BPN Ungkap Modus Licik Lembaga Survei Yang Menangkan Jokowi Selisih 20 Persen Lebih
Jum'at, 22 Maret 2019
Faktakini.com, Jakarta - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan mencatat lembaga-lembaga survei yang memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dengan selisih di atas 20 persen dalam hasil surveinya.
BPN akan menuntut lembaga survei tersebut jika hasilnya tidak sama dalam Pilpres 2019 nanti.
"Kita catat seluruh lembaga survei yang bilang Pak Jokowi menang di atas 20 persen. Kalau nanti nggak sama di atas 20 persen, kita tuntut mereka," kata juru bicara BPN Andre Rosiade usai menghadiri rilis survei Indo Barometer di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).
"Karena menurut prediksi kami, yang insya Allah Pak Prabowo menang, tapi siapa pun yang menang akan seperti 2014 lalu, sangat tipis dan sangat ketat. Itu yang terjadi. Wartawan juga sikapi kepada lembaga survei yang suka eror," imbuhnya.
Andre mencontohkan perolehan suara pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziyah pada pilgub Jawa Tengah yang melenceng jauh dari berbagai lembaga survei.
"Jadi LSI Denny JA itu di pilkada Jawa Tengah itu erornya 217 persen, Charta Politika erornya 203 persen, Litbang Kompas erornya 174 persen, Indikator erornya 76 persen, Indo Barometer erornya 75 persen, SMRC erornya 80 persen. Jadi mereka sering eror gitu lho. Dan mereka insyaallah akan eror juga di Pilpres 2019 ini," ujar Andre.
Politikus Gerindra ini menganggap lembaga survei membangun narasi pihak yang menang dengan angka tebal. Ia lalu mempertanyakan bagaimana pertanggungjawaban lembaga - lembaga survei yang hasilnya ternyata salah saat perhitungan suara sebenarnya.
"Jadi kita harus mulai objektif, mulai rasional, dan mulai kritis. Mereka seenak perutnya sebelum pemilu, sebelum pilkada bilang ini menang, ini menang, dengan angka tebal untuk membangun narasi dan membangun opini. Tapi setelah hasilnya selesai mereka tidak bertanggung jawab. Baru pas quick count mereka baru beneran keluarin hasilnya," ucap Andre.
"Tapi bagaimana pertanggung jawaban orang yang membangun narasi selama berbulan-bulan bahwa seseorang akan menang. Lalu mereka akan cuci piring, cuci badan, cuci tangan pas quick count. Ini harus menjadi PR kita juga ke depan untuk mengevaluasi lembaga - lembaga survei," lanjutnya.
Andre mencontohkan sikap lembaga survei Polmark yang mengakui bahwa survei mereka dibiayai oleh PAN. Ia pun meminta lembaga survei lain untuk berani jujur jika lembaga surveinya menjadi konsultan pemenangan salah satu kandidat.
"Kalau memang Anda menjadi konsultan pemenangan kandidat tertentu, Anda harus jujur. Contoh, Polmark jujur mereka bilang 'kami melakukan survei dibiayai oleh PAN, kami punya kontrak dengan PAN', itu lebih objektif daripada lembaga-lembaga survei yang tidak berani jujur mengungkapkan mereka merupakan bagian tim pemenangan kandidat tertentu," pungkasnya.
Sumber: Detik
Faktakini.com, Jakarta - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan mencatat lembaga-lembaga survei yang memenangkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin dengan selisih di atas 20 persen dalam hasil surveinya.
BPN akan menuntut lembaga survei tersebut jika hasilnya tidak sama dalam Pilpres 2019 nanti.
"Kita catat seluruh lembaga survei yang bilang Pak Jokowi menang di atas 20 persen. Kalau nanti nggak sama di atas 20 persen, kita tuntut mereka," kata juru bicara BPN Andre Rosiade usai menghadiri rilis survei Indo Barometer di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).
"Karena menurut prediksi kami, yang insya Allah Pak Prabowo menang, tapi siapa pun yang menang akan seperti 2014 lalu, sangat tipis dan sangat ketat. Itu yang terjadi. Wartawan juga sikapi kepada lembaga survei yang suka eror," imbuhnya.
Andre mencontohkan perolehan suara pasangan Sudirman Said dan Ida Fauziyah pada pilgub Jawa Tengah yang melenceng jauh dari berbagai lembaga survei.
"Jadi LSI Denny JA itu di pilkada Jawa Tengah itu erornya 217 persen, Charta Politika erornya 203 persen, Litbang Kompas erornya 174 persen, Indikator erornya 76 persen, Indo Barometer erornya 75 persen, SMRC erornya 80 persen. Jadi mereka sering eror gitu lho. Dan mereka insyaallah akan eror juga di Pilpres 2019 ini," ujar Andre.
Politikus Gerindra ini menganggap lembaga survei membangun narasi pihak yang menang dengan angka tebal. Ia lalu mempertanyakan bagaimana pertanggungjawaban lembaga - lembaga survei yang hasilnya ternyata salah saat perhitungan suara sebenarnya.
"Jadi kita harus mulai objektif, mulai rasional, dan mulai kritis. Mereka seenak perutnya sebelum pemilu, sebelum pilkada bilang ini menang, ini menang, dengan angka tebal untuk membangun narasi dan membangun opini. Tapi setelah hasilnya selesai mereka tidak bertanggung jawab. Baru pas quick count mereka baru beneran keluarin hasilnya," ucap Andre.
"Tapi bagaimana pertanggung jawaban orang yang membangun narasi selama berbulan-bulan bahwa seseorang akan menang. Lalu mereka akan cuci piring, cuci badan, cuci tangan pas quick count. Ini harus menjadi PR kita juga ke depan untuk mengevaluasi lembaga - lembaga survei," lanjutnya.
Andre mencontohkan sikap lembaga survei Polmark yang mengakui bahwa survei mereka dibiayai oleh PAN. Ia pun meminta lembaga survei lain untuk berani jujur jika lembaga surveinya menjadi konsultan pemenangan salah satu kandidat.
"Kalau memang Anda menjadi konsultan pemenangan kandidat tertentu, Anda harus jujur. Contoh, Polmark jujur mereka bilang 'kami melakukan survei dibiayai oleh PAN, kami punya kontrak dengan PAN', itu lebih objektif daripada lembaga-lembaga survei yang tidak berani jujur mengungkapkan mereka merupakan bagian tim pemenangan kandidat tertentu," pungkasnya.
Sumber: Detik