Tegas! Emak-emak Kampanye Jokowi Larang Azan, Fadli Zon: Wacananya Ada

Selasa, 26 Februari 2019

Faktakini.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menyampaikan bahwa wacana pengaturan suara azan di Indonesia, memang ada. Menyusul, dilakukannya kampanye hitam bahwa capres petahana Joko Widodo akan melarang pengumandangan ajakan beribadah itu jika terpilih lagi menjadi Presiden.

Menurut Fadli, dilakukannya kampanye hitam itu oleh tiga orang ibu di Karawang, merupakan bentuk kekhawatiran mereka, jika wacana itu akan dilaksanakan hingga azan betul-betul dilarang.

"Wacana itu ada di dalam koridor. Ada juga pihak-pihak yang mempunyai pendapat seperti itu," ujar Fadli di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 26 Februari 2019.

Selain itu, Fadli yang merupakan politikus Partai Gerindra ini, juga menegaskan wacana pelegalan LGBT di Indonesia juga ada. Ketiga ibu di Karawang turut memasukkan isu tersebut.

"Yang mendukung LGBT ada enggak? Kan ada. Yang mendukung suara azan dikecilkan ada enggak? Kan ada juga," ujar Fadli.

Pernyataan Fadli Zon soal suara azan dikecilkan sepertinya merujuk pada pernyataan Wapres yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla,  ia menegaskan, seluruh masjid di Indonesia tidak boleh terlalu melantangkan volume pelantang suara, baik saat mengumandangkan azan, khotbah, maupun mengaji Alquran.

Jusuf Kalla menuturkan, permintaan itu sebenarnya sudah pernah menjadi imbauan DMI kepada masjid-masjid di Indonesia.

JK mengatakan, "Intinya adalah, DMI sudah meminta masjid itu jangan terlalu keras suara adzannya, jangan melampaui masjid yang satu dan lainnya, karena jarak antarmasjid itu rata-rata 500 meter. Oleh karena itu, jangan terlalu keras,".

Intinya adalah, DMI sudah meminta masjid itu jangan terlalu keras suara adzannya, jangan melampaui masjid yang satu dan lainnya, karena jarak antarmasjid itu rata-rata 500 meter. Oleh karena itu, jangan terlalu keras," tegas Jusuf Kalla, Kamis (23/8/2018).

Sedangkan mengenai LGBT, sudah menjadi rahasia umum di Amerika Serikat tujuan LGBT telah berhasil dengan dilegalkannya pernikahan sejenis.

Direktur Utama PT Republika Media Mandiri, Agoosh Yoosran, mengatakan, tujuan akhir kaum LGBT adalah legalnya pernikahan sejenis.

Agoosh mengatakan saat ini LGBT mengkamuflasekan gerakannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Agar kehidupan mereka diakui. Sehingga mereka berharap gerakan mempromosikan LGBT menjadi sesuatu yang normal dan perlu lindungi.

"Tujuan akhirnya menurut saya melegalisasi eksistensi mereka. Seperti di Amerika melegalkan pernikahan sesama jenis," ujar Agoosh.

Meski demikian, Fadli menilai, ketiga ibu sekadar melakukan kampanye dengan memasukkan unsur pendapat pribadi mereka. Dia menegaskan, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo - Sandi sama sekali tidak pernah menginstruksikan dilakukannya kampanye hitam hingga menyebar isu Jokowi akan melarang azan dan melegalkan LGBT jika menang Pilpres.

"Saya kira, itu kan masih merupakan satu pendapat, pendapat dari pribadi yang bersangkutan, bukan (kegiatan kampanye) dari relawan resmi," ujar Fadli.

Sebelumnya, video ketiga ibu mendatangi sebuah rumah di Karawang, Jawa Barat, beredar viral. Para ibu, dalam Bahasa Sunda, memberi tahu penghuni rumah bahwa Jokowi akan melarang azan dan melegalkan LGBT jika menjadi Presiden lagi.

Sumber: Viva