Difitnah Menghina Tampang Boyolali, Prabowo: Saya Sendiri Tampang Bojong Koneng

Kamis, 8 November 2018

Faktakini.com, Jakarta - Para pemfitnah Prabowo yang mempolitisir pidato "Tampang Boyolali" lalu mencoba memberi kesan "sombong" pasti sangat terpukul mendengar jawaban penuh kerendahan hati dari Capres terkuat di Pilpres 2019 ini.

Ini terkait politisasi ucapan  'tampang Boyolali' di media massa atau media sosial.

Term itu diketahui tersebar melalui media sosial setelah calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyampaikan pidato saat berkunjung ke Boyolali, Jawa Tengah, beberapa minggu lalu.

Prabowo Subianto menyebut berbagai hotel mewah yang ada di Jakarta kemudian berkata bahwa orang Boyolali mungkin diusir karena tidak punya tampang orang kaya.

"...Dan saya yakin kalian nggak pernah masuk hotel-hotel tersebut, betul? (Betul, sahut hadirin yang ada di acara tersebut). Mungkin kalian diusir, tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini," ujar Prabowo Subianto dikutip dari Kompas.com.

Atas ramainya term itu, Prabowo Subianto memberikan klarifikasinya.

Klarifikasi dalam bentuk video itu diunggah jubir Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar melalui akun Twitternya, Selasa (6/11/2018) malam.

Berikut beberapa poin yang dijelaskan oleh Prabowo Subianto terkait 'tampang Boyolali'.

1. Ingin akrab

Dahnil Anzar membuka video itu dengan menanyakan konfirmasi atas tuduhan terhadap Prabowo Subianto yang dinilai menghina warga Boyolali.

"Lagi rame nih Pak. Katanya Pak Prabowo dituduh menghina orang Boyolali karena menyebut 'tampang Boyolali'," terang Dahnil Anzar pada Selasa (6/11/2018) malam.

Dahnil Anzar bahkan sempat bercanda memberi sindiran kepada Prabowo Subianto.

"Padahal kan Bapak juga 'tampang Bojong Koneng', Pak, ha-ha-ha," ujarnya tertawa yang disambut tawa oleh Prabowo Subianto.

Atas pertanyaan itu, Prabowo Subianto menjelaskan reaksi yang datang menjadi berlebihan.

Sebab Prabowo Subianto mengaku dirinya tak ada niatan untuk menghina.

"Saya kira ya itu mungkin berlebihan ya. Saya tidak ada niat sama sekali," jelas Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Lebih lanjut, Prabowo Subianto menyebut term itu ia gunakan agar akrab layaknya seorang teman.

"Itu kan cara saya, kalau bicara itu familiar, ya istilah, mungkin bahasa-bahasa sebagai seorang teman," jelas Prabowo Subianto.

Pidato itu, lanjutnya, disampakan saat peresmian kantor kemenangan yang dihadiri hanya sekira 400-500 orang yang terdiri dari kader partai koalisinya.

Dengan jumlah yang menurutnya tak begitu banyak, ia mencoba mengakrabkan diri dengan melempar guyonan.

Namun dari hampir satu jam sambutan itu, beberapa pihak memotong pidatonya sampai sekira 2 menit saja.

"Audiens waktu itu juga tak terlalu besar. Paling hanya 400-500 orang kader dari partai-partai koalisi kita, peresmian kantor pemenangan."

"Ya saya berselorohlah. Dan itu sambutan saya kan kira-kira satu jam, mungkin ya, 40 menit lebih. Itu kan hanya paling dua menit," terang politikus berusia 67 tahun ini.

"Audiens waktu itu juga tak terlalu besar. Paling hanya 400-500 orang kader dari partai-partai koalisi kita, peresmian kantor pemenangan."

"Ya saya berselorohlah. Dan itu sambutan saya kan kira-kira satu jam, mungkin ya, 40 menit lebih. Itu kan hanya paling dua menit," terang politikus berusia 67 tahun ini.

2. Bentuk empati

Prabowo Subianto menerangkan, ucapannya terkait tampang Boyolali itu bukanlah bentuk penghinaan, namun empati.

Empatinya itu berdasarkan kondisi yang ada.

Ia menyebut ketidakadilan, kesenjangan dan ketimpangan sosial di Indonesia semakin lebar.

"Maksudnya bukan menghina. Justru empati. Jadi kalau saya bicara di Boyolali ya 'tampang Boyolali', di Brebes ya 'tampang Brebes'."

"Itukan selorohnya dalam arti empati saya, solidaritas saya dengan orang. Saya tahu kondisi kalian, gitu. Yang saya permasalahkan justru ketidakadilan, kesenjangan, ketimpangan, yang semua orang tahu di Indonesia ini makin lebar, makin tidak adil," jelas perwira milliter sekaligus pengusaha ini.

"Yang menikmati kekayaan Indonesia kan hanya segelintir orang saja. Jadi maksud saya itu," tambah Prabowo Subianto.

Iapun menanggapi guyonan Dahnil Anzar yang menyebut dirinya 'tampang Bojong Koneng'.

"Ya kalau saya 'tampang Bojong Koneng' terima kasihlah," katanya sambil tertawa kecil.

Dahnil Anzar tertawa dan mengamini perkataan Prabowo Subianto.

"Bojong Koneng itu, teman-teman, di Bogor loh. Tempat tinggalnya Pak Prabowo, di Hambalang," jelas Dahnil Anzar.

3. Minta maaf

Setelah menjelaskan duduk perkara dan maksudnya saat melempar term tersebut, walaupun tidak bersalah, dengah jiwa besar dan penuh kerendahan hati Prabowo Subianto menyampaikan permintaan maafnya.

"Maksud saya tidak negatif. Tapi kalau ada yang merasa tersinggung ya, saya minta maaf," aku Prabowo Subianto.

Ia menambahkan siap untuk memberikan penjelasan langsung dengan berdialog bersama.

"Maksud saya tidak seperti itu. Dan saya siap kalau suatu saat saya diminta dialog langsung atau apa. Nggak ada masalah," tukas Prabowo Subianto.

Calon Presiden 2019 Prabowo Subianto meminta maaf pada publik karena telah ikut menyuarakan kebohongan yang dikarang oleh Ratna Sarumpaet terkait penganiayaan. (TribunJakarta.com/Dwi Putra Kesuma)

4. Singgung demokrasi

Di samping itu, Prabowo Subianto sempat menyinggung makna demokrasi.

Ia menyebut demokrasi haruslah dinamis dan dialogis, termasuk dalam melempar candaan.

Sebab jika tidak begitu, ia khawatir rakyat akan dihadapi dengan keseriusan yang hanya membuat kelelahan.

"Ini kan demokrasi. Demokrasi ya harus dinamis, dialogis. Kalau kita tak boleh melucu, nggak boleh seloroh, nggak boleh joking, nggak boleh bercanda ya bosan. Tidurlah nanti semua, capek mereka, kasihan," terang Prabowo Subianto.

Dahnil Anzar menutup sesi klarifikasi tersebut.

"Jadi pesan Pak Prabowo, teman-teman, beliau ingin akrab dengan masyarakat Boyolali dan seluruh rakyat Indonesia," tandas Dahnil Anzar.

Sumber: Tribunnews