Lengkap! Ustadz Abdul Somad Paparkan Sejarah Bendera Tauhid. BACALAH!
Selasa, 30 Oktober 2018
Faktakini.com, Jakarta - Da'i puluhan juta umat, Ustadz Abdul Somad menanggapi secara langsung aksi pembakaran bendera tauhid yang dilakukan Barisan Anshor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) beberapa waktu lalu.
Dipaparkannya, bendera tauhid berarti pengobar semangat dalam perang dan penjaga persatuan dalam perdamaian.
Hal tersebut disampaikan Ustadz Abdul Somad lewat channel youtube miliknya @TaffaquhVideo pada Senin (29/10/2018) malam.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan awal mula kisah bendera tauhid ketika zaman Nabi Muhammad SAW.
"Yang paling tinggi referensi dalam Islam, Alquran. Ahli sunnah wal jama'ah menggunakan sunnah sahih Al Buchori. Di bawah (Sunnah) Sahih Buchori, Sahih Muslim. Disusun oleh Imam Muslim Ibnu Majah An Naisaburi Al Husairi, meninggal tahun 261 hijrah," jelas Ustadz Abdul Somad.
"Kalau kita baca Sahih Muslim, kita tidak paham isinya, jangan terjemahkan sendiri, baca penjelasannya. Namanya Syarah Sahih Muslim Al Minhaj Be Sharh Sahih Muslim ditulis oleh Imam al-Nawawi tahun 676 hijrah. Dalam Syarah Sahih Muslim, apa katanya? Kata Imam Al Nawawi, Ar Royatu al alla mutsair, Al Liwaul Al'la mulkabir. Bendera dalam bahasa arabnya ada dua, satu Ar Royah, satu Al Liwa," tambahnya.
Dalam tafsir sunnah tersebut, dijelaskan Ustadz Abdul Somad jika Ar Royatu al alla mutsair, yakni Royah bendera kecil yang dibawa oleh pasukan-pasukan kecil.
Sedangkan, pasukan besar katanya memiliki satu bendera besar yang dinamakan Al Liwa, yakni Al Liwaul Al'la mulkabir atau bendera besar.
"Kita pasukan besar ini, satu bendera khusus, seluruh pasukan lihat mana bendera, namanya Al Liwa. Sedangkan untuk satu panglima yang kecil-kecil, komandan pasukan kecil itu bawa namanya Ar Royah. Sudah jelas, Ar Royah-bendera kecil, Al Lisa-bendera besar," jelas Ustadz Abdul Somad.
Terkait mengenai warna bendera, Ustadz Abdul Somad menceritakan kisah kedatangan Nabi Muhammad SAW ke kota Mekkah yang tertuang dalam Surat An Nasr.
Ketika itu, Nabi Muhammad membawa sebanyak 10.000 pasukan pada tahun 8 Hijriyah.
Bendera yang dibawa pasukan diungkapkan Ustadz Abdul Somad Ingatkan berwarna putih. Sehingga apabila bendera berwarna putih, maka tulisannya hitam dan sebaliknya.
"Sudah jelas warnanya, sudah jelas fungsinya untuk apa, menyatukan pasukan. Lalu kemudian, apakah ini (bendera) akan dipakai hanya perang saja? Tidak. Karena waktu Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam masuk ke kota Mekkah tidak ada perang, waktu itu masuk dengan damai," ungkap Ustadz Abdul Somad.
"Ijaza anasrullah hiwal faj, ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan; wara aitan nas, lihat penduduk Mekkah, yadkhulu na fii dinillah, mereka masuk ke dalam agama Allah; af waa jaa, berbondong-bondong, tidak ada perang-damai. 19 hari Nabi di kota Mekkah Al Mukkaramah-rekonsiliasi, seluruh penduduk, aman, damai, tenteram, tidak ada satu telinga yang digunting," tambahnya.
Lebih lanjut diungkapkannya, ketika pasukan berkata, 'Hadza yaumul malhamah', ini hari balas dendam. Dulu kalian sobek jantung Hamzah (Hamzah bin Abdul Muththalib), hari ini kami akan merobek jantung kalian. Tapi kata nabi, 'Hadza yaumul marhamah', ini hari kasih sayang.
"Artinya, ketika ada orang mengibarkan bendera itu, lalu kita berkata, ini kan bukan perang, tidak perang pun bendera itu tetap dipakai. Sebagai simbol persatuan," jelas Ustadz Abdul Somad.
Seperti diketahui sebelumnya, bendera tauhid atau Ar Royah dibakar anggota Barisan Anshor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) dalam perayaan Hari Santri Nasional di Lapangan Alun-Alun Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Senin (22/10/2018) lalu.
Kejadian tersebut memicu polemik di masyarakat. Pihak Kepolisian dianggap tidak adil karena hanya menangkap seorang santri yang membawa bendera.
Sementara belasan anggota Banser NU yang ikut membakar bendera serta atribut bertuliskan kalam Allah dibiarkan bebas.
Hal tersebut memicu Aksi Bela Tauhid pada Jumat (26/10/2018).
Puluhan ribu jemaah dari seluruh Nusantara bersatu meneriakkan takbir dan tahlil di sepanjang jalan protokol Ibukota, mulai dari Masjid Istiqlal hingga Istana Negara, Gambir, Jakarta Pusat.
Mereka pun mengibarkan bendera Ar Royah sebagai bentuk kekecewaan terhadap hukum di Indonesia.
Sumber: Wartakota
Faktakini.com, Jakarta - Da'i puluhan juta umat, Ustadz Abdul Somad menanggapi secara langsung aksi pembakaran bendera tauhid yang dilakukan Barisan Anshor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) beberapa waktu lalu.
Dipaparkannya, bendera tauhid berarti pengobar semangat dalam perang dan penjaga persatuan dalam perdamaian.
Hal tersebut disampaikan Ustadz Abdul Somad lewat channel youtube miliknya @TaffaquhVideo pada Senin (29/10/2018) malam.
Ustadz Abdul Somad menjelaskan awal mula kisah bendera tauhid ketika zaman Nabi Muhammad SAW.
"Yang paling tinggi referensi dalam Islam, Alquran. Ahli sunnah wal jama'ah menggunakan sunnah sahih Al Buchori. Di bawah (Sunnah) Sahih Buchori, Sahih Muslim. Disusun oleh Imam Muslim Ibnu Majah An Naisaburi Al Husairi, meninggal tahun 261 hijrah," jelas Ustadz Abdul Somad.
"Kalau kita baca Sahih Muslim, kita tidak paham isinya, jangan terjemahkan sendiri, baca penjelasannya. Namanya Syarah Sahih Muslim Al Minhaj Be Sharh Sahih Muslim ditulis oleh Imam al-Nawawi tahun 676 hijrah. Dalam Syarah Sahih Muslim, apa katanya? Kata Imam Al Nawawi, Ar Royatu al alla mutsair, Al Liwaul Al'la mulkabir. Bendera dalam bahasa arabnya ada dua, satu Ar Royah, satu Al Liwa," tambahnya.
Dalam tafsir sunnah tersebut, dijelaskan Ustadz Abdul Somad jika Ar Royatu al alla mutsair, yakni Royah bendera kecil yang dibawa oleh pasukan-pasukan kecil.
Sedangkan, pasukan besar katanya memiliki satu bendera besar yang dinamakan Al Liwa, yakni Al Liwaul Al'la mulkabir atau bendera besar.
"Kita pasukan besar ini, satu bendera khusus, seluruh pasukan lihat mana bendera, namanya Al Liwa. Sedangkan untuk satu panglima yang kecil-kecil, komandan pasukan kecil itu bawa namanya Ar Royah. Sudah jelas, Ar Royah-bendera kecil, Al Lisa-bendera besar," jelas Ustadz Abdul Somad.
Terkait mengenai warna bendera, Ustadz Abdul Somad menceritakan kisah kedatangan Nabi Muhammad SAW ke kota Mekkah yang tertuang dalam Surat An Nasr.
Ketika itu, Nabi Muhammad membawa sebanyak 10.000 pasukan pada tahun 8 Hijriyah.
Bendera yang dibawa pasukan diungkapkan Ustadz Abdul Somad Ingatkan berwarna putih. Sehingga apabila bendera berwarna putih, maka tulisannya hitam dan sebaliknya.
"Sudah jelas warnanya, sudah jelas fungsinya untuk apa, menyatukan pasukan. Lalu kemudian, apakah ini (bendera) akan dipakai hanya perang saja? Tidak. Karena waktu Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam masuk ke kota Mekkah tidak ada perang, waktu itu masuk dengan damai," ungkap Ustadz Abdul Somad.
"Ijaza anasrullah hiwal faj, ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan; wara aitan nas, lihat penduduk Mekkah, yadkhulu na fii dinillah, mereka masuk ke dalam agama Allah; af waa jaa, berbondong-bondong, tidak ada perang-damai. 19 hari Nabi di kota Mekkah Al Mukkaramah-rekonsiliasi, seluruh penduduk, aman, damai, tenteram, tidak ada satu telinga yang digunting," tambahnya.
Lebih lanjut diungkapkannya, ketika pasukan berkata, 'Hadza yaumul malhamah', ini hari balas dendam. Dulu kalian sobek jantung Hamzah (Hamzah bin Abdul Muththalib), hari ini kami akan merobek jantung kalian. Tapi kata nabi, 'Hadza yaumul marhamah', ini hari kasih sayang.
"Artinya, ketika ada orang mengibarkan bendera itu, lalu kita berkata, ini kan bukan perang, tidak perang pun bendera itu tetap dipakai. Sebagai simbol persatuan," jelas Ustadz Abdul Somad.
Seperti diketahui sebelumnya, bendera tauhid atau Ar Royah dibakar anggota Barisan Anshor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) dalam perayaan Hari Santri Nasional di Lapangan Alun-Alun Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Senin (22/10/2018) lalu.
Kejadian tersebut memicu polemik di masyarakat. Pihak Kepolisian dianggap tidak adil karena hanya menangkap seorang santri yang membawa bendera.
Sementara belasan anggota Banser NU yang ikut membakar bendera serta atribut bertuliskan kalam Allah dibiarkan bebas.
Hal tersebut memicu Aksi Bela Tauhid pada Jumat (26/10/2018).
Puluhan ribu jemaah dari seluruh Nusantara bersatu meneriakkan takbir dan tahlil di sepanjang jalan protokol Ibukota, mulai dari Masjid Istiqlal hingga Istana Negara, Gambir, Jakarta Pusat.
Mereka pun mengibarkan bendera Ar Royah sebagai bentuk kekecewaan terhadap hukum di Indonesia.
Sumber: Wartakota