Arus Perubahan Tak Terbendung, ISDS: Prabowo - Sandi Menang Di DKI, Jabar, Jatim Dan Lainnya

Sabtu, 9 Februari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo (Jokowi)- Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berupaya merebut suara pemilih di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Saat ini kedua paslon secara khusus membahas strategi kampanye untuk unggul di tiga wilayah ini.

Namun sejumlah kalangan memprediksi, Jokowi akan mengalami banyak kesulitan untuk memenangkan pertarungan di sejumlah daerah, termasuk di DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Jatim.

Tokoh perubahan Dr Rizal Ramli meyakini capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin tidak akan menang dalam Pilpres 2019. Menurutnya, pertarungan sesungguhnya dalam Pilpres tahun ini bakal berpusat di Pulau Jawa.

“Jokowi akan mengalami banyak kesulitan di sejumlah daerah. Jangan berharap menang lah, Jabar, Jateng, Jatim, disana petaninya pada nangis, kalau masih pede menang ya kepedean. Lah petani gula, garam dan beras nangis semua,” kata mantan Menko Perekonomian Dr Rizal Ramli saat bertemu sejumlah warg di Jawa Barat, Kamis (7/2/2019).

Mantan Menko Bidang Kemaritiman itu menyatakan, di Jakarta Jokowi kalah lebih dari 15 persen, meskipun timses Jokowi mengatakan Jokowi hanya kalah 10 persen. “Di Banten, paslon 01 kalah sebesar 9 persen,” paparnya.

Arus Perubahan

Hal senada disampaikan pengamat politik dari Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) M Aminudin, menurutnya, saat ini sudah cukup besar keinginan rakyat untuk mengganti presiden. Oleh karena itu jangan harap Jokowi akan menang di basis PDIP seperti di Jabar, Jateng, Jatim. Namun demikian, di Jateng kemungkinan Jokowi bisa menang tipis.

"Di Jatim, Jokowi bisa kalah tipis karena NU struktural dan PDIP serta mesin parpol kubu Jokowi cukup besar. Tapi arus besar perubahan tetap sulit dibendung," tegasnya kepada Harian Terbit, Jumat (8/2/2019).

Aminudin menuturkan, meski di Jatim, Jokowi mungkin kalah tipis. Tapi di Jabar dan DKI Jakarta, Jokowi bisa kalah telak. Karena kalangan terpelajar di DKI dan Jabar jumlahnya sangat besar. Selain itu jumlah swing voters di DKI dan Jabar juga sangat besar. Apalagi semua survei juga menunjukkan pemilih Jokowi didominasi lulusan SD atau berpendidikan rendah.

"Adanya keinginan perubahan presiden kuat sekali. Ekspresi pemilih dibawah sudah ada nuansa emosional. Hal itu terjadi karena makin sulitnya ekonomi dan melihat arus membanjirnya pekerja Tiongkok ke Indonesia," paparnya.

Oleh karena itu, sambung Aminudin, asalkan tidak ada kecurangan maka peluang Prabowo menang di Pilpres 2019 sangat besar.

Bakal Tumbang

Pengamat politik Rusmin Effendy juga memprediksi calon petahana Joko Widodo bakal tumbang melawan Prabowo Subianto di Pilpres 2019 mendatang. Pasalnya, masyarakat sekarang menghendaki arus besar perubahan kepemimpinan Indonesia akibat kualitas Jokowi selama berkuasa.

"Saya bisa memastikan tanda-tanda kejatuhan Jokowi semakin terang terlihat. Kondisi riil yang ada di masyarakat yang menginginkan pergantian karena pelbagai kebijakan Jokowi yang tidak pro rakyat dan kehidupan rakyat semakin terpuruk," tandasnya.

Apalagi, kata Rusmin, saat ini rakyat sudah semakin cerdas menilai pemimpin. Sehingga pencitraan Jokowi tak lagi menjadi magnit politik, bahkan menimbulkan cibiran masyarakat.

"Rakyat tak butuh pencitraan politik, tapi kerja nyata yang berdampak langsung ke rakyat. Apalagi program dan janji-janji kampanye Jokowi tidak ada yang signifikan terealisasi," tegasnya.

Menyinggung soal basis dukungan suara bagi kemenangan Jokowi, Rusmin menjelaskan, kalau di Jateng dan Jatim dianggap sebagai lumbung suara PDIP, pada saat Pilpres nanti akan mencair, apalagi Jawa Barat akibat Pilgub lalu menjadi lumbung suara Gerindra.

"Saya bisa memastikan Jawa Barat bakal menjadi lumbung suara terbesar bagi kemenangan kubu Prabowo, termasuk di Jawa Timur," ujarnya.

Sumber: Nusanews