Sara Djojo: Wisata Halal Usul Sandi Bukan Mengubah Tapi Justru Tambah Identitas Baru Bali

Selasa, 26 Februari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Sepertinya banyak yang tidak memahami konsep Wacana wisata halal ala Calon Wakil Presiden 02 Sandiaga Uno di Pulau Bali, karena dikira akan menghapus atau mengubah kearifan lokal dan tradisi masyarakat di Pulau Bali.

Kota Bangkok di Thailand, Manila di Filipina, juga di Rusia dan banyak tempat lainnya kini banyak yang berlomba mengembangkan Pariwisata Halal, padahal mereka bukan kota dan negara yang banyak penduduk Muslimnya, tetapi mereka melakukan itu demi untuk memaksimalkan potensi Pariwisata mereka.

Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno ingin Bali mengembangkan pariwisata halal. Menurut Sandiaga, banyak pasar wisatawan asing untuk pariwisata halal di Pulau Dewata.

"Prabowo-Sandi fokus untuk memberdayakan UMKM, meningkatkan kewirausahaan dan di Bali sendiri pariwisata kita harapkan pariwisata akan lebih baik dan multiplayer-nya banyak sekali kepada UMKM. Salah satunya juga pariwisata halal, banyak potensinya, dan sekarang banyak diambil oleh Bangkok, Thailand," kata Sandiaga di Hotel Alkyfa, Jl Pura Demak, Pemecutan Klod, Denpasar, Bali, Minggu (24/2/2019).

Sandiaga mengatakan Indonesia potensial dikembangkan menjadi daerah pariwisata halal. Apalagi ceruk pasar pariwisata halal disebut-sebut bisa mencapai ribuan triliun.

"Kita ingin Bali, Indonesia secara umum juga ngambil potensi pariwisata halal yang konon kabarnya di atas Rp 3.000 triliun potensinya. Ini sangat luar biasa potensinya kalau bisa kita ambil untuk gerakan ekonomi di Bali," ujarnya.

Sandiaga optimistis pariwisata halal bisa dikembangkan di Bali. Apalagi negara-negara di kawasan Asia lainnya sedang gencar mempromosikan pariwisata halal tersebut.

"Untuk pasarnya ada menurut saya, untuk Timur Tengah sekarang kalau ke Bangkok terserap oleh Bangkok. Mereka punya restoran yang tersertifikasi halal mereka punya hotel halal, karena pasarnya ada dan tentunya kita jangan kalah oleh Bangkok, Korea, Jepang juga kembangkan pariwisata halal secara gencar. Ini Bali punya potensi besar dan pasarnya 3.300 triliun buat saya ini sangat sayang kalau dilepas," urainya.

Namun karena kurang dipahami apalagi sebagian media tidak menerangkan secara utuh konsep Sandi yang sebetulnya tujuannya untuk membuat Pariwisata di Bali semakin maju dan ekonomi warga setempat makin meningkat itu menuai perdebatan.

Salah satu penolakan adalah dari Gubernur Bali I Wayan Koster.

Menanggapi hal tersebut, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menilai wacana tersebut bisa menambah identitas baru Bali.

"Istilahnya yang diajukan oleh Sandi saya rasa bukan untuk mengubah yang ada, tetapi hanya menambahkan identitas baru yang itu bisa membuka pintu pariwisata yang selama ini yang kita belum.. Istilahnya kita negara yang penduduk muslim terbesar," ujar juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Rahayu Saraswati (Sara) Djojohadikusumo di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (26/2/2019).

Menurutnya, dengan menambah identitas baru pada wisata Bali bisa membuka peluang investasi. Sara pun menyinggung negara-negara yang bukan mayoritas muslim namun membuka investasi bank syariah.

"Kenapa kita tidak menginvestasikan itu? Jadi itu yang sebenernya. Karena apa? Karena kalau kita bicara pariwisata halal, mau tourism halal, di seluruh Indonesia adalah negara-negara yang investasi hal itu, sampai perbankan syariah pun di negara-negara lain sudah dilakukan tanpa mereka majority muslim," ucap politikus Gerindra itu.

Sara pun menegaskan wacana wisata halal ala Sandi hanya untuk membuka jalan investasi. Anggota Komisi VIII DPR itu tidak mempersoalkan penolakan Gubernur Balii I Wayan Koster.

"Jadi ini hanya soal membuka pintu aja. Dan sekali lagi, siapa pun menolak, itu hak mereka," tegas Sara.

Sebelumnya, Wakil Ketua Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Isyana Bagoes Oka menganggapi wacana wisata halal ala Sandi. Menurutnya usul yang disampaikan Sandi itu sebagai bentuk konsistensi politik simbol yang mempolitisasi agama.

"Sebenarnya saya tidak mengerti kenapa mesti ada istilah 'wisata halal'. Tampaknya Sandi konsisten dengan politik simbol, mempolitisasi agama dengan menambahkan kata 'halal', kata Isyana, Selasa (26/2).

Sumber: Detik