The New Prabowo Untuk Indonesia Menang
Rabu, 27 Februari 2019
Faktakini.com
The New Prabowo untuk Indonesia Menang
Prabowo itu temperamennya emosional, pemarah dan galak. Kasar terhadap sesama, tak segan-segan menculik dan menghilangkan nyawa orang lain. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, menyebutnya psikopat. Apa itu psikopat?. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan. Ngeri pokoknya membayangkan sosok seorang Prabowo.
Prabowo, sama seperti kita, adalah manusia biasa. Dia bukan malaikat yang suci. Dia juga bukan Nabi yang selalu taat dan benar. Sebagai manusia biasa, dia bisa khilaf, salah dan berbuat dosa. Ini yang harus dipegang dulu, sebelum nanti keluar tanggapan bila tulisan ini dianggap ‘mendewakan’ Prabowo. Sama sekali tidak.
Tapi, terkait semua tudingan dalam paragraf pertama di atas, sejatinya itu semua hanya stigma. Mitos. Kalau bahasa kerennya hari ini, hoaks belaka. Citra negatif yang sengaja terus ditempelkan kepada putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo itu. Cerita itu terus menerus diproduksi dan disebarluaskan oleh lawan-lawan politiknya. Qila wa qala, katanya dan katanya.
Faktanya, hampir semua stigma itu hari ini terbantahkan. Perilaku Prabowo alami. Bukan settingan. Dia itu orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia, kata mendiang Gus Dur. Saat bertemu masyarakat, dia mencium anak-anak bahkan menggendongnya, itu bukan rekayasa kamera.
Prabowo bukan orang yang pandai berpura-pura. Ia tak pernah menutup-nutupi bila dirinya seorang yang kaya raya. Karena itu ia tak pernah berpura-pura menjadi miskin dan mencitrakan dirinya sebagai orang yang ‘sederhana’. Prabowo, misalnya, merasa tidak perlu untuk naik Bajaj ke KPU untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang sederhana, padahal ia memiliki mobil Lexus.
Prabowo memang konglomerat, tetapi ia sangat peduli dengan kaum melarat. Kepeduliannya kepada wong cilik muncul bukan menjelang jadi calon presiden, tapi sejak ia mengabdikan dirinya sebagai tentara. Puluhan tahun yang lalu.
Mantan Pangkostrad ini dikenal sangat dekat dengan para ulama, kiai dan habaib. Sikap-sikap politiknya, selalu memihak kepentingan umat Islam. Dalam soal kriminalisasi ulama, ia terang-terangan berpihak kepada para ulama. Di berbagai forum ia menyebut Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) adalah sahabatnya. Dia berjanji, jika terpilih menjadi presiden akan menjemput Habib Rizieq.
Prabowo pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Menjadi komandan pasukan khusus, kata Prabowo, seperti memimpin kumpulan singa. Tidak mungkin dia “klemar-klemer”. Ada ungkapan terkenal: seribu kambing dipimpin seekor singa, mengaum. Sebaliknya, seribu singa dipimpin seekor kambing, mengembek.
Demikian pula sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. Tidaklah mungkin Prabowo berpidato dengan gaya kalem, datar-datar saja. Sementara anak buahnya berdatangan dari berbagai pelosok Nusantara. “Kalau saya lembek, bagaimana pendukung saya yang datang jauh-jauh. Mereka jadi nggak semangat,” ungkap Prabowo dalam sebuah pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam di Hambalang beberapa bulan lalu.
Prabowo tegaan, kasar dan penculik. Ini fitnah murahan. Sudah banyak bantahan. Tapi yang perlu diketahui cuma satu, jangankan kepada manusia yang sebagai makhluk Tuhan derajatnya sangat tinggi, kepada binatang saja Prabowo menunjukkan sifat “welas asih”nya.
Angga Raka Prabowo, CEO Independent Observer yang pernah menjadi ajudan Prabowo bercerita. Suatu ketika, kata Angga, saat hendak makan ada semut yang merambat ke tangannya. Refleks, ia menepuk semut itu. Mati. Prabowo tahu kejadian kecil itu. “Saya ditegur langsung,” kata Raka nampak berkaca-kaca. “Semut itu kan makhluk Tuhan, sama seperti kita. Dia juga cari makan. Kenapa kamu bunuh,” tegur Prabowo kepada Raka.
Di Rumah Kertanegara, ada seekor kucing yang sangat disayangi Prabowo. Bukan kucing luar negeri. Bobby, namanya, kucing kampung biasa. Tapi luar biasanya, kucing itu biasa makan di samping Prabowo. Disuapin pula.
Prabowo punya seekor kuda. Prodigio namanya. Kuda ini trah Lusitano asal Portugal. Pernah ditunggangi Prabowo di Nusantara Polo Club, Cibinong, Bogor, untuk inspeksi pasukan dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-70. Saat itu usia Prodigio sudah 12 tahun.
Ceritanya, kuda kesayangan Prabowo ini sakit lalu mati. Ajudan-ajudannya ketakutan untuk mengabarkan kematian Prodigio kepada Prabowo. Prabowo sendiri berada di luar negeri. “Tapi mau nggak mau tetap harus kami sampaikan,” kata Angga. Maka disampaikanlah kabar itu. Prabowo nampak kaget, sedih. Tapi dia tidak marah. “Dia memang sudah tua. Ya sudah, kubur dia dengan baik,” begitu instruksi Prabowo. Mungkin ini berlebihan, tetapi kata Angga, kuda itu akhirnya dikubur dengan cara terhormat. “Bahkan kami juga doakan di atas kuburannya.”
Prabowo bukanlah orang yang angkuh dan sombong. Cucu RM Margono Djodjohadikoesoemo - pendiri Bank Nasional Indonesia (BNI)- itu adalah sosok yang lembut dan mudah menerima kebenaran.
Dalam beberapa pidato di hadapan para pendukungnya, di tengah-tengah pidato dia minta izin, minum kopi. Lalu dia mundur ke belakang podium, duduk di kursi. Dia ingat betul nasihat para kyai dan tokoh-tokoh Islam di sekelilingnya, minum harus duduk. Dan tanpa malu, dia mengakui bila tindakannya itu atas nasihat dari para kiai dan ulama.
Prabowo mudah menangis bila tersentuh hatinya. Kebetulan, hari pendaftaran Prabowo-Sandi untuk mengikuti Pilpres 2019 adalah Jumat. Pendaftaran dilakukan setelah Jumatan di Masjid Sunda Kelapa. Khatib dalam Jumat yang bersejarah –bagi sebagian orang- itu adalah Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH Muhammad Al Khaththath (MAK).
Dalam khutbahnya, MAK membacakan dan mengurai firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 58 tentang tupoksi penguasa. Yaitu wajib menjaga amanat penderitaan rakyat dan memerintah dengan adil. “Rakyat, apapun agama dan kebangsaannya, wajib dijaga ketersediaan sandang, pangan, dan papan. Mereka tidak boleh ada yang lapar, tidak boleh ada telanjang, dan tidak boleh ada yang gelandangan. Satu saja ada rakyat yang lapar dan tidak diatasi, maka penguasa itu di hari akhirat akan dimintai pertanggung jawaban, sebagai penguasa kenapa tidak mengatasinya...Siapa suruh jadi penguasa?,” ungkap MAK berapi-api.
Apa yang terjadi?. Prabowo yang mendengarkan khutbah itu matanya berkaca-kaca, menitikkan air mata. Jenderal itu menangis. Dan itu diakuinya langsung. Kemudian juga diceritakan dalam pidato-pidato di depan pendukungnya.
“Saya tidak menyangka ternyata hati Prabowo sangatlah lembut. Dia taat kepada firman Allah. Dia sadar bahwa nantinya sebagai Presiden RI harus melaksanakan tupoksi penguasa yang tercantum dalam Alquran tersebut,” ungkap MAK.
Prabowo bukanlah orang yang suka mempermalukan orang di muka umum. Dia tidak mau menjatuhkan orang. Lihat saja, walaupun dia keras dan kritis saat berpidato, tapi dia tak pernah menyebut nama. “Elite-elite di Jakarta,” itu saja dia menyebutnya. Karena itu walaupun dalam debat Capres dia diprovokasi agar emosional, Prabowo hanya senyum-senyum saja. Santai.
Jadi, percayakah Anda bila Prabowo seorang psikopat?. Prabowo tidak mengalami kesulitan dalam pergaulan. Ia berkawan dengan calon PM Malaysia Anwar Ibrahim. Prabowo bersahabat karib dengan pemimpin Yordania, Raja Abdullah II. Kemarin dia mengundang mantan Panglima Pasukan Gabungan NATO di Kosovo, Jenderal Wesley Clark dari AS ke Hambalang. Dubes Negara-negara Eropa biasa berdiskusi dengan Prabowo. Dengan bahasa Inggris fasih tentunya.
Inilah yang disebut Sandiaga Salahudin Uno sebagai The New Prabowo. Bukan Prabowo yang berubah, tetapi orang baru tahu aslinya Prabowo yang selama ini distigma negatif. Bagi Prabowo, ungkapan “nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake,” itu berlaku.
Belum pernah dalam sejarah pencalonan Presiden pasca reformasi, seorang Capres berpidato berapi-api, memekikkan takbir dan merdeka seperti Prabowo. Tidak cukup takbir, bahkan semangat perubahannya pun, ia kutip dari Alquran. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri."(QS. Ar Ra’d: 11)
The New Prabowo inilah yang sekarang saatnya memimpin Indonesia. Untuk mewujudkan Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang adil, makmur, religius, dan bermartabat dalam bingkai persatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Prabowo menang, Indonesia menang. Insyaallah Indonesia adil dan makmur. "Wes wayahe" (sudah saatnya). Wallahu a’lam.
[Shodiq Ramadhan]
Faktakini.com
The New Prabowo untuk Indonesia Menang
Prabowo itu temperamennya emosional, pemarah dan galak. Kasar terhadap sesama, tak segan-segan menculik dan menghilangkan nyawa orang lain. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono, menyebutnya psikopat. Apa itu psikopat?. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dalam pergaulan. Ngeri pokoknya membayangkan sosok seorang Prabowo.
Prabowo, sama seperti kita, adalah manusia biasa. Dia bukan malaikat yang suci. Dia juga bukan Nabi yang selalu taat dan benar. Sebagai manusia biasa, dia bisa khilaf, salah dan berbuat dosa. Ini yang harus dipegang dulu, sebelum nanti keluar tanggapan bila tulisan ini dianggap ‘mendewakan’ Prabowo. Sama sekali tidak.
Tapi, terkait semua tudingan dalam paragraf pertama di atas, sejatinya itu semua hanya stigma. Mitos. Kalau bahasa kerennya hari ini, hoaks belaka. Citra negatif yang sengaja terus ditempelkan kepada putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo itu. Cerita itu terus menerus diproduksi dan disebarluaskan oleh lawan-lawan politiknya. Qila wa qala, katanya dan katanya.
Faktanya, hampir semua stigma itu hari ini terbantahkan. Perilaku Prabowo alami. Bukan settingan. Dia itu orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia, kata mendiang Gus Dur. Saat bertemu masyarakat, dia mencium anak-anak bahkan menggendongnya, itu bukan rekayasa kamera.
Prabowo bukan orang yang pandai berpura-pura. Ia tak pernah menutup-nutupi bila dirinya seorang yang kaya raya. Karena itu ia tak pernah berpura-pura menjadi miskin dan mencitrakan dirinya sebagai orang yang ‘sederhana’. Prabowo, misalnya, merasa tidak perlu untuk naik Bajaj ke KPU untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang sederhana, padahal ia memiliki mobil Lexus.
Prabowo memang konglomerat, tetapi ia sangat peduli dengan kaum melarat. Kepeduliannya kepada wong cilik muncul bukan menjelang jadi calon presiden, tapi sejak ia mengabdikan dirinya sebagai tentara. Puluhan tahun yang lalu.
Mantan Pangkostrad ini dikenal sangat dekat dengan para ulama, kiai dan habaib. Sikap-sikap politiknya, selalu memihak kepentingan umat Islam. Dalam soal kriminalisasi ulama, ia terang-terangan berpihak kepada para ulama. Di berbagai forum ia menyebut Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) adalah sahabatnya. Dia berjanji, jika terpilih menjadi presiden akan menjemput Habib Rizieq.
Prabowo pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Menjadi komandan pasukan khusus, kata Prabowo, seperti memimpin kumpulan singa. Tidak mungkin dia “klemar-klemer”. Ada ungkapan terkenal: seribu kambing dipimpin seekor singa, mengaum. Sebaliknya, seribu singa dipimpin seekor kambing, mengembek.
Demikian pula sebagai Ketua Umum Partai Gerindra. Tidaklah mungkin Prabowo berpidato dengan gaya kalem, datar-datar saja. Sementara anak buahnya berdatangan dari berbagai pelosok Nusantara. “Kalau saya lembek, bagaimana pendukung saya yang datang jauh-jauh. Mereka jadi nggak semangat,” ungkap Prabowo dalam sebuah pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam di Hambalang beberapa bulan lalu.
Prabowo tegaan, kasar dan penculik. Ini fitnah murahan. Sudah banyak bantahan. Tapi yang perlu diketahui cuma satu, jangankan kepada manusia yang sebagai makhluk Tuhan derajatnya sangat tinggi, kepada binatang saja Prabowo menunjukkan sifat “welas asih”nya.
Angga Raka Prabowo, CEO Independent Observer yang pernah menjadi ajudan Prabowo bercerita. Suatu ketika, kata Angga, saat hendak makan ada semut yang merambat ke tangannya. Refleks, ia menepuk semut itu. Mati. Prabowo tahu kejadian kecil itu. “Saya ditegur langsung,” kata Raka nampak berkaca-kaca. “Semut itu kan makhluk Tuhan, sama seperti kita. Dia juga cari makan. Kenapa kamu bunuh,” tegur Prabowo kepada Raka.
Di Rumah Kertanegara, ada seekor kucing yang sangat disayangi Prabowo. Bukan kucing luar negeri. Bobby, namanya, kucing kampung biasa. Tapi luar biasanya, kucing itu biasa makan di samping Prabowo. Disuapin pula.
Prabowo punya seekor kuda. Prodigio namanya. Kuda ini trah Lusitano asal Portugal. Pernah ditunggangi Prabowo di Nusantara Polo Club, Cibinong, Bogor, untuk inspeksi pasukan dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-70. Saat itu usia Prodigio sudah 12 tahun.
Ceritanya, kuda kesayangan Prabowo ini sakit lalu mati. Ajudan-ajudannya ketakutan untuk mengabarkan kematian Prodigio kepada Prabowo. Prabowo sendiri berada di luar negeri. “Tapi mau nggak mau tetap harus kami sampaikan,” kata Angga. Maka disampaikanlah kabar itu. Prabowo nampak kaget, sedih. Tapi dia tidak marah. “Dia memang sudah tua. Ya sudah, kubur dia dengan baik,” begitu instruksi Prabowo. Mungkin ini berlebihan, tetapi kata Angga, kuda itu akhirnya dikubur dengan cara terhormat. “Bahkan kami juga doakan di atas kuburannya.”
Prabowo bukanlah orang yang angkuh dan sombong. Cucu RM Margono Djodjohadikoesoemo - pendiri Bank Nasional Indonesia (BNI)- itu adalah sosok yang lembut dan mudah menerima kebenaran.
Dalam beberapa pidato di hadapan para pendukungnya, di tengah-tengah pidato dia minta izin, minum kopi. Lalu dia mundur ke belakang podium, duduk di kursi. Dia ingat betul nasihat para kyai dan tokoh-tokoh Islam di sekelilingnya, minum harus duduk. Dan tanpa malu, dia mengakui bila tindakannya itu atas nasihat dari para kiai dan ulama.
Prabowo mudah menangis bila tersentuh hatinya. Kebetulan, hari pendaftaran Prabowo-Sandi untuk mengikuti Pilpres 2019 adalah Jumat. Pendaftaran dilakukan setelah Jumatan di Masjid Sunda Kelapa. Khatib dalam Jumat yang bersejarah –bagi sebagian orang- itu adalah Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH Muhammad Al Khaththath (MAK).
Dalam khutbahnya, MAK membacakan dan mengurai firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 58 tentang tupoksi penguasa. Yaitu wajib menjaga amanat penderitaan rakyat dan memerintah dengan adil. “Rakyat, apapun agama dan kebangsaannya, wajib dijaga ketersediaan sandang, pangan, dan papan. Mereka tidak boleh ada yang lapar, tidak boleh ada telanjang, dan tidak boleh ada yang gelandangan. Satu saja ada rakyat yang lapar dan tidak diatasi, maka penguasa itu di hari akhirat akan dimintai pertanggung jawaban, sebagai penguasa kenapa tidak mengatasinya...Siapa suruh jadi penguasa?,” ungkap MAK berapi-api.
Apa yang terjadi?. Prabowo yang mendengarkan khutbah itu matanya berkaca-kaca, menitikkan air mata. Jenderal itu menangis. Dan itu diakuinya langsung. Kemudian juga diceritakan dalam pidato-pidato di depan pendukungnya.
“Saya tidak menyangka ternyata hati Prabowo sangatlah lembut. Dia taat kepada firman Allah. Dia sadar bahwa nantinya sebagai Presiden RI harus melaksanakan tupoksi penguasa yang tercantum dalam Alquran tersebut,” ungkap MAK.
Prabowo bukanlah orang yang suka mempermalukan orang di muka umum. Dia tidak mau menjatuhkan orang. Lihat saja, walaupun dia keras dan kritis saat berpidato, tapi dia tak pernah menyebut nama. “Elite-elite di Jakarta,” itu saja dia menyebutnya. Karena itu walaupun dalam debat Capres dia diprovokasi agar emosional, Prabowo hanya senyum-senyum saja. Santai.
Jadi, percayakah Anda bila Prabowo seorang psikopat?. Prabowo tidak mengalami kesulitan dalam pergaulan. Ia berkawan dengan calon PM Malaysia Anwar Ibrahim. Prabowo bersahabat karib dengan pemimpin Yordania, Raja Abdullah II. Kemarin dia mengundang mantan Panglima Pasukan Gabungan NATO di Kosovo, Jenderal Wesley Clark dari AS ke Hambalang. Dubes Negara-negara Eropa biasa berdiskusi dengan Prabowo. Dengan bahasa Inggris fasih tentunya.
Inilah yang disebut Sandiaga Salahudin Uno sebagai The New Prabowo. Bukan Prabowo yang berubah, tetapi orang baru tahu aslinya Prabowo yang selama ini distigma negatif. Bagi Prabowo, ungkapan “nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake,” itu berlaku.
Belum pernah dalam sejarah pencalonan Presiden pasca reformasi, seorang Capres berpidato berapi-api, memekikkan takbir dan merdeka seperti Prabowo. Tidak cukup takbir, bahkan semangat perubahannya pun, ia kutip dari Alquran. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri."(QS. Ar Ra’d: 11)
The New Prabowo inilah yang sekarang saatnya memimpin Indonesia. Untuk mewujudkan Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang adil, makmur, religius, dan bermartabat dalam bingkai persatuan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Prabowo menang, Indonesia menang. Insyaallah Indonesia adil dan makmur. "Wes wayahe" (sudah saatnya). Wallahu a’lam.
[Shodiq Ramadhan]