Bendera Tauhid Dibakar Di Garut, Yaqut Pimpinan Banser Tolak Minta Maaf
Rabu, 24 Oktober 2018
Faktakini.com, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai otoritas keagamaan tertinggi di Indonesia secara tegas telah memastikan bendera dengan lafadz Tauhid yang dibakar oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama di Garut, Jawa Barat, bukan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). MUI menganggap bendera tersebut adalah bendera berkalimat Tauhid.
Disampaikan oleh Wakil Ketua MUI, Yunahar Ilyas, dalam video yang beredar tidak terlihat ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia dari bendera yang dibakar itu.
"Karena tidak ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia, maka kita menganggap itu kalimat tauhid. Jadi memang dalam sejarah ada versi kalimatnya yang latarnya putih dan ada yang hitam. Dua-duanya itu adalah bendera Rayah dan Liwa di zaman Rasulullah SAW," kata Yunahar, di Kantor MUI, Selasa, 23 Oktober 2018.
Usai pembakaran Bendera yang sangat dimuliakan oleh umat Islam itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Quomas memang meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim.
Tetapi ia bukan minta maaf untuk pembakaran Bendera Tauhid itu, tapi minta maaf atas kekisruhan yang terjadi di Garut, Jawa Barat, pada saat perayaan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2018 lalu.
Permintaan maaf Gus Yaqut itu disampaikan atas permintaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menginginkan GP Ansor sebagai induk organisasi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) atas insiden pembakaran bendera berlafaz kalimat tauhid yang diyakini sebagai bendera organisasi terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Minta maaf itu soal mudah, tidak ada yang sulit untuk minta maaf. Tetapi, satu hal yang harus diperhatikan kita disuruh minta maaf ini dialamatkan kepada siapa? Kalau meminta maaf kepada masyarakat, karena anggota kita telah membuat kekisruhan di tengah masyarakat, tentu kami meminta maaf kepada masyarakat. Tetapi, kalau minta maaf atas pembakaran bendera HTI? Tentu tidak. Bagi kita, prinsip kebangsaan kami jelas, bahwa NKRI sudah final," kata Gus Yaqut di kantor PP GP Ansor, Jakarta Pusat, Rabu 24 Oktober 2018.
Sumber: Viva Dll
Faktakini.com, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai otoritas keagamaan tertinggi di Indonesia secara tegas telah memastikan bendera dengan lafadz Tauhid yang dibakar oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama di Garut, Jawa Barat, bukan bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). MUI menganggap bendera tersebut adalah bendera berkalimat Tauhid.
Disampaikan oleh Wakil Ketua MUI, Yunahar Ilyas, dalam video yang beredar tidak terlihat ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia dari bendera yang dibakar itu.
"Karena tidak ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia, maka kita menganggap itu kalimat tauhid. Jadi memang dalam sejarah ada versi kalimatnya yang latarnya putih dan ada yang hitam. Dua-duanya itu adalah bendera Rayah dan Liwa di zaman Rasulullah SAW," kata Yunahar, di Kantor MUI, Selasa, 23 Oktober 2018.
Usai pembakaran Bendera yang sangat dimuliakan oleh umat Islam itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Quomas memang meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim.
Tetapi ia bukan minta maaf untuk pembakaran Bendera Tauhid itu, tapi minta maaf atas kekisruhan yang terjadi di Garut, Jawa Barat, pada saat perayaan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2018 lalu.
Permintaan maaf Gus Yaqut itu disampaikan atas permintaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menginginkan GP Ansor sebagai induk organisasi Barisan Ansor Serbaguna (Banser) atas insiden pembakaran bendera berlafaz kalimat tauhid yang diyakini sebagai bendera organisasi terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Minta maaf itu soal mudah, tidak ada yang sulit untuk minta maaf. Tetapi, satu hal yang harus diperhatikan kita disuruh minta maaf ini dialamatkan kepada siapa? Kalau meminta maaf kepada masyarakat, karena anggota kita telah membuat kekisruhan di tengah masyarakat, tentu kami meminta maaf kepada masyarakat. Tetapi, kalau minta maaf atas pembakaran bendera HTI? Tentu tidak. Bagi kita, prinsip kebangsaan kami jelas, bahwa NKRI sudah final," kata Gus Yaqut di kantor PP GP Ansor, Jakarta Pusat, Rabu 24 Oktober 2018.
Sumber: Viva Dll