Prabowo - Sandi Menang: Rupiah Kembali Perkasa, Belanja Senang

Kamis, 3 Januari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Koalisi Prabowo-Sandiaga menyatakan sikap keprihatinan atas merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Bakal calon Wakil Presiden Sandiaga menyatakan, melemahnya kurs rupiah yang berkepanjangan tersebut dapat berdampak kepada rakyat.

"Tentunya memberatkan perekonomian nasional, khususnya rakyat kecil yang cepat atau lambat harus menanggung kenaikan harga-harga kebutuhan pokok termasuk harga kebutuhan makan sehari-hari rakyat kecil, seperti tahu, tempe," kata Sandiaga di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018).I

Sandiaga menyebut hal itu terjadi karena lemahnya fundamental ekonomi. Sebab dia beralasan defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan atau current account deficit. Selanjutnya, karena sektor manufacture yang menurun dan pertumbuhan sektor manufacture yang di bawah pertumbuhan ekonomi. Sebelumnya, sektor manufacture pernah mencapai hampir 30 persen PDB pada tahun 1997, sekarang tinggal 19 persen PDB.

"Hal ini tentu mengganggu ketersediaan lapangan kerja dan ekspor kita," ucapnya.

Tak hanya itu, Sandiaga menyebut melemahnya fundamental ekonomi ini tidak terlepas dari kekeliruan dalam orientasi dan strategi pembangunan ekonomi.

"Antara lain, tidak berhasilnya pemerintah dalam mendayagunakan kekuatan ekonomi rakyat. Sehingga kebutuhan pangan semakin tergantung pada impor seperti beras, gula, garam, bawang putih," papar dia.

Karena hal itu, dia bersama partai koalisi memberikan solusi atas keprihatinan merosotnya nilai tukar rupiah tersebut. Salah satunya dengan mendayagunakan ekonomi nasional untuk mengurangi impor pangan dan impor barang konsumsi yang tidak urgent, bersifat pemborosan, dan barang mewah yang ikut mendorong kenaikan harga-harga bahan pokok.

"Mengurangi secara signifikan pengeluaran pengeluaran APBN dan APBD yang bersifat konsumtif, seremonial dan yang tidak mendorong penciptaan lapangan kerja," jelas Sandiaga.

Kemudian saat itu nilai tukar Rupiah kembali mengalami pelemahan. Bahkan nilai tukarnya terhadap Dolar Amerika Serikat menyentuh angka Rp15.100 per 1 USD.

Ahli-ahli ekonomi yang tergabung dalam tim ekonomi pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyarankan beberapa strategi agar rupiah tak terus menerus melemah.

"Kita juga harus introspeksi bahwa diri kita sendiri harus kita bikin sehat. Kita harus bikin langkah-langkah agar supaya krisis ini berkurang," ujar anggota tim ekonomi Prabowo-Sandiaga, Rizal Ramli di kediaman Prabowo, Jalan Kertenegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat 5 Oktober 2018 malam.

"Walaupun kami bukan lagi bagian dari bagian pemerintah menurut kami ada cara asal berani," imbuhnya.

Rizal mengatakan, cara pertama yang bisa dilakukan adalah mengurangi impor komoditi yang tergolong besar atau menaikkan besaran pajaknya. salah satu terhadap komoditi baja.

"Kami sarankan pemerintah, kita bantu, yaitu kurangi impor fokus kepada sepuluh item yang paling besar. Apa itu? Itu tuh 67 persen dari impor kita. Salah satu contohnya adalah impor baja. China bajanya kebanyakan, ekses capacity, banyak dijual di Indonesia dengan harga sangat murah," jelasnya.

"Kami minta pemerintah pemerintah laksanakan memberikan tarif anti dumping sebesar 25 persen terhadap produk baja dan turunannya. Otomatis baja impor akan turun, impor kita akan turun 5 M dolar," tambahnya.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid itu juga berharap pemerintah Indonesia segera menaikkan pajak impor untuk mobil dan produk mobil lainnya.

Ilustrasi.
Ia meminta pemerintah segera melobi Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sebagai salah satu negara pengimpor mobil terbesar di Indonesia.

"Kami minta Pemerintah jangan beraninya sama yang kecil doang, pedagang menengah kecil yang dagang tas, dagang lipstik, tas, baju, berani juga sama yang besar. Tentu harus diikuti dengan lobi. Bicara sama PM Abe, janganlah impor mobil. Kita butuh dua tahun tiga tahun, nanti kita balikkan lagi suasananya," ucap Rizal.

Rizal juga meminta pemerintah untuk mewajibkan tidak hanya mengajak sukarela, para pengusaha membawa pulang devisa hasil ekspor.

"Hari ini yang masuk hanya 20%, sisanya ditaruh di Singapura, Hong Kong. Kita wajibkan supaya semua eksportir masuk ke dalam. Saya tahu pemerintah mengajak beberapa pengusaha untuk memakai rupiah, tapi itu tidak memadai, kita harus ada di depan kurva untuk bisa keluar dari krisis ini," tukas Rizal.

Sumber: Liputan6 & Okezone