Maulid Akbar Di Surabaya, Habib Hanif: Setiap Muslim Wajib Jaga Agama Dari Penistaan

Senin, 12 November 2018

Faktakini.com, Jakarta - Tepat di Hari Pahlawan, Sabtu 10 Nopember 2018, DPW FPI Surabaya menyelenggarakan peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad 1440H, bertempat di Masjid Raudhatul Jannah, Surabaya.

Dalam peringatan Maulid kali ini yang dibahas tentang Konsep Kepemimpinan Dalam Islam. Hadir sebagai pembicara Habib Hanif Al Attas, Ketua Umum Front Santri Indonesia.

Acara diawali dengan shalawat dan hadrah serta pembacaan ayat suci Al-Quran.

Mengawali tausyiyahnya, Habib Hanif Al Attas, mengajak jamaah untuk mengangkat tangan berdoa kepada Allah, agar para jamaah di lapangkan rizkynya, yang sakit diangkat penyakitnya, para pejuang dimenangkan oleh Allah SWT. Serentak ajakan itu disambut oleh peserta dan diaminkan.

“Sebuah kepemimpinan dalam Islam berfungsi untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar”, ungkap Habib Hanif Al Attas, Ketua Umum Front Santri Indonesia, mengawali ceramahnya.

Habib Hanif, menantu Habib Rizieq Shihab FPI ini, menuturkan bahwa para ulama setelah melakukan penelitian yang komprehensif terhadap syariat Islam ada 5 point, yang jika dilaksanakan oleh negara akan sempurna.

Pertama, menjaga agama. Setiap muslim wajib menjaga agama dari penistaan yang dilakukan oleh siapapun.

Kedua, menjaga jiwa. Tidak diperkenankan seorang muslim menganiaya, membunuh orang yang tidak bersalah, baik muslimin maupun non muslim.

Ketiga, Menjaga Akal. Segala hal yang bisa menghilangkan akal dilarang, diharamkan, termasuk qamar, miras, narkoba dan segala macamnya.

Keempat menjaga keturunan, Di dalam Islam diatur perkawinan karena dengan perkawinan akan jelas nasab, waris. Perzinaan, LGBT, Homosek haram karena bisa mengacaukan nasab dan keturunan.

Kelima, menjaga harta, menjaga kepemilikan yang dimiliki oleh masyarakat, negara. Karenanya
diharaman riba dalam memperoleh harta baik itu individu maupun negara. Riba tidak akan memberikan keberkahan.

Kelima fungsi ini bisa terlaksana dengan sempurna apabila ada amar makruf nahi mungkar yang dilaksanakan oleh negara.

“Apakah jamaah siap mendorong aparat melakukan amar makruf nahi mungkar”, tanya Habib Hanif
Dengan kompak jamaah menjawab Siap! Diikuti pekik takbir Allahu Akbar!

Di akhir ceramahnya beliau berkisah tentang persekusi yang dialaminya saat akan mengisi pengajian di Manado beberapa waktu yang lalu.

Diceritakan ada sekelompok orang bersenjata tajam, dibiarkan masuk di bandara, mendudukki bandara untuk menolak kehadirannya. Sementara bandara adalah obyek vital yang harus steril, dimana aparat, tegasnya.

Berbeda halnya jika itu dilakukan oleh kelompok Islam, FPI, misalnya, maka tindakan akan lain. “Dimana keadilan di negeri ini, ada apa dengan negeri ini”, tanyanya retoris

Beliau berkisah tentang penegakan keadilan dalam Islam, yang tidak pandang bulu. Apakah dia seorang penguasa, anak penguasa sekalipun jika melakukan kejahatan akan ditindak tegas.

Kisah yang sangat terkenal tentang Qodhi Suraih, dimana terjadi perselisihan antara Ali bin Abi Tholib, Khalifah/Kepala Negara dengan seorang Yahudi tentang kepemilikan perisai.
Namun karena Ali bin Abi Tholib tidak bisa menunjukkan bukti kepemilikan perisai tersebut, maka Qadhi Suraih memenangkan Yahudi sebagai pemilik perisai. Justru dengan keadilan Islam inilah Yahudi ini masuk Islam.

Beliau mengajak jamaah untuk senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar, untuk menegakkan keadilan yang mulai langka di negeri ini.

Sumber: shautululama.net