi - Ma'ruf). Tentang bagaimana dukungan hadir dari berbagai ormas dan gubernur di provinsi2 seluruh Indonesia.

Yang terasa ganjil adalah, pada segment ini tidak disampaikan satupun pemberitaan tentang kampanye Paslon No. 2 (Prabowo - Sandi)

Padahal pemberitaan politik yang biasanya saya nonton, umumnya memakai kalimat perantara seperti "Sementara itu, Paslon nomor urut 2 melakukan kampanye bla bla bla" guna untuk menyajikan berita berimbang. Tapi program berita ini tidak melakukan hal tersebut.

Sejauh yang saya tahu, hal ini melanggar kode etik jurnalisme. Sebab jurnalistik harus menayangkan pemberitaan yang berimbang. Apa pihak Panwaslu aware tentang hal ini? Ay don no.

Segment pertama berakhir ditandai dengan iklan commercial. Setelah itu barulah mereka menayangkan berita-berita yang berkaitan dengan Paslon No Urut 2.

Di antaranya tentang bagaimana kisruhnya perebutan kursi Wagub DKI yang ditinggalkan oleh Cawapres Sandiaga. Hal ini dibahas kurang lebih di 4 berita.
Selanjutnya tentang anggota partai Golkar yang dijerat KPK. Termasuk berita tentang pidato Pak Jokowi yang menyindir sambil berkelakar pada Sandiaga bahwa "Memimpin negara tidak semudah memimpin perusahaan"

Topik Pilpres berakhir lalu berganti ke topik lainnya.

Saya kemudian mencoba mereview dan menelaah apa yang saya nonton selama kurang lebih 40 menit tersebut.

Gini-gini saya pernah belajar ilmu komunikasi media. Dan sangat kuat indikasi bahwa berita-berita yang TV ini tayangkan mengarahkan penonton pada opini tertentu yang hendak dia tanam.

Meskipun ini tidak serumit Inception, tapi TV ini memakai teknik-teknik yang mirip-mirip dengan hipnosis atau brain washing. Teknik yang bahkan bisa mempengaruhi alam bawah sadar orang lain.

Ini bukan sulap atau sihir, melainkan permainan visual dan kata-kata. Dan M*tro TV memainkannya dengan sangat baik.

Teknik-teknik tersebut yang bisa saya tangkap di antaranya adalah:

1. Mengulang-ulang pemberitaan yang baik tentang Paslon No Urut 1 secara sporadis. Sebaliknya mengulang-ulang pemberitaan yang buruk tentang Pasangan No. Urut 2.

Menggunakan waktu yang hanya 20 menit, penonton dibombardir dengan pemberitaan positif Pasangan No. 1, Dan 20 menit lainnya memborbardir tentang pemberitaan negatif Pasangan No. 2.

TV ini menggunakan metode bahwa apa yang disampaikan dengan berulang-ulang maka akan tertanam pada alam bawah sadar manusia.

2. Menampilkan gambar / video dengan ekspresi dan gestur yang menarik. Seperti tersenyum, tertawa, sumringah, wajah bersemangat, gesture tubuh yang baik , dsb dari Jokowi - Ma'ruf dan para pendukungnya.

Di sisi lain, mereka menampilkan video dengan ekspresi dan gestur yang tidak menarik dari Paslon Prabowo - Sandi dan para pendukungnya. Seperti muka masam, kening berkerut, potongan dialog yang mumble, gesture tergopoh - gopoh, dan sebagainya.

Penelitian ilmiah menjelaskan bahwa ada hormon endofrin yang dikeluarkan oleh orang yang tersenyum. Yang kemudian ditularkan kepada orang lain yang melihatnya.

Manusia bersifat reflektif. Ketika melihat orang tersenyum dia juga akan senang. Ketika melihat orang yang cemberut dia juga akan merasa tidak senang.

Dan M*tro TV berusaha menularkan aura tersebut kepada penonton: Aura positif dari Pasangan No Urut 1 dan aura negatif dari Pasangan No Urut 2.

Jika hal itu ditampilkan berulang-ulang, maka pikiran bawah sadar penonton akan menyimpulkan : Paslon No Urut 1 lebih baik daripada Paslon No Urut 2.

3. Selanjutnya adalah gesture, ekspresi dan intonasi bicara News Anchor . Saat berita ini tayang, sang News Anchor membawakan berita ini dengan gesture dan tone yang sangat mendukung.

Saat pemberitaan tentang Paslon No Urut 1, dia membacakan dengan tersenyum, suara yang ramah, dan mengangguk pelan. Sambil melebarkan lengan dan membuka tapak tangan.

Ini saya beri nama gesture "hendak memeluk", yaitu gerakan yang kita lakukan jika menyambut dan ingin memeluk seseorang. Ada aura kehangatan yang dipancarkan dari gerakan ini. Aura persuasif yang akan membuat pikiran orang lain terasa nyaman, merasa disambut dan ingin menuruti ajakan orang tersebut.

Sedangkan saat membacakan berita tentang Paslon No Urut 2, si pembaca berita membacakan dengan suara yang agak berat, mulut agak cemberut , mata sedikit melotot, kening berkerut.  (Tentu saja ekspresi ini dia lakukan dengan samar, tidak sehiperbolis tokoh antagonis di sinetron 😅)
Selain itu dia melakukan gerakan tangan yang menunjuk.

Gesture dan ekspresi ini memancarkan aura negatif. Secara halus, dia melakukan ekspresi dan gerakan yang memiliki emosi marah, memaksa, mendikte. Penonton secara tidak sadar akan ikut merasa kesal dengan pemberitaan yang dia bawakan.

4. Bahkan jeda iklan pun dimanfaatkan untuk melakukan framing opini.
Seperti yang saya amati, iklan di M*tro TV kebanyakan berisi program2 yang TV ini tayangkan dibanding berisi iklan produk.

Di jeda iklan, ditampilkanlah (lagi-lagi) secara berulang-ulang sebuah program debat / diskusi yang mengkritisi tentang kampanye Pilpres yang akan tayang setelah Program Top News.

Di VT iklan program tersebut menampilkan  narasi dan capture foto, yang kurang lebih isinya begini:

 "Apakah kampanye dapat dilakukan dengan damai?" (Background foto Paslon No Urut 1 sambil tersenyum)
"Apakah kampanye akan bebas dari isu SARA dan HOAX?" (background foto Paslon No Urut 2)

Meskipun nampak sederhana, tapi permainan visual ini bisa mempengaruhi opini orang lain yang menontonnya secara tidak sadar.
Bahwa Paslon No Urut 1 selalu melakukan kampanye damai, sedangkan Paslon No Urut 2 selalu menyebarkan isu SARA dan HOAX.

Begitulah review dan kesan yang saya tangkap saat menonton tayangan tersebut. (Saya persilahkan jika ada orang yang lebih ahli dalam hal ini untuk mengkritisi ulasan saya)

Saat menonton, saya yang memerankan diri sebagai penonton yang lugu, dan sedikit banyak merasakan bagaimana perasaan para penonton TV tersebut.

Bahwa para penonton yang lugu dan tidak punya sumber informasi lain untuk mengcounter berita, akan sangat mudah diarahkan untuk menjadi pendukung Paslon No Urut 1 dengan suka rela. Bahkan tanpa imbalan apapun.

Hanya dalam waktu kurang dari 1 jam TV ini telah sukses menanamkan opini tersebut. Apalagi jika penontonnya setia menyaksikan berita-berita yang TV ini tayangkan setiap hari?

Maka, jika ingin menjadi bagian dari kampanye sehat. Di samping meneliti kevalidan informasi di internet, kita juga perlu meluruskan opini para penonton M*tro TV di rumah-rumah keluarga kita sendiri.

Coba anda bayangkan.. itu baru 1 stasiun tv, bagaimana kalo ada 5-6 sta.tv... apa yg akan terjadi ????

Wallahu a'lam bishshawwab

Posting Komentar untuk "Inilah Propaganda Dan Hipnosis Terselubung Metro TV Jelang Pilpres 2019"