Relawan HILMI - FPI Salurkan Bantuan Di Lokasi Terparah Tsunami Di Banten Dan Lampung

Rabu, 26 Desember 2018

Faktakini.com, Jakarta -
Sejumlah warga di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten terlihat sedang mencari harta benda yang masih tersisa di reruntuhan rumah dan kios/warung mereka yang hancur. Sebagian lainnya ada yang masih mencari keluarganya yang hingga kini jenazahnya belum ditemukan.

Di lokasi ini, terdapat pula beberapa kendaraan alat berat yang berupaya membersihkan material serta reruntuhan bangunan yang menghalangi akses jalan. Tim relawan HILMI-FPI terjun langsung ke lokasi kejadian untuk membantu mencari beberapa korban yang disinyalir masih tertimbun reruntuhan.

Pemandangan yang tak biasa ini menjadi suatu fenomena unik bagi para pengunjung yang sengaja datang untuk menyaksikan daerah yang memang masih belum tersentuh para relawan. Di sisi lainnya, kejadian tersebut merupakan suatu 'catatan pahit' yang sulit dilupakan oleh masyarakat setempat terutama bagi para korban.

Beberapa warga, masih enggan untuk datang melihat kondisi rumah mereka yang sebagian sudah hancur tersapu gelombang. Bahkan, kekhawatiran mereka justru bertambah saat tersiar kabar, Anak Gunung Krakatau kembali erupsi dan memuntahkan laharnya.

Di lokasi ini, aktivitas dan mata pencaharian mereka rata-rata sebagai seorang pedagang dan nelayan. Beberapa kios pedagang yang yang tak jauh dari 'bibir' pantai, musnah tersapu oleh air laut. Sebagian warga yang kiosnya masih terdapat barang-barang berharga, mereka pindahkan ke rumahnya masing-masing.

Nampak pula beberapa kendaraan baik roda dua dan roda empat yang masih belum diketahui pemiliknya, kini sudah dievakuasi oleh para relawan HILMI-FPI dan anggota TNI. Diperkirakan, ratusan bangunan yang berada di sepanjang pesisir pantai hampir semua musnah rata dengan tanah.

Umar Sugianto (42th), salah seorang warga yang berprofesi sebagai nelayan mengatakan, ketinggian ombak yang datang ke permukaan itu sekitar 10 meter. Sebab, kata dia, tingginya itu melebihi Pulau Uwar, yang kini sudah tak terlihat lagi datarannya.

"Melihat ombak yang begitu besar seperti kapas putih yang berkilau, saya pun langsung bergegas menuju pantai dan berupaya menyelamatkan diri. Namun sebelum sampai ke pantai, saya sudah diterjang gelombang. Alhamdulillah, saya masih diselamatkan dan bisa berenang walau badan saya banyak luka karena bertabrakan dengan batu dan bangunan lain," kisah Umar, saat ditemui media HILMI-FPI, Senin (24/12/2018).

Menurutnya, gelombang pertama masih belum seberapa. Lalu tak lama kemudian datang lagi gelombang kedua yang kecepatannya melebihi kecepatan pesawat.

"Gelombang inilah yang kemudian menghancurkan seluruh bangunan di pesisir pantai ini, disusul kemudian gelombang ketiga yang menghanyutkan semuanya," lanjut Umar.

Umar juga mengatakan, saat kejadian itu tak jauh dari bibir pantai juga terdapat pasar malam dengan berbagai arena hiburan seperti kincir raksasa dan arena hiburan lainnya. Disana, banyak sekali orang tua dan anak-anak yang masih berada di pasar malam tersebut.

"Kemungkinan, banyak korban anak-anak. Kebanyakan anak-anak usia 5-7 tahun. Kalau kemarin sih sudah 30 orang yang baru ditemukan jenazahnya. Saat ini yang belum diketemukan ada 2 orang lagi, mungkin tersapu ombak dan belum muncul ke permukaan," pungkasnya.

Sementara itu, sejumlah warga Sumber Jaya masih tetap bertahan di dataran tinggi di wilayah pegunungan. Menurut mereka, daerah ini sangat aman dan terhindar dari terjangan tsunami. Tim relawan DPD HILMI-Banten, mulai mendata beberapa warga dari desa dan kecamatan yang menjadi korban.

"Kami masih belum bisa memprediksi jumlah warga yang menjadi korban tsunami. Karena di wilayah ini, banyak pula warga yang tidak tersentuh bencana mereka ikut-ikutan mengungsi dan meminta bantuan logistik. Oleh karena itu, beberapa tim relawan segera kami terjun memantau dan menyeleksi para korban," ungkap Nur Halim, Ketua Posko DPD HILMI-FPI Banten.

Foto: Para petinggi FPI Banten turun tangan langsung salurkan bantuan untuk para korban Tsunami

Sumber: HILMI - FPI