"Hasil Survei" Denny JA Makin Kocak, Makin Koplak
Kamis, 20 Desember 2018
Faktakini.com
*Denny JA Makin Kocak, Makin Koplak*
Oleh : Nasruddin Joha
Ha….ha….ha….he…he…he…hi…hi….hi. Denny JA rilis hasil survei lagi. Makin kocak, makin koplak. Kemarin dia bikin survei elektabilitas calon pasca 212. Katanya Reuni 212 tidak berpengaruh pada elektabiltas petahana. Jokowi tetap unggul.
Publikasi survei dari Denny memang gak perlu dianggap serius. Cukup diketawain. Kalau sampai ada yang percaya dengan dia, berarti sama dungunya.
Denny itu bukan ahli survei, tapi spesialisasinya tukang buat meme. Kalau sekarang dia buat survei, anggap saja itu survei meme. Namanya juga meme, kan tujuannya buat orang ketawa.
Kalau gak berpengaruh, kenapa mesti panik. Kenapa polisi berusaha mati-matian mencegah reuni. Kenapa tentara dipimpin Marsekal Hadi sampai mengerahkan 43 ribu tentara, termasuk Kopassus?
Kenapa tokoh agama yang benar maupun jadi-jadian, akademisi, dan lembaga survei dikerahkan membangun opini mencegah reuni. Sampai ada teror bom segala. Harusnya cuekin saja.
Kalau pakai istilah teman-teman media, survei Denny ini adalah survei _framing._ Survei yang hasilnya sudah ditentukan. Survei pesanan. Tidak perlu turun ke lapangan. Suka-suka hati dia, mau kasih hasilnya berapa?
Gak perlu bicara metodologi, gak perlu bicara responden dan penarikan sample, gak perlu margin error. Karena hasilnya pasti fatal error. Survei model begini yang paling penting pembuatan quisionernya, diarahkan. Itu kalau benar bikin survei.
Sejak awal Denny bagian dari konspirasi menggagalkan reuni. Dia buat puluhan meme untuk cegah reuni. Begitu reuni gak bisa dicegah, tugasnya mengecil-ngecilkan dampak reuni.
Tapi survei model begini dijamin tidak akan laku. Denny sudah kehilangan kredibilitasnya. Di kalangan akademisi dan intelektual, Denny sudah dianggap sampah.
Sebelum reuni, Denny mengeluarkan survei Gerakan 212 sangat kecil pengaruhnya. Kecil kok bisa menumbangkan Ahok?
Dia juga membuat survei pengaruh Imam Besar FPI paling kecil dibandingkan ulama-ulama lain. HRS ditempatkan di nomor urut lima di bawah Abdul Shomad, Aa Gym, Yusuf Mansur dan Arifin Ilham. Tujuannya supaya warga tidak memenuhi seruan HRS berbondong-bondong hadir reuni.
Framingnya gagal total. Reuni 212 pecah. Jutaan warga, termasuk yang non muslim datang berbondong-bondong.
Soal survei, Denny paling tidak bisa dipercaya. Survei tipu-tipu. Buka saja jejak digitalnya bertebaran. Pilkada DKI dia membuat survei Anies-Sandi tersingkir di putaran pertama. Yang lolos Agus-Silvy dan Ahok-Djarot. Waktu itu Denny jadi konsultan Agus-Silvy.
Pilkada serentak Denny bikin kesalahan fatal hasil Pilkada Jabar dan Jateng. Pasangan Adjat-Syaikhu di Jabar, dan Sudirman-Ida di Jateng dia sebut hanya memperoleh suara di bawah 10%. Hasilnya berbeda jauh.
Jadi konsultan Golkar dan Airlangga Hartarto, Denny membuat survei Golkar berada di urutan kedua setelah PDIP. Padahal nasib Golkar kalau beruntung, paling tinggi di peringkat tiga atau empat. Di bawah PDIP, Gerindra, dan PKB.
Survei Denny ini tidak hanya menyesatkan publik, tapi juga menyesatkan kliennya.
Jokowi percaya dengan survei Denny, bagoooooes! Segera kontrak Denny, biasanya dia minta dibayar dolar. Tinggal atur minta berapa tinggi elektabilitasnya. 50%,60%, atau 70%? Denny bisa atur semuanya.
Ha….ha….ha…..he…he…he….hi…..hi…hi.. Kata orang Melayu, “Suka-suka ati kaulah Denny.”
Faktakini.com
*Denny JA Makin Kocak, Makin Koplak*
Oleh : Nasruddin Joha
Ha….ha….ha….he…he…he…hi…hi….hi. Denny JA rilis hasil survei lagi. Makin kocak, makin koplak. Kemarin dia bikin survei elektabilitas calon pasca 212. Katanya Reuni 212 tidak berpengaruh pada elektabiltas petahana. Jokowi tetap unggul.
Publikasi survei dari Denny memang gak perlu dianggap serius. Cukup diketawain. Kalau sampai ada yang percaya dengan dia, berarti sama dungunya.
Denny itu bukan ahli survei, tapi spesialisasinya tukang buat meme. Kalau sekarang dia buat survei, anggap saja itu survei meme. Namanya juga meme, kan tujuannya buat orang ketawa.
Kalau gak berpengaruh, kenapa mesti panik. Kenapa polisi berusaha mati-matian mencegah reuni. Kenapa tentara dipimpin Marsekal Hadi sampai mengerahkan 43 ribu tentara, termasuk Kopassus?
Kenapa tokoh agama yang benar maupun jadi-jadian, akademisi, dan lembaga survei dikerahkan membangun opini mencegah reuni. Sampai ada teror bom segala. Harusnya cuekin saja.
Kalau pakai istilah teman-teman media, survei Denny ini adalah survei _framing._ Survei yang hasilnya sudah ditentukan. Survei pesanan. Tidak perlu turun ke lapangan. Suka-suka hati dia, mau kasih hasilnya berapa?
Gak perlu bicara metodologi, gak perlu bicara responden dan penarikan sample, gak perlu margin error. Karena hasilnya pasti fatal error. Survei model begini yang paling penting pembuatan quisionernya, diarahkan. Itu kalau benar bikin survei.
Sejak awal Denny bagian dari konspirasi menggagalkan reuni. Dia buat puluhan meme untuk cegah reuni. Begitu reuni gak bisa dicegah, tugasnya mengecil-ngecilkan dampak reuni.
Tapi survei model begini dijamin tidak akan laku. Denny sudah kehilangan kredibilitasnya. Di kalangan akademisi dan intelektual, Denny sudah dianggap sampah.
Sebelum reuni, Denny mengeluarkan survei Gerakan 212 sangat kecil pengaruhnya. Kecil kok bisa menumbangkan Ahok?
Dia juga membuat survei pengaruh Imam Besar FPI paling kecil dibandingkan ulama-ulama lain. HRS ditempatkan di nomor urut lima di bawah Abdul Shomad, Aa Gym, Yusuf Mansur dan Arifin Ilham. Tujuannya supaya warga tidak memenuhi seruan HRS berbondong-bondong hadir reuni.
Framingnya gagal total. Reuni 212 pecah. Jutaan warga, termasuk yang non muslim datang berbondong-bondong.
Soal survei, Denny paling tidak bisa dipercaya. Survei tipu-tipu. Buka saja jejak digitalnya bertebaran. Pilkada DKI dia membuat survei Anies-Sandi tersingkir di putaran pertama. Yang lolos Agus-Silvy dan Ahok-Djarot. Waktu itu Denny jadi konsultan Agus-Silvy.
Pilkada serentak Denny bikin kesalahan fatal hasil Pilkada Jabar dan Jateng. Pasangan Adjat-Syaikhu di Jabar, dan Sudirman-Ida di Jateng dia sebut hanya memperoleh suara di bawah 10%. Hasilnya berbeda jauh.
Jadi konsultan Golkar dan Airlangga Hartarto, Denny membuat survei Golkar berada di urutan kedua setelah PDIP. Padahal nasib Golkar kalau beruntung, paling tinggi di peringkat tiga atau empat. Di bawah PDIP, Gerindra, dan PKB.
Survei Denny ini tidak hanya menyesatkan publik, tapi juga menyesatkan kliennya.
Jokowi percaya dengan survei Denny, bagoooooes! Segera kontrak Denny, biasanya dia minta dibayar dolar. Tinggal atur minta berapa tinggi elektabilitasnya. 50%,60%, atau 70%? Denny bisa atur semuanya.
Ha….ha….ha…..he…he…he….hi…..hi…hi.. Kata orang Melayu, “Suka-suka ati kaulah Denny.”