Media-Media Cetak Terus Tergerus, Tabloid BOLA Pun Harus Pamit

Rabu, 16 Oktober 2018

Faktakini.com, Jakarta - Kuatnya arus media sosial sebagai sumber informasi utama, terus menggerus dan menghabisi kiprah media-media cetak.

Setelah Tabloid Soccer yang ‘tenggelam’ per 11 Oktober 2014 dan Harian BOLA yang hilang dari peredaran sejak 1 November 2015, kali ini giliran Tabloid BOLA yang pamit.

Kabar tutupnya Tabloid BOLA disiarkan Firzie Idris melalui akun Twitter pribadinya. Managing Editor BolaSport ini mengatakan Tabloid BOLA akan merilis dua terbitan terakhir sebagai perpisahan bagi para penggemar olahraga Indonesia.

“Berhubung sudah banyak yang bertanya, dua terbitan terakhir BOLA akan hadir pada Jumat (19/10/2018) dan Selasa (23/10), yang merupakan publikasi sebelum kami berpamitan,” tulis Firzie, yang menjadi delegasi BOLA untuk meliput Piala Dunia 2018 lalu.
Jika Anda sedih mendengar kabar ini, bayangkan bagaimana perasaan Theresia Simanjuntak, yang merupakan jurnalis BOLA, saat menumpahkan sendunya melalui akun Twitter pribadinya. Apalagi, BOLA merupakan media legendaris yang sudah menemani dunia olahraga Tanah Air dari generasi ke generasi.

Mulanya, BOLA terbit sebagai sisipan dalam harian Kompas pada 3 Maret 1984. Namun, BOLA dirilis secara terpisah dalam format tabloid empat tahun tahun kemudian. Alasannya satunya, karena ramai peminat. Alasan lain, tak bisa dilepaskan dari kebijakan bisnis perusahaan Kompas Gramedia pada masa lampau.

Pada era 1970-1980-an, Kompas hanya memberikan satu halaman untuk rubrik olahraga. Dengan hadirnya BOLA, diharapkan berita tentang olahraga bisa lebih banyak. Seperti namanya, BOLA memiliki fokus untuk memberitakan apa yang terjadi di dunia sepak bola. Mulanya hanya rilis sekali seminggu.

Namun, di masa jayanya atau pada era 1997-2010, BOLA dirilis dua kali dalam sepekan. Anyway, masih ada yang ingat komik ‘Si Gundul’ di BOLA? Atau membeli majalah ini karena tergoda bonus poster? Yep, masa lalu yang sangat iindah

BOLA sangat sering mengirimkan wartawannya untuk mengabarkan apa yang terjadi di turnamen besar. Agenda seperti memberikan laporan pandangan mata perihal apa yang terjadi di Piala Dunia langsung dari tempat kejadian adalah sebuah tradisi bagi media yang kini dipimpin oleh Weshley Hutagalung tersebut.
“BOLA akan selamanya di hati saya. One Last Ride,” tulis Theresia di akun Twitter pribadinya.
Dear Theresia, BOLA juga ada di hati kami, dan penggemar olahraga di seluruh Indonesia. Mari bersendu ria, karena kepergian BOLA yang sudah menjadi saksi sejarah perkembangan olahraga Tanah Air memang pantas untuk ditangisi.

Sumber: Kumparan