Buzzer Fitnah Sandi Terus, BPN: Ada Framing Bahwa Kami Kubu Penyebar Hoax

Selasa, 12 Februari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Bukan Prabowo, tapi Cawapres Milenial Sandiaga Uno yang nampaknya menjadi "target" untuk dibunuh karakternya dan diberi stigma penebar hoax.

Hal ini dikarenakan gencarnya Sandi berkeliling Indonesia untuk berkampanye, dan kehadiran Sandi sangat disambut antusias oleh warga masyarakat terutama kaum Emak-Emak, sehingga elektabilitas Prabowo - Sandi pun terus merangsek naik.

Beberapa fitnah yang dilontarkan kepada Sandi adalah soal pemasangan poster mengusir dirinya yang dilakukan oleh Drijon Sihotang Relawan Jokowi, lalu video viral pertemuan Sandi dengan ibu Imas Siti Masitoh, pak Ilyas Daeng Ila korban banjir Makassar dan terakhir Subkhan petani bawang di Brebes.

Kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno beberapa waktu lalu sudah menyatakan bahwa kubu lawan memang sengaja ingin memberi kesan buruk kepada Prabowo - Sandi.

BPN mengibaratkan kabar bohong atau hoax berkembang menjadi alat perang melalui media sosial. Namun mereka merasa selalu menjadi korban hoax itu.

"Hoax ini sudah berkembang menjadi sebuah alat perang di media sosial. Kami selalu menjadi korban," kata Habiburokhman, juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, dalam forum diskusi di kantor KPU, Jakarta, Kamis, 10 Januari 2019.

Kepala Bidang Advokasi Partai Gerindra itu berkeluh kesah, kubunya sering dikait-kaitkan munculnya hoax, namun pada akhirnya semua tidak terbukti dalam proses hukum.

Bahkan, dia menilai, ada framing atau upaya pembentukan opini bahwa kubu Prabowo-Sandiaga sebagai sumber penyebar hoax. “Ada semacam framing bahwa kami adalah kubu penyebar hoax," ujarnya.

Dalam beberapa kasus, kata Habiburokhman, seperti hoax tentang Ratna Sarumpaet dianiaya orang tak dikenal, secara hukum tidak ada kubu Prabowo-Sandiaga yang menjadi penyebar hoax. Begitu pula rumor tentang tujuh kontainer berisi surat suara pemilu tercoblos untuk kubu Joko Widodo-Ma’ruf Amin.



Semua rangkaian peristiwa penyebaran kabar bohong itu, katanya, “hanya framing untuk men-judge (menghakimi) kami [sebagai] kubu hoax.”

Sumber: Viva