Catatan Pinggir Debat: Jokowi Sombong Data Ngawur, Prabowo Santun Menang Telak

Selasa, 19 Februari 2019

Faktakini.com

*“Catatan Pinggir Debat Semalam”*

Ada beberapa hal yang jadi perhatian saya dari debat semalam…

▫ Pertama, peserta debat mengambil nomor undian dari fishbowl yang terpisah. Ini sebenarnya sangat lucu, karena yang namanya undian itu seharusnya diambil dari fishbowl yang sama dong supaya fair? Tapi ah sudahlah…

▫ Kedua, Petahana berkali-kali menyerang pribadi (ad-hominem) terhadap pak PS. Yaitu dengan menuduh orang yang  pesimistik, padahal debat itu tidak ada urusannya dengan pesimis. Kemudian juga mengungkit kepemilikan lahan sekian ratus ribu hektar yang ternyata adalah Hak Guna Usaha (HGU). Kok ya seorang presiden membedakan antara HGU dengan Hak Milik saja tidak bisa??

▫  Ketiga, ketidakakuratan data yang diberikan oleh Petahana, padahal Petahana itu adalah seorang presiden yang notabene menguasai semua sumber data resmi.

Apa-apa saja data yang tak akurat itu?

⒜. Menyebut tahun 2018 total import jagung hanya 180 ribu ton. Padahal data menunjukkan total importasi jagung pada tahun 2018 adalah sebesar 737.228 ton.
⒝. Menyebut total produksi beras 2018 sebesar 33 juta ton dan total konsumsi 29 juta ton. Padahal data yang benar adalah produksi plus import sebesar 46,5 juta ton, sedangkan konsumsi beras nasional adalah sebesar 33 juta ton.
⒞. Mengatakan telah membangun lebih dari 191.000 Kilometer jalan desa. Padahal itu adalah total jalan desa yang dibangun sejak Indonesia merdeka, mulai dari Bung Karno, Pak Harto, BJH, Gus Dur, MSP, SBY, dan Petahana sendiri. Mengapa diklaim semuanya hasil kerjanya sendiri? Sementara data valid menunjukkan bahwa dalam 3 tahun Petahana hanya membangun sekitar 21.105 Kilometer saja.
⒟. Menyatakan telah membangun infrastruktur internet jaringan 4G 100% di wilayah Barat, 100% di wilayah Tengah, dan 90% di wilayah Timur. Padahal data menunjukkan bahwa kurang dari 20% kabupaten dan kotamadya yang bisa mengakses sinyal 4G.
⒠. Menyatakan akses internet sudah sampai ke desa-desa, sehingga banyak produk pertanian memiliki market place sehingga mendapat harga yang bagus karena memotong mata rantai supply-chain. Padahal dari keseluruhan channel market place online produk pertanian itu kurang dari 1% saja, sedangkan 99% itu masih offline. Kemudian mengaitkan dengan Fintech, padahal semua juga tahu bahwa Fintech yang berkembang di Indonesia saat ini masih yang type "loanshark" alias rentenir-lintah darat.
⒡. Mengklaim bahwa Pemerintah memenangkan gugatan Rp 18-19 triliun terhadap perusahaan yang merusak lahan, namun Greenpeace langsung meluruskan hal terseebut dan ternyata belum ada satupun dari gugatan itu yang sudah dibayarkan. Itu belum kasus kerusakan lingkungan oleh FMI yang ditenggarai senilai Rp 185 trilyun.
⒢. Menyatakan bahwa di negara maju butuh 10 sampai 20 tahun untuk memindahkan gaya hidup masyarakat dari bermobil ke LRT/MRT. Coba tolong disebutkan itu data dari negara mana saja? Mari pakai logika sederhana, apabila sebuah proyek investasi butuh 10 sampai 20 tahun, dan itu pembiayaan dengan utang, maka bagaimana terms pembayarannya? Kapan BEPnya? Juga bagaimana kondisi proyek LRT/MRT itu setelah 10-20 tahun? Kemudian jadi pertanyaan apakah feasibility study-nya benar-benar dilakukan dengan benar?
⒣. Menyatakan bahwa import dilakukan untuk "cadangan pangan", padahal overstock? Maka tentunya akan jadi pertanyaan:
- bagaimana business process-nya?
- dikemanakan barang import sebanyak itu, operasi pasar atau bagaimana?
- bagaimana dengan import daging yang menggila, yang bahkan dari India yang belum bebas Penyakit Penyakit Mulut & Kuku yang justru berbahaya bagi masyarakat jika mengkonsumsinya?
- kenapa juga mengimport garam dan ikan (sementara katanya ikan sudah dijaga betul)?
⒤. Menyatakan sejak 2015 tidak pernah terjadi kebakaran hutan, padahal data valid menunjukkan bahwa pada tahun 2016 telah terjadi kebakaran lebih dari 438.363 Hektar lahan, kemudian tahun 2017 sebesar 124.743 Hektar lahan, dan 2018 sebesar 194.151 Hektar.
⒥. Menyatakan bahwa produksi sawit 46 juta ton yang melibatkan 16 juta orang petani. Padahal 97% lahan sawit adalah milik dari perusahaan (baik dalam negeri maupun asing). Maka data 16 juta itu dari mana? Apa itu maksudnya "buruh"? Kalaupun 16 juta itu adalah buruh, maka itu pasti termasuk keluarganya (istri, anak, orang tua, bahkan mungkin mertua) karena jumlah buruh sawit tidak sampai separuh dari angka 16 juta itu. Masa tidak bisa membedakan antara petani, buruh tani, dan keluarga buruh tani?

Lebih menyedihkannya lagi, pemaparan data-data yang tidak akurat, bahkan ada yang hoax, itu dilakukan dengan style yakin, bahkan meng-gas lawan debatnya. Innâlillâhi… kok ya gitu? Bagaimana bisa seorang presiden kacau dalam hal data, yang mana kekacauannya itu sangat fatal dan luar biasa menyesatkannya. Padahal seorang presiden itu seharusnya mempunyai data yang justru paling valid dari karena dia menguasai seluruh akses terhadap data resmi.

Sungguh sangat mengecewakan seorang presiden malah faqir data / informasi seperti itu… di mana itu malah ditunjukkannya di depan rakyatnya sendiri, bahkan Dunia…!

Apa mungkin karena yakin persentase rakyat yang melakukan checking / verifikasi tentang kebenaran datanya sedikit sekali?

Kemudian hebatnya lagi, semua dilalukan seakan tanpa merasa bersalah, tanpa merasa berdosa? Apa yang penting terlihat smart karena bisa menyudutkan lawan debatnya?

▫ Keempat, Petahana menyatakan bahwa ia tengah malam blusukan hanya berdua bersama sopir pergi ke pelabuhan.

Pertanyaannya:
- Bisa ya seorang presiden keluar tanpa entourage? Sementara jalan-jalan keluarga di sekitar istananya sendiri saja ada segambreng entourage-nya. Cukuran rambut di bawah pohon saja ada ratusan bahkan ribuan yang mendampingi? Jadi imâm sholât saja juru fotonya bertebaran?
- Kemudian pergi ke pelabuhan tengah malam itu mau bertemu dengan siapa? Karena waktu tengah malam itu anak SD juga tahu bahwa seluruh nelayan dipastikan tengah melaut? Tahu kan tentang "Angin Darat" dan "Angin Laut"? Jadi bertemu dengan siapa? Genderuwo Sontoloyo?

▫ Keenam, menyatakan bahwa tidak ada yang ditakutinya kecuali hanya الله Subhânahu wa Ta‘âlâ. Hopefully he really-really mean it… karena itu sebenarnya adalah bentuk dari sumpah. Ada konsekwensinya.

▫ Kemudian tentang pak PS, maka terlihat sekali bahwa pak PS itu adalah tipe militer tulen yang dididik dan digembleng dengan pendidikan militeristik. Jadi tidak terbiasa dengan debat atau mendebat orang lama-lama. Militer itu kan shifatnya hanya perintah lalu laksanakan.

Namun terlihat sekali pak PS itu orangnya adalah:
✓ jujur dan lurus sehingga tidak mau berbicara tanpa data;
✓ idealis dan etis, sehingga tidak ada ceritanya beliau menyerang urusan pribadi apalagi sampai merendahkan dan mempermalukan orang.

Pak PS itu jelas sekali memegang teguh prinsip kesetiaan dan kesatria militer, sehingga apabila dihadapkan debat dengan orang yang terbiasa bicara tanpa data bahkan nge-hoax, maka yang kelihatan adalah beliau akan kalah…

Demikian…

والله أعلمُ بالـصـواب