Hadiri Dialog Pendidikan Kebangsaan, Sandiaga: Guru Honorer Berhak Jadi PNS

Kamis, 28 Februari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Cawapres 02 Sandiaga Uno menghadiri deklarasi dukungan alumni SMP 12 Jakarta untuk Prabowo-Sandi di Rumah Djoeang, Jakarta, Rabu (27/2). Acara deklarasi itu juga diisi dengan ajang penyampaian pendapat.

Pada pertemuan tersebut, Sandi meminta saran dari para alumni SMP 12 Jakarta terkait pendidikan. Saran itu akan digunakan dalam menghadapi debat ketiga Pilpres 2019 yang salah satunya mengangkat tema pendidikan.

“Mereka tadinya ingin menggelar acara deklarasi, saya bilang acara deklarasi sudah biasa jadi saya bilang kepada rekan-rekan kasih masukan tentang pendidikan,” kata Sandi di lokasi.

Kesejahteraan guru juga menjadi sorotan dalam acara tersebut, terutama untuk guru honorer. Sandi menilai aturan pengangkatan CPNS guru honorer soal usia dibawah 35 tahun tidak adil. Padahal guru honorer banyak yang telah mengabdi belasan hingga puluhan tahun.

Menurut Sandi, setiap guru honorer berhak untuk diangkat menjadi PNS terlepas dari usianya. Ia mengaku akan mengubah aturan itu bila nantinya terpilih di Pilpres 2019.

“Jangan sampai regulasi kita menghambat, kuncinya itu sebenarnya adalah kualitas dari guru itu sendiri, kalau kualitas gurunya baik, mau usianya 40 atau 45 tahun dia berhak mendapatkan peningkatan kesejahteraan dan status,” kata Sandi

“Kalau misalnya kalau memang harus diubah regulasi itu kita bisa sesuaikan agar menghadirkan satu sistem pendidikan yang lebih baik ke depan,” sambungnya.

Sandi merupakan alumni SMP 12 Jakarta angkatan 1984.

Ia mengaku telah menerima sejumlah masukan terkait dunia pendidikan dari para alumni SMP 12 Jakarta, mulai dari perubahan sistem pendidikan hingga peningkatan kualitas guru.

“Kami mendapat beberapa masukan, ada Profesor Arif Rahman sebagai praktisi pendidikan dan narasumber menyampaikan harapan bahwa debat ke depan itu bisa mengubah sistem pendidikan kita,” ujar Sandi.
Dirinya menilai sistem pendidikan di Indonesia saat ini belum berjalan baik dan berkualitas. Menurutnya, hal ini ditunjukan dengan angka partisipasi pendidikan yang masih cukup rendah dan tidak merata.

“Karena angka partisipasi murni, kita tidak usah bicara soal tempat terpencil, tapi di Jakarta Utara, di Kepulauan Seribu itu angkanya cukup rendah,” ungkapnya.

Oleh karena itu, ia mengatakan akan memperbaiki sistem pendidikan yang ada. Serta meningkatkan kompentensi guru yang merupakan ujung tombak pendidikan.

“Bagi kita yang penting adalah sistem pendidikan ini bisa mengangkat indeks-indeks yang agak menghawatirkan. Ya kalau kita lihat, bahwa kita tertinggal dibanding negara-negara tetangga dalam kemampuan sains dan kita sebut sebagai STEM itu sains, teknologi, engineering, juga kita lihat dari segi riset dan teknologi kita masih kurang,” pungkasnya.

Sumber: Kumparan