Agi Betha: Blunder Poster Jokowi Raja
Kamis, 15 November 2018
Faktakini.com
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181114205040-32-346644/banteng-jateng-sapu-poster-jokowi-raja
https://news.detik.com/read/2018/11/15/064353/4302421/10/pemasang-disuruh-pusat-siapa-kreator-poster-raja-jokowi
RAJA JOKOWI SALAH MENYERUDUK DI KANDANG BANTENG
Banteng dan timses Jokowi kerja keras. Mereka lagi menyapu bersih poster bergambar wajah RAJA JOKOWI yg menyebar di seantero Jawa Tengah. Konon jumlahnya ada 85 ribu poster. Full color dan banyak yg berupa stiker gede, krn bisa melekat di kaca2 angkot.
Jelas itu adalah sebuah strategi matang, awalnya. Sebuah kampanye massive dan berbiaya tinggi. Bayangkan, ongkos nyetak, biaya distribusi, dan ngamplopi org2 yg mau propertinya ditempeli stiker, sudah habis berapa..? Tak main main. DELAPAN PULUH LIMA RIBU poster!
Tiap hari poster berisi CLOSE UP wajah Raja Jawa itu beredar. Muka Jokowi lalu lalang jadi Raja Jalanan, Raja Terminal, Raja di tikungan2 jalan, dimana-mana. Itu usaha kampanye dan pencitraan yg luaaar biasaa!
Tapi belakangan Tim Kampanye Nasional Jokowi menyadari, bahwa simbol Raja itu salah. RAJA ITU TIDAK DIPILIH. Raja itu turunan, berlawanan 180 derajat dengan Demokrasi yg selama ini diagungkan pengikut Jokowi.
Dalam negara yg menganut sistem demokrasi Pancasila, menyebar poster Raja keturunan Giriroto Boyolali itu, dianggap sama dengan mengkampanyekan kekuasaan absolut dan otoriter.
Apalagi dalam bahasa rakyat jelata, Raja sering jg disebut Gusti Ratu, yakni sosok yg sangat tinggi karena semua titahnya harus dituruti. Pendeknya, di mata rakyat tradisional, perintah Raja kadang bagai kehendak Tuhan. Jelas ini pencitraan yg salah besar.
Mendapati langkahnya blunder, dan bisa menjadi negative champaign yg menyerang kubu sendiri, maka diburulah Sang Raja. Wajah yg tadinya disayang, ditempel dengan hati-hati, kini dikeletek. Mukanya disobek-sobek. Kasihan sekali.
Lucunya lagi, sekarang Tim Kampanye Nasional JOMA, setidaknya tim daerah, menuduh bahwa ada pihak lain yg menyebarkan poster Raja Jokowi itu. Katanya ini adalah penyesatan oleh pihak lawan untuk membunuh karakter demokratik Jokowi.
Meski tidak menyebut nama kubu PS-Sandi secara transparan, tapi tuduhan itu sangat jelas. Siapa lagi lawan JOMA di Pilpres?
Padahal logikanya, kubu PS itu ngirim Logistik ke daerah saja belum sama sekali. Orang di Badan Pemenangan Daerah teriak2 minta dikirim peraga. Relawan-relawan sampai tega ungkap ketidakbecusan Badan Pemenangan Nasional di medsos, krn mereka pikir tidak diperhatikan kebutuhan logistiknya.
Padahal kenyataannya memang belum ada logistik yg bisa dikirim. Kaos masih dicetak, belum ada yg jadi. Kaos yg beredar itu rakyat sendiri yg bikin. Spanduk masih diorder. Satu dua spanduk yg terpasang itu, simpul2 relawan sendiri yg cetak.
Relawan PS-Sandi dapat duit darimana? Ongkos kegiatan Emak-Emak yg gegap gempita dukung PS-Sandi itu uang dari siapa?
Dari USAHA donk! Mereka jual baju bekas, duitnya utk bikin poster. Mereka jualan mug/ cangkir, keuntungannya utk bikin kaos. Mereka bikin teh celup yg kotaknya bergambar PS-Sandi, jualan gantungan kunci, gelang karet, bandana, topi, semua lebihannya untuk kampanye PS-Sandi. Sebagian lagi keuntungan ditukar beras dan gula untuk dibagikan ke rakyat miskin dalam baksos2 yg diadakan simpul2 relawan sendiri. MANDIRI. CARI DUIT SENDIRI.
Nah, Tim PS-Sandi untuk nyetak muka Prabowo sendiri saja nunggu dana turun, kok bisa2 nya mereka nuduh Oposisi yg nyetak muka RAJA JOKOWI. Udah mustahil itu. Ini playing victim.
Heran yaa..! Fitnah kok diulang-ulang. Tak ada kapoknya. Padahal sama sekali tak masuk logika. Mereka, kubu Petahana itu, kampanye bisa menyamar dengan mendompleng APBN, disokong duit para cukong, menumpuk semua bandar2 kaya disana, kok menuduh lawan yg untuk jalan saja saja DIBIAYAI OLEH RAKYAT..?
Ini sama saja dengan menuduh jahat kaum jelata, yg demi membeli logistik harus tertatih-tatih dan terbata-bata.
Buruk muka, cermin dibelah.
Buruk strategi kampanye mereka, kubu Prabowo dikirim muntah.
Awak tak pandai menari, lantai disalahkan. Raja Jokowi tak pandai menari, rakyat Prabowo disalahkan.
(Agi Betha)
Faktakini.com
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181114205040-32-346644/banteng-jateng-sapu-poster-jokowi-raja
https://news.detik.com/read/2018/11/15/064353/4302421/10/pemasang-disuruh-pusat-siapa-kreator-poster-raja-jokowi
RAJA JOKOWI SALAH MENYERUDUK DI KANDANG BANTENG
Banteng dan timses Jokowi kerja keras. Mereka lagi menyapu bersih poster bergambar wajah RAJA JOKOWI yg menyebar di seantero Jawa Tengah. Konon jumlahnya ada 85 ribu poster. Full color dan banyak yg berupa stiker gede, krn bisa melekat di kaca2 angkot.
Jelas itu adalah sebuah strategi matang, awalnya. Sebuah kampanye massive dan berbiaya tinggi. Bayangkan, ongkos nyetak, biaya distribusi, dan ngamplopi org2 yg mau propertinya ditempeli stiker, sudah habis berapa..? Tak main main. DELAPAN PULUH LIMA RIBU poster!
Tiap hari poster berisi CLOSE UP wajah Raja Jawa itu beredar. Muka Jokowi lalu lalang jadi Raja Jalanan, Raja Terminal, Raja di tikungan2 jalan, dimana-mana. Itu usaha kampanye dan pencitraan yg luaaar biasaa!
Tapi belakangan Tim Kampanye Nasional Jokowi menyadari, bahwa simbol Raja itu salah. RAJA ITU TIDAK DIPILIH. Raja itu turunan, berlawanan 180 derajat dengan Demokrasi yg selama ini diagungkan pengikut Jokowi.
Dalam negara yg menganut sistem demokrasi Pancasila, menyebar poster Raja keturunan Giriroto Boyolali itu, dianggap sama dengan mengkampanyekan kekuasaan absolut dan otoriter.
Apalagi dalam bahasa rakyat jelata, Raja sering jg disebut Gusti Ratu, yakni sosok yg sangat tinggi karena semua titahnya harus dituruti. Pendeknya, di mata rakyat tradisional, perintah Raja kadang bagai kehendak Tuhan. Jelas ini pencitraan yg salah besar.
Mendapati langkahnya blunder, dan bisa menjadi negative champaign yg menyerang kubu sendiri, maka diburulah Sang Raja. Wajah yg tadinya disayang, ditempel dengan hati-hati, kini dikeletek. Mukanya disobek-sobek. Kasihan sekali.
Lucunya lagi, sekarang Tim Kampanye Nasional JOMA, setidaknya tim daerah, menuduh bahwa ada pihak lain yg menyebarkan poster Raja Jokowi itu. Katanya ini adalah penyesatan oleh pihak lawan untuk membunuh karakter demokratik Jokowi.
Meski tidak menyebut nama kubu PS-Sandi secara transparan, tapi tuduhan itu sangat jelas. Siapa lagi lawan JOMA di Pilpres?
Padahal logikanya, kubu PS itu ngirim Logistik ke daerah saja belum sama sekali. Orang di Badan Pemenangan Daerah teriak2 minta dikirim peraga. Relawan-relawan sampai tega ungkap ketidakbecusan Badan Pemenangan Nasional di medsos, krn mereka pikir tidak diperhatikan kebutuhan logistiknya.
Padahal kenyataannya memang belum ada logistik yg bisa dikirim. Kaos masih dicetak, belum ada yg jadi. Kaos yg beredar itu rakyat sendiri yg bikin. Spanduk masih diorder. Satu dua spanduk yg terpasang itu, simpul2 relawan sendiri yg cetak.
Relawan PS-Sandi dapat duit darimana? Ongkos kegiatan Emak-Emak yg gegap gempita dukung PS-Sandi itu uang dari siapa?
Dari USAHA donk! Mereka jual baju bekas, duitnya utk bikin poster. Mereka jualan mug/ cangkir, keuntungannya utk bikin kaos. Mereka bikin teh celup yg kotaknya bergambar PS-Sandi, jualan gantungan kunci, gelang karet, bandana, topi, semua lebihannya untuk kampanye PS-Sandi. Sebagian lagi keuntungan ditukar beras dan gula untuk dibagikan ke rakyat miskin dalam baksos2 yg diadakan simpul2 relawan sendiri. MANDIRI. CARI DUIT SENDIRI.
Nah, Tim PS-Sandi untuk nyetak muka Prabowo sendiri saja nunggu dana turun, kok bisa2 nya mereka nuduh Oposisi yg nyetak muka RAJA JOKOWI. Udah mustahil itu. Ini playing victim.
Heran yaa..! Fitnah kok diulang-ulang. Tak ada kapoknya. Padahal sama sekali tak masuk logika. Mereka, kubu Petahana itu, kampanye bisa menyamar dengan mendompleng APBN, disokong duit para cukong, menumpuk semua bandar2 kaya disana, kok menuduh lawan yg untuk jalan saja saja DIBIAYAI OLEH RAKYAT..?
Ini sama saja dengan menuduh jahat kaum jelata, yg demi membeli logistik harus tertatih-tatih dan terbata-bata.
Buruk muka, cermin dibelah.
Buruk strategi kampanye mereka, kubu Prabowo dikirim muntah.
Awak tak pandai menari, lantai disalahkan. Raja Jokowi tak pandai menari, rakyat Prabowo disalahkan.
(Agi Betha)