Salib Albertus Di TPU Muslim Coba Dipolitisir, Sri Sultan Jawab Tegas: Tidak Ada Intoleransi Di Purbayan! Kesepakatan Warga

Kamis, 20 Desember 2018

Faktakini.com, Jakarta - Entah karena tidak senang melihat kebesaran hati umat Islam di Purgayan yang telah mengizinkan jenazah umat Katolik di TPU Muslim atau karena sebab lain, pihak pembenci Islam terus berusaha mempolitisir dan menebar fitnah.

Karena itu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X pun memberikan pernyataan tegas, bahwa pemotongan nisan salib di salah satu makam oleh warga Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, bukan merupakan intoleransi.

Langkah pemotongan dilakukan melalui kesepakatan baik dari warga maupun keluarga mendiang. "Tidak ada (intoleransi)," kata Sultan di Gor Among Raga, Yogyakarta, Rabu (19/12). 

Ia mengatakan, sudah tidak ada masalah terkait hal ini. Baik dari warga maupun dari keluarga mendiang. 

"Bukan masalah pemotongan, itu masyarakat Muslim, mereka yang ada di situ, itu ada agama yang berbeda. Dari pada (dimakamkan) ke Mrican, mereka sepakat untuk dimakamkan di situ (Purbayan). Terus ada kesepakatan (memotong nisan salib), kan itu saja," kata Sultan.

Ia pun beranggapan, munculnya anggapan intoleransi dengan adanya pemotongan nisan salib ini, disebabkan karena hal tersebut sudah viral. Padahal, lanjutnya, apa yang beredar tidak sesuai dengan yang terjadi. 

"Ini konsekuensi dari diviralkan itu. Jadi tidak ada masalah," kata Sultan.

Seperti diketahui, nisan salib di makam seorang warga bernama Albertus Slamet Sugihardi, dipotong oleh warga RT 53 RW 13, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. Nisan yang dipotong oleh warga yaitu di bagian atasnya, dan hal itu dilakukan atas persetujuan keluarga Albertus.

Namun kemudian pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab memviralkan foto tersebut dengan narasi-narasi hoax dan  menyesatkan bahwa umat Islam telah mendzolimi atau merusak makam umat Non Muslim, dan sebagainya.

Sumber: Republika