Kwik Kian Gie: Rupiah Akan Terus Merosot Sampai Ada Pemimpin Kuat yang Mampu Balikkan Keadaan

Sabtu, 8 September 2018

Faktakini.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) era Presiden Abdurrahman Wahid, Kwik Kian Gie, berpendapat bahwa nilai Rupiah akan terus melemah terhadap Dolar Amerika Serikat hingga tak ada batasnya, sampai ada pemimpin yang sangat kuat yang mengerti persoalan dan berani membalikkan keadaan Rupiah.

Hal tersebut dia sampaikan dalam acara talkshow ‘Indonesian Business Forum’ yang ditayangkan TVOne pada 10 Mei 2018 lalu.
“Seandainya rupiah itu tidak merosot saya malah heran,” kata Kwik Kian Gie.

Kwik juga membandingkan antara nilai tukar Rupiah dan nilai tukar mata uang negara-negara tetangga Indonesia terhadap Dolar Amerika dalam kurun 48 tahun terakhir.

Singapura misalnya, Kwik mengatakan bahwa dalam 48 tahun, negara itu mengalami penguatan nilai mata uang atau apresiasi sebesar 57 persen. Sementara Malaysia mengalami penurunuan nilai mata uang atau depresiasi sebesar 57 persen.

Sedangkan Thailand mengalami depresiasi sebesar 52 persen. Dan Filipina mengalami depresiasi sebesar 756 persen. Adapun Indonesia sendiri mengalami depresiasi sebesar 3757 persen.

Mengacu pada data tersebut, Kwik menyimpulkan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat akan terus merosot.

“Kalau sepajang 48 tahun seperti ini, kenapa selanjutnya tidak?” kata Kwik.
Kwik juga mengungkapkan, melemahnya nilai tukar Rupiah ini tidak cuma karena persoalan ekonomi, tapi juga oleh rekayasa asing untuk menjadikan Indonesia terpuruk dan bangkrut.

Rupiah saat ini terpuruk hingga menembus angka Rp 14.938 per Dolar Amerika. Bahkan pada Selasa (4/9/2018) malam sempat tembus di angka Rp 15.029.

Terkait hal itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, pelemahan nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat bukan hanya terjadi terhadap Rupiah saja, tetapi juga mata uang negara lain.

“Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia,” tegas Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018).

Menurut Jokowi, pelemahan Rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina.

“Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi,” ujarnya.

“Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati,” imbuhnya.

Sumber: Jurnalindonesia