Dekati Pemilu, Framing Negatif Media Pro Rezim Terhadap Prabowo Makin Meningkat
Kamis, 6 Desember 2018
Faktakini.com, Jakarta - Walau tak pernah diakui, keberpihakan mencolok media-media besar terhadap Petahana dan rezimnya beserta parpol penguasa, sangat terasa.
Sering kali mereka melakukan serangan terhadap lawan politik Petahana dengan cara halus, seperti framing berita berikut ini.
Tidak akan pernah media semacam itu memuat judul berikut untuk kejadian yang sejenis:
"Dengan Suara Meninggi, Jokowi Mencibir Lawannya Dengan Sebutan Politisi Sontoloyo"
Padahal, Prabowo hanya menyindir kelakuan Media yang tidak jujur, termasuk menutupi fakta bahwa Reuni Akbar 212 dihadiri jutaan orang.
Prabowo tidak menyebut semua Media buruk, karena faktanya masih ada Media besar yang profesional dan bagus misalnya seperti tvOne, yang tidak menutup-nutupi fakta dahsyatnya Reuni 212.
"Mereka mau mengatakan yang 11 juta itu hanya 15.000," tambah Prabowo.
Dengan tegas dan berani Prabowo menyatakan banyak media massa saat ini telah menjadi bagian dari upaya memanipulasi demokrasi.
"Media-media yang kondang, media-media dengan nama besar, media-media yang mengatakan dirinya obyektif, bertanggungjawab untuk membela demokrasi, padahal justru mereka ikut bertanggung jawab. Mereka bagian dari usaha manipulasi demokrasi," kata dia.
Bagi Prabowo, para wartawan yang tidak menyebut jumlah peserta reuni 212 adalah 11 juta orang, maka mereka tak berhak menyandang predikat sebagai jurnalis.
Di hadapan para peserta peringatan Hari Disabilitas Internasional itu, Prabowo mengatakan, para wartawan yang melakukan manipulasi tak layak dihormati.
"Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka (wartawan) lagi. Mereka hanya anteknya orang yang ingin hancurkan Republik Indonesia," tegas Prabowo.
Faktakini.com, Jakarta - Walau tak pernah diakui, keberpihakan mencolok media-media besar terhadap Petahana dan rezimnya beserta parpol penguasa, sangat terasa.
Sering kali mereka melakukan serangan terhadap lawan politik Petahana dengan cara halus, seperti framing berita berikut ini.
Tidak akan pernah media semacam itu memuat judul berikut untuk kejadian yang sejenis:
"Dengan Suara Meninggi, Jokowi Mencibir Lawannya Dengan Sebutan Politisi Sontoloyo"
Padahal, Prabowo hanya menyindir kelakuan Media yang tidak jujur, termasuk menutupi fakta bahwa Reuni Akbar 212 dihadiri jutaan orang.
Prabowo tidak menyebut semua Media buruk, karena faktanya masih ada Media besar yang profesional dan bagus misalnya seperti tvOne, yang tidak menutup-nutupi fakta dahsyatnya Reuni 212.
"Beberapa hari yang lalu ada acara besar di Monas hadir jutaan orang tapi banyak media di Indonesia tidak melihatnya," ujar Prabowo saat berpidato pada acara peringatan Hari Disabilitas Internasional, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (5/12/2018).
"Mereka mau mengatakan yang 11 juta itu hanya 15.000," tambah Prabowo.
Dengan tegas dan berani Prabowo menyatakan banyak media massa saat ini telah menjadi bagian dari upaya memanipulasi demokrasi.
"Media-media yang kondang, media-media dengan nama besar, media-media yang mengatakan dirinya obyektif, bertanggungjawab untuk membela demokrasi, padahal justru mereka ikut bertanggung jawab. Mereka bagian dari usaha manipulasi demokrasi," kata dia.
Bagi Prabowo, para wartawan yang tidak menyebut jumlah peserta reuni 212 adalah 11 juta orang, maka mereka tak berhak menyandang predikat sebagai jurnalis.
Di hadapan para peserta peringatan Hari Disabilitas Internasional itu, Prabowo mengatakan, para wartawan yang melakukan manipulasi tak layak dihormati.
"Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka (wartawan) lagi. Mereka hanya anteknya orang yang ingin hancurkan Republik Indonesia," tegas Prabowo.