Mantap! Wakil Ketua DPR: Lembaga Survei Yang Jauh Meleset Bubarkan Diri Saja!

Rabu, 5 Desember 2018

Faktakini.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon tampil mempesona saat tampil acara ILC tvOne, Selasa (4/12/2018) malam.

Fadli Zon memaparkan peristiwa Reuni 212 menurut data jumlah IMEI yang terdata sejumlah 13,4 juta.

Walaupun ada orang yang tidak membawa HP, atau  sebaliknya satu orang ada yang membawa lebih dari satu HP, tetap jumlahnya tetap jutaan.

"Saya menaksir junlahnya mencapai 6 sampai 7 jutaan, mungkin bisa lebih", kata Fadli.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menyatakan sepanjang sejarah Indonesia, tidak pernah ada pertemuan sebesar itu. Pertemuan Reuni 212 kemarin adalah sebuah rekor terbesar di Indonesia.

"Pertemuan yang begitu besar, tidak ada insiden sama sekali, jadi sangat beradab, bahkan sampah juga bersih, yang datang dari beragam latar belakang, suku dan umat agama lain", ujarnya.

Reuni 212 ini menurut Fadli adalah sebuah message (pesan) buat yang suka teriak "Islam radikal" dan sebagainya.

Fadli mengatakan orang yang menuduh itu berarti tidak mengerti sejarah dan peran umat Islam dalam sejarah.

Namin tiba-tiba Seorang Relawan Jokowi yang bernama Boni hargens nampak kalap dan kemudian mencoba mengganggu dan memotong ucapan Fadli Zon yang sedang berbicara.

Namun dengan kalem ocehan Boni disikat habis oleh Fadli Zon.

'Reuni 212 adalah pertemuan yang sangat beragam, jadi salah yang menuduh politik identitas", kata Fadli.

"Spirit 212 adalah semangat untuk mencari keadilan pada awalnya, saat itu tdk ada keadilan pada peristiwa hukum penistaan agama (kasus Ahok)."

"Saya melihat banyak masalah kemiskinan, di Dapil saya di Bogor rakyat kompak menyatakan keadaan makin sulit, nyari kerja makin sulit, BBM naik dan sebagainya", lanjut Fadli.

Saat Fadli bicara, pendukung Jokowi lainnya yaitu Irna Chaniago mendadak kalap lalu menginterupsi, persis sama seperti kelakuan Boni Hargens

Fadli menyatakan, soal survei perlu banyak dievakuasi, sebagai contoh ngawurnya hasil survei LSI - Denny JA.

Dalam tahun politik seperti sekarang ini menurut Fadli banyak muncul lembaga survei yang mengeluarkan tingkat elektabilitas kandidat capres-cawapres yang bertarung di Pemilu 2019.

Namun sayangnya, rekam jejak dari beberapa lembaga survei tersebut dianggap kurang meyakinkan.

"Banyak sekali survei yang ternyata gagal untuk memetakan sebagai contoh survei LSI. Ini pada waktu Pilgub Jawa Barat itu mengatakan paling tinggi. Kalau tidak salah hanya 8,2 persen ternyata hasilnya 29 persen untuk Sudrajat - Syaikhu. Perbedaannya sampai 300 persen," kata Fadli.

Fadli meminta, lembaga survei transparan terkait dari mana biaya survei itu didapatkan. Selain itu apakah lembaga survei tersebuti murni atau juga sebagai konsultan politik. Hal itu harus diumumkan kepada masyarakat.

"Kita juga harus tahu misalnya dianya politic consultant juga atau lembaga surveyor murni. kalau dia lembaga konsultan juga, itu pasti akan ada conflict of interest di situ dan ini yang menurut saya menjadi masalah akhirnya lembaga survei itu dipakai sebagai alat kampanye, itulah yang namanya kampanye terselubung," ujarnya.

Menurut Fadli, lembaga survei yang memiliki perbedaan yang jauh dalam hasil prediksinya diharapkan agar menyadari kesalahannya. Bahkan dia juga meminta lembaga survei tersebut membubarkan diri.

"Harusnya lembaga-lembaga survei yang jauh meleset ini membubarkan diri ya. Malu mereka itu," ujarnya.

Sumber: Viva