Tegas! PA 212: Keislaman Jokowi Dan Lainnya Rendah, Tes Baca Al-Qur'an Belum Perlu

Kamis, 3 Januari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Persaudaraan Alumni (PA) 212 menilai tes baca Alquran untuk capres dan cawapres belum perlu dilakukan. Alasannya, menurut PA 212, keislaman para capres masih di bawah rata-rata.

"Sebenarnya kalau melihat itu sih memang belum perlu karena bagaimana pun juga kita melihatnya capres ini kan, kita lihat juga keislamannnya masih di bawah rata-rata, kalau itu mungkin di Aceh silakan-silakan saja, karena Aceh itu merupakan ikon untuk qanun syariat Islam," kata Sekretaris Umum PA 212, Ustadz Bernard Abdul Jabbar, saat dihubungi, Minggu (30/12/2018).

Ustadz Bernard mengatakan pelaksanaan tes baca Al-Qur'an sangat mungkin dilakukan untuk kepala daerah di Aceh karena Aceh merupakan salah satu provinsi yang menjadi ikon penerapan syariat Islam. Namun, Ustadz Bernard menilai tes tersebut masih belum relevan jika diimplementasikan di tingkat nasional.

"Kalau di sana wali kota, bupati atau gubernur ya bisa saja diterapkan aturan tes bacaan Al-Qur'an-nya. Ini kan kebetulan untuk Pilpres ini, kalau misal nanti salah satu capres agama lain, apakah perlu juga? Kan nggak juga, artinya kita melihat kondisi bahwa apa yang kemudian diterapkan di Aceh itu sangat memungkinkan para kepala daerah di sana karena undang-undang di sana itu berlaku. Kalau secara keseluruhan ya tentunya bahwa bisa nanti ke depannya itu wajib bagi muslim yang jadi calon itu untuk tes baca Al-Qur'an, tapi memang untuk saat ini belum bisa dilakukan dulu," imbuhnya.

Ustadz Bernard mengatakan tak ada undang-undang yang mengatur terkait pelaksanaan tes baca Al-Qur'an untuk capres. Penerapan usulan itu juga disebut Ustadz Bernard bakal memunculkan persoalan yang cukup kompleks.

"Sekarang kalau tes baca Al-Qur'an, misalkan, kalau dua-duanya nggak bisa Al-Qur'an, dua-duanya mau digugurkan? Kan nggak juga. Artinya melihat kondisi dan situasi kalau itu untuk capres dan cawapres hari ini memang belum bisa dilakukan tapi kalau untuk ke depannya bagi yang muslim yang memang bisa untuk itu, ya bisa dilakukan tes untuk itu. Kalau kepala negaranya misalkan nanti ada yang beragama lain, kan juga nggak harus, ini kan UU yang diberlakukan tidak ada syarat-syarat capres harus baca Al-Qur'an, nggak ada dalam UU Pemilu yang kemudian dilakukan. Kalau misalnya dilakukan mungkin kalau orang nasrani jadi capres apakah akan juga dites dengan injil, atau gimana? kan nggak juga," tuturnya.

Undangan tes baca Alquran itu sebelumnya datang dari Dewan Ikatan Dai Aceh. Kedua pasangan capres-cawapres ini diundang untuk ikut tes baca Alquran demi mengakhiri polemik soal keislaman para calon. Rencananya, tes membaca Alquran dilaksanakan di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada 15 Januari 2019.

"Untuk mengakhiri polemik keislaman capres dan cawapres, kami mengusulkan tes baca Alquran terhadap kedua pasangan calon," kata Ketua Dewan Pimpinan Ikatan Dai Aceh Tgk Marsyuddin Ishak di Banda Aceh, Sabtu (29/12).

Sumber: Detik