Ahli Gestur Minta Jokowi Jangan Melongo Dan Cengengesan Saat Debat
Kamis, 21 Februari 2019
Faktakini.com, Jakarta - Debat capres putaran kedua pada akhir pekan lalu menarik perhatian, salah satunya soal bahasa tubuh capres nomor urut 01 dan 02. Gestur dari Joko Widodo dan Prabowo Subianto menjadi sorotan.
Ahli pendeteksi kebohongan, Handoko Gani menganalisis gestur Jokowi dan Prabowo selama debat terakhir punya tujuan yang sedikit mirip.
Dia mengatakan, gestur Ketua Umum Partai Gerindra ingin menghilangkan image negatif yang selama ini lekat, yakni citra menakutkan dan penakut untuk menindak orang-orang di sekelilingnya.
"Pak Prabowo itu bertujuan menghilangkan image menakutkan dan penakut atau keberpihakan pada cawapres, menteri, petinggi partai-partai pengusung atau pendukungnya yang mungkin melanggar hukum dan atau korupsi," jelas Handoko kepada VIVA, Selasa malam 19 Februari 2019.
Sedangkan gestur Jokowi, dia menjelaskan, sama ingin menghilangkan image penakut disetir partai atau ketua umum partainya, menteri tertentu yang kuat dan pengusaha-pengusaha kaya dan sebagainya.
Mengingat tujuan masing-masing capres, Handoko menyarankan kepada Jokowi dan Prabowo untuk memperbaiki diri sehingga penampilan di debat berikutnya bisa lebih meyakinkan rakyat.
Dia menyarankan, Prabowo untuk mengendalikan atau mengelola emosi termasuk ekspresi emosinya. Handoko menyoroti soal ekspresi meledak-ledak dan destruktif dari Prabowo.
Sedangkan untuk Jokowi, Handoko punya saran yang sebaiknya dipertimbangkan. Jokowi boleh saja ekspresif menunjukkan ekspresi, gestur, dan suara pada saat giliran bertanya. Sesuai konteks debat, itu memang bagian dari strategi nonverbal untuk memancing lawan debat berekspresi negatif.
"Sedangkan, saat menunggu pertanyaan selesai jangan melongo, jangan cengengesan, jangan menunjukkan ketidaknyamanan, bahkan ketidaksabaran untuk menjawab. ?Dan saat menjawab, kalau enggak setuju, sampaikan emosi. Sebutkan pemikiran, jangan abaikan, tegur langsung dengan cara yang bijak?," ujar pria yang merupakan ahli Behavior Analysis & Investigative Interview di Emotional Intelligence Academy, Manchester, Inggris itu.
Mengagalkan Prabowo
Supaya tujuan pembangunan gestur Prabowo gagal, Handoko mengatakan Jokowi perlu melakukan beberapa hal.
Menurutnya, pria asal Solo itu perlu memancing munculnya ketidaktahuan mantan Danjen Kopassus atas topik-topik tertentu. Selain itu, Jokowi harus menampilkan ekspresi verbal baik suara maupun ucapan atau ekspresi non verbal baik wajah maupun gestur, yang menakutkan bagi para pendukung Prabowo.
Menurut Handoko, Prabowo telah terjebak dari pertanyaan yang disampaikan host dan video panelis. Soal ketidaktahuan atas topik tertentu, Handoko menuturkan, Prabowo terjebak berkali-kali, misalnya mulai isu lubang pertambangan yang disampaikan moderator sampai isu soal unicorn.
"Yang paling mudah adalah memancing 'menakutkan' dan 'ketidaktahuan'. Ini terlihat dalam pertanyaan unicorn, Sawit B20-B100, hingga lahan Prabowo. Jokowi pakai pernyataan: mungkin bapak belum tahu," jelasnya.
Dalam jebakan ketidaktahuan itu, respons Prabowo terlihat dari gesturnya.
"Ada banyak ekspresi ketidaknyamanan seperti badan berputar, betulin dasi, memegang meja pada kontes pertanyaan tertentu," jelasnya.
Handoko mengatakan pada debat kedua kemarin, Jokowi tidak mengeluarkan ‘jurus mautnya’ seperti yang ditunjukkan pada debat pertama. Pada debat pertama, Jokowi menunjukkan ekspresi intimidatif yakni menurunkan alis dan mata menatap tajam atau dalam kamus gestur yakni Facial Action Coding System-Action Unit (FACS-AU) 4 dan AU6 serta AU7.
Pada debat pertama, Jokowi juga terlihat agresif dengan memberikan gestur menengok ke arah Prabowo dan nunjuk-nunjuk, disertai suara keras namun cukup cepat dan hentakan-hentakan picth.
Namun Handoko, melihat Prabowo cukup berhasil mengendalikan serangan gestur Jokowi pada debat kedua. Pasangan Sandiaga Uno itu sukses mengendalikan dan mengelola emosi yang identik dengan image 'menakutkan'.
"Beliau malah dapat poin plus dengan menunjukkan gestur kepala manggut-manggut (FACS M53-54) dan ucapan lisan ketegasan menyudahi diskusi yang dirasa cukup atau sepakat dengan Jokowi. Serta pujian pada Jokowi dengan tulus yang menurut saya tidak terlihat kebohongan," katanya.
Sumber: Viva
Faktakini.com, Jakarta - Debat capres putaran kedua pada akhir pekan lalu menarik perhatian, salah satunya soal bahasa tubuh capres nomor urut 01 dan 02. Gestur dari Joko Widodo dan Prabowo Subianto menjadi sorotan.
Ahli pendeteksi kebohongan, Handoko Gani menganalisis gestur Jokowi dan Prabowo selama debat terakhir punya tujuan yang sedikit mirip.
Dia mengatakan, gestur Ketua Umum Partai Gerindra ingin menghilangkan image negatif yang selama ini lekat, yakni citra menakutkan dan penakut untuk menindak orang-orang di sekelilingnya.
"Pak Prabowo itu bertujuan menghilangkan image menakutkan dan penakut atau keberpihakan pada cawapres, menteri, petinggi partai-partai pengusung atau pendukungnya yang mungkin melanggar hukum dan atau korupsi," jelas Handoko kepada VIVA, Selasa malam 19 Februari 2019.
Sedangkan gestur Jokowi, dia menjelaskan, sama ingin menghilangkan image penakut disetir partai atau ketua umum partainya, menteri tertentu yang kuat dan pengusaha-pengusaha kaya dan sebagainya.
Mengingat tujuan masing-masing capres, Handoko menyarankan kepada Jokowi dan Prabowo untuk memperbaiki diri sehingga penampilan di debat berikutnya bisa lebih meyakinkan rakyat.
Dia menyarankan, Prabowo untuk mengendalikan atau mengelola emosi termasuk ekspresi emosinya. Handoko menyoroti soal ekspresi meledak-ledak dan destruktif dari Prabowo.
Sedangkan untuk Jokowi, Handoko punya saran yang sebaiknya dipertimbangkan. Jokowi boleh saja ekspresif menunjukkan ekspresi, gestur, dan suara pada saat giliran bertanya. Sesuai konteks debat, itu memang bagian dari strategi nonverbal untuk memancing lawan debat berekspresi negatif.
"Sedangkan, saat menunggu pertanyaan selesai jangan melongo, jangan cengengesan, jangan menunjukkan ketidaknyamanan, bahkan ketidaksabaran untuk menjawab. ?Dan saat menjawab, kalau enggak setuju, sampaikan emosi. Sebutkan pemikiran, jangan abaikan, tegur langsung dengan cara yang bijak?," ujar pria yang merupakan ahli Behavior Analysis & Investigative Interview di Emotional Intelligence Academy, Manchester, Inggris itu.
Mengagalkan Prabowo
Supaya tujuan pembangunan gestur Prabowo gagal, Handoko mengatakan Jokowi perlu melakukan beberapa hal.
Menurutnya, pria asal Solo itu perlu memancing munculnya ketidaktahuan mantan Danjen Kopassus atas topik-topik tertentu. Selain itu, Jokowi harus menampilkan ekspresi verbal baik suara maupun ucapan atau ekspresi non verbal baik wajah maupun gestur, yang menakutkan bagi para pendukung Prabowo.
Menurut Handoko, Prabowo telah terjebak dari pertanyaan yang disampaikan host dan video panelis. Soal ketidaktahuan atas topik tertentu, Handoko menuturkan, Prabowo terjebak berkali-kali, misalnya mulai isu lubang pertambangan yang disampaikan moderator sampai isu soal unicorn.
"Yang paling mudah adalah memancing 'menakutkan' dan 'ketidaktahuan'. Ini terlihat dalam pertanyaan unicorn, Sawit B20-B100, hingga lahan Prabowo. Jokowi pakai pernyataan: mungkin bapak belum tahu," jelasnya.
Dalam jebakan ketidaktahuan itu, respons Prabowo terlihat dari gesturnya.
"Ada banyak ekspresi ketidaknyamanan seperti badan berputar, betulin dasi, memegang meja pada kontes pertanyaan tertentu," jelasnya.
Handoko mengatakan pada debat kedua kemarin, Jokowi tidak mengeluarkan ‘jurus mautnya’ seperti yang ditunjukkan pada debat pertama. Pada debat pertama, Jokowi menunjukkan ekspresi intimidatif yakni menurunkan alis dan mata menatap tajam atau dalam kamus gestur yakni Facial Action Coding System-Action Unit (FACS-AU) 4 dan AU6 serta AU7.
Pada debat pertama, Jokowi juga terlihat agresif dengan memberikan gestur menengok ke arah Prabowo dan nunjuk-nunjuk, disertai suara keras namun cukup cepat dan hentakan-hentakan picth.
Namun Handoko, melihat Prabowo cukup berhasil mengendalikan serangan gestur Jokowi pada debat kedua. Pasangan Sandiaga Uno itu sukses mengendalikan dan mengelola emosi yang identik dengan image 'menakutkan'.
"Beliau malah dapat poin plus dengan menunjukkan gestur kepala manggut-manggut (FACS M53-54) dan ucapan lisan ketegasan menyudahi diskusi yang dirasa cukup atau sepakat dengan Jokowi. Serta pujian pada Jokowi dengan tulus yang menurut saya tidak terlihat kebohongan," katanya.
Sumber: Viva